Ratusan rumah di Cilamaya terendam banjir
A
A
A
Sindonews.com - Ratusan rumah di Kecamatan Cilamaya Kulon dan Cilamaya Wetan terendam banjir akibat hujan deras yang turun pada hari Sabtu, 14 Desember 2013. Akibatnya ratusan penduduk terpaksa mengungsi.
Selain itu, akibat banjir yang menerjang dua kecamatan tersebut, ribuan siswa terpaksa tidak belajar karena ruang kelasnya terendam banjir. Bahkan salah satu kegiatan pembangunan jalan terpaksa terhenti akibat terkena rendaman air. “Banjir akibat hujan deras pada Sabtu lalu mengakibatkan banyak warga yang mengungsi ke posko yang disiapkan oleh pemerintah desa,” ujar salah satu warga Desa Sumurgede Kecamatan Cilamaya Kulon, Ahmad, 34.
Dikatakannya, air naik pada Minggu pagi dengan ketinggian 75 centimeter. Sebagian warga terpaksa mengungsi akibat rendaman air tersebut. “Mereka mencari tempat yang aman dari air, tapi ada juga warga yang bertahan dirumahnya sampai menunggu air turun,” katanya.
Senada, Warga Desa Rawagempol Kulon Kecamatan Cilamaya Wetan, Sarwan, 40, mengatakan sedikitnya 100 rumah terendam banjir dengan ketinggian 75 centimeter. “Air memasuki rumah-rumah warga sekitar waktu subuh dan di pagi hari, air sudah mencapai 75 sentimeteran,” jelasnya.
Dijelaskannya, ketinggian air itu tidak sama semua, tapi berbeda-beda antara 40 sampai 75 centimeter. “Saat ini kami hanya menunggu air turun dan bantuan dari pemerintah. Sebab bahan makanan yang ada dirumah pasti sudah basah oleh air,” tandasnya.
Di tempat berbeda, Kepala Desa Rawagempol Kulon, Ade Laide menjelaskan banjir yang menerjang desanya akibat turunnya berjam-jam sejak sore kemarin sampai malam hari ditambah meluapnyaa beberapa sungai dan irigasi yang ada di desa Rawagempol kulon. “Selain akibat hujan yang cukup deras,saat ini di daerah Rakul sudah ada penyempitan,pendangkal kali dan kali pembuang,” ungkapnya.
Dijelaskan, kondisi ini bukan hal yang mudah kedepan menghindari banjir yang terjadi desanya. sebab setiap kali turun hujan deras maka diperlukan pengerukan sungai, kali atau irigasi yang melingkari daerah Cilamaya. Namun masih beruntung sebab banjir tidak pada musim tanam padi. “Jika sudah tak terbayang area pertanian pasti akan karam yang memungkin butuh lama untuk menyusutnya air dan sampai ini saat belum bisa ditaksir kerugian warga akibat banjir dan tidak ada korban jiwa,” pungkasnya.
Selain itu, akibat banjir yang menerjang dua kecamatan tersebut, ribuan siswa terpaksa tidak belajar karena ruang kelasnya terendam banjir. Bahkan salah satu kegiatan pembangunan jalan terpaksa terhenti akibat terkena rendaman air. “Banjir akibat hujan deras pada Sabtu lalu mengakibatkan banyak warga yang mengungsi ke posko yang disiapkan oleh pemerintah desa,” ujar salah satu warga Desa Sumurgede Kecamatan Cilamaya Kulon, Ahmad, 34.
Dikatakannya, air naik pada Minggu pagi dengan ketinggian 75 centimeter. Sebagian warga terpaksa mengungsi akibat rendaman air tersebut. “Mereka mencari tempat yang aman dari air, tapi ada juga warga yang bertahan dirumahnya sampai menunggu air turun,” katanya.
Senada, Warga Desa Rawagempol Kulon Kecamatan Cilamaya Wetan, Sarwan, 40, mengatakan sedikitnya 100 rumah terendam banjir dengan ketinggian 75 centimeter. “Air memasuki rumah-rumah warga sekitar waktu subuh dan di pagi hari, air sudah mencapai 75 sentimeteran,” jelasnya.
Dijelaskannya, ketinggian air itu tidak sama semua, tapi berbeda-beda antara 40 sampai 75 centimeter. “Saat ini kami hanya menunggu air turun dan bantuan dari pemerintah. Sebab bahan makanan yang ada dirumah pasti sudah basah oleh air,” tandasnya.
Di tempat berbeda, Kepala Desa Rawagempol Kulon, Ade Laide menjelaskan banjir yang menerjang desanya akibat turunnya berjam-jam sejak sore kemarin sampai malam hari ditambah meluapnyaa beberapa sungai dan irigasi yang ada di desa Rawagempol kulon. “Selain akibat hujan yang cukup deras,saat ini di daerah Rakul sudah ada penyempitan,pendangkal kali dan kali pembuang,” ungkapnya.
Dijelaskan, kondisi ini bukan hal yang mudah kedepan menghindari banjir yang terjadi desanya. sebab setiap kali turun hujan deras maka diperlukan pengerukan sungai, kali atau irigasi yang melingkari daerah Cilamaya. Namun masih beruntung sebab banjir tidak pada musim tanam padi. “Jika sudah tak terbayang area pertanian pasti akan karam yang memungkin butuh lama untuk menyusutnya air dan sampai ini saat belum bisa ditaksir kerugian warga akibat banjir dan tidak ada korban jiwa,” pungkasnya.
(lal)