Ratusan siswa SD dukung penghapusan UN
A
A
A
Sindonews.com - Ratusan siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu SDIT Al Fattah, Solo, hari ini menggelar aksi damai untuk mendukung kebijakan penghapusan Ujian Nasional (UN). Para siswa menilai, UN tidak relevan untuk dipakai sebagai tolok ukur kelulusan siswa.
Berdasarkan pantauan langsung, ratusan siswa SD tersebut mulai melakukan aksi damai sekitar pukul 08.30 WIB. Para siswa tersebut membawa poster berisi penolakan terhadap ujian nasional yang diterapkan Kementerian Pendidikan Nasional.
Para siswa juga menerbangkan pesawat dari kertas yang digunakan sebagai symbol, bahwa anak-anak sekolah saat ini banyak yang cerdas dan mampu membuat dan menerbangkan pesawat terbang. Sehingga, tidak perlu adanya UN untuk menentukan kecerdasan masing-masing siswa.
Salah seorang peserta aksi Zulfiana Nur Laili menyebutkan, UN selama ini menjadi momok bagi para siswa. Sehingga perlu dihapus dan diganti dengan diselenggarakan oleh sekolah.
Menurutnya, selama ada kebijakan UN, para siswa justru takut dan bingung saat waktu ujian tiba. Sehingga, para siswa tidak belajar akibat ketakutan tidak lulus.
“Kalau UN itu, semua siswa pasti bingung dan tidak malah belajar. Para siswa menjelang ujian juga banyak yang sakit,” ucap siswa kelas V tersebut, Senin (9/12/2013).
Dia mengatakan, selain mendukung kebijakan penghapusan UN, dia juga berharap agar pemerintah menghapus kebijakan tinggal kelas. Menurutnya, kebijakan tinggal kelas justru membuat siswa semakin tertekan dan sulit berkembang.
Sementara itu, Kepala Sekola SDIT Al Fattah Warsito Adnan menyebutkan, penghapusan UN tersebut memang perlu dilakukan. Pasalnya, UN tidak membuat para siswa menjadi pintar. Melainkan membuat siswa tertekan, pikiran maupun batinnya.
Selain itu, penentuan kelulusan para siswa tersebut harus ditentukan oleh sekolah, bukan ditentukan selama tiga hari, saat UN berlangsung.
Warsito menyebutkan, pihaknya justru mendukung adanya ujian sekolah. Dengan sistem ujian sekolah, maka para siswa bisa diketahui, mana yang lulus atau tidak.
“Ujian sekolah paling tidak mempunyai peranan 70 persen dalam menentukan kelulusan siswa. Sedangkan ujian nasional hanyalah 30 persen saja. Semoga kebijakan ini benar-benar dilakukan demi kebaikan siswa,” ucapnya.
Berdasarkan pantauan langsung, ratusan siswa SD tersebut mulai melakukan aksi damai sekitar pukul 08.30 WIB. Para siswa tersebut membawa poster berisi penolakan terhadap ujian nasional yang diterapkan Kementerian Pendidikan Nasional.
Para siswa juga menerbangkan pesawat dari kertas yang digunakan sebagai symbol, bahwa anak-anak sekolah saat ini banyak yang cerdas dan mampu membuat dan menerbangkan pesawat terbang. Sehingga, tidak perlu adanya UN untuk menentukan kecerdasan masing-masing siswa.
Salah seorang peserta aksi Zulfiana Nur Laili menyebutkan, UN selama ini menjadi momok bagi para siswa. Sehingga perlu dihapus dan diganti dengan diselenggarakan oleh sekolah.
Menurutnya, selama ada kebijakan UN, para siswa justru takut dan bingung saat waktu ujian tiba. Sehingga, para siswa tidak belajar akibat ketakutan tidak lulus.
“Kalau UN itu, semua siswa pasti bingung dan tidak malah belajar. Para siswa menjelang ujian juga banyak yang sakit,” ucap siswa kelas V tersebut, Senin (9/12/2013).
Dia mengatakan, selain mendukung kebijakan penghapusan UN, dia juga berharap agar pemerintah menghapus kebijakan tinggal kelas. Menurutnya, kebijakan tinggal kelas justru membuat siswa semakin tertekan dan sulit berkembang.
Sementara itu, Kepala Sekola SDIT Al Fattah Warsito Adnan menyebutkan, penghapusan UN tersebut memang perlu dilakukan. Pasalnya, UN tidak membuat para siswa menjadi pintar. Melainkan membuat siswa tertekan, pikiran maupun batinnya.
Selain itu, penentuan kelulusan para siswa tersebut harus ditentukan oleh sekolah, bukan ditentukan selama tiga hari, saat UN berlangsung.
Warsito menyebutkan, pihaknya justru mendukung adanya ujian sekolah. Dengan sistem ujian sekolah, maka para siswa bisa diketahui, mana yang lulus atau tidak.
“Ujian sekolah paling tidak mempunyai peranan 70 persen dalam menentukan kelulusan siswa. Sedangkan ujian nasional hanyalah 30 persen saja. Semoga kebijakan ini benar-benar dilakukan demi kebaikan siswa,” ucapnya.
(san)