Demi kemanusiaan, Masudin abaikan larangan Dinkes
A
A
A
Sindonews.com - Praktik terapi tuna rungu Masudin Jombang, Jawa Timur sebenarnya sudah ditutup oleh Dinas Kesehatan dengan alasan belum mengantongi izin berpraktik.
Namun kenyataan, penutupan oleh Dinkes itu tak menghalangi pasien dari berbagai daerah di Indonesia tetap datang meminta pengobatan dari Masudin.
Bahkan, dari buku pendaftaran terlihat pasien telah mengantre dan siap dilayani Masudin hingga Agustus 2014. Tiap hari, tempat praktik Masudin di Desa Banyuarang, Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang tak pernah sepi. Antrean panjang pasien menjadi pemandangan yang biasa.
Pasien tampak antusias ingin segera sembuh dari tuna rungu yang dideritanya. Kebanyakan mereka mengeluhkan, penghobatan secara medis ternyata tak menyembuhkan.
Soal penutupan oleh Dinkes tidak terlalu dipusingkan pasien. Selama Masudin bersedia memberikan pengobatan, pasien tetap akan datang untuk terapi.
"Kalau saya berharap agar penutupan itu segera dibatalkan saja," harap orang tua pasien asal Sragen, Santo, saat berada di tempat praktik Masudin.
Tekat dan keyakinan para pasien memilih terapi ke Masudin cukup berlasan. Sebab, di lokasi Masudin berpraktik warga boleh melihat langsung proses pengobatan yang dilakukan terhadap pasien.
Warga bisa melihat langsung bagaimana para penderita tuli total dapat langsung sembuh dan bisa mendengar setelah menjalani terapi.
Dua orang pasien, Anang dan Sri Lestari, pasangan suami istri tuna rungu ini langsung bisa mendengar setelah diterapi.
Untuk membuktikan keduanya sudah bisa mendengar, maka Masudin mendekatkan suara musik di dekat telinga mereka. Saat itu Sri Lestari langsung terkejut dan kesakitan. Saat mereka dipanggil namanya juga sudah bisa mendengar.
Sri maupun Anang terlihat senang. Keduanya dapat langsung diwawancarai wartawan meski suara didengarnya sangat pelan. Begitu pula bicaranya, suara keduanya masih belum lancar karena terbiasa menggunakan bahasa isyarat.
Terhadap upaya Dinkes menutup praktik terapi itu, Masudin memastikan akan tetap buka melayani masyarakat.
"Saya tidak tega sehingga tetap akan mengobati masyarakat yang datang ke sini," tukas Masudin.
Diakuinya, animo masyarakat terhadap praktik terapinya cukup tinggi. Hal itu dapat dilihat dari jumlah pendaftaran yang akan dilayani hingga Agustus 2014.
Masudin juga meminta kepada pihak Dinkes mau berbesar hati dan memberi kebebasan kepada masyarakat untuk mencari kesembuhan.
Namun kenyataan, penutupan oleh Dinkes itu tak menghalangi pasien dari berbagai daerah di Indonesia tetap datang meminta pengobatan dari Masudin.
Bahkan, dari buku pendaftaran terlihat pasien telah mengantre dan siap dilayani Masudin hingga Agustus 2014. Tiap hari, tempat praktik Masudin di Desa Banyuarang, Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang tak pernah sepi. Antrean panjang pasien menjadi pemandangan yang biasa.
Pasien tampak antusias ingin segera sembuh dari tuna rungu yang dideritanya. Kebanyakan mereka mengeluhkan, penghobatan secara medis ternyata tak menyembuhkan.
Soal penutupan oleh Dinkes tidak terlalu dipusingkan pasien. Selama Masudin bersedia memberikan pengobatan, pasien tetap akan datang untuk terapi.
"Kalau saya berharap agar penutupan itu segera dibatalkan saja," harap orang tua pasien asal Sragen, Santo, saat berada di tempat praktik Masudin.
Tekat dan keyakinan para pasien memilih terapi ke Masudin cukup berlasan. Sebab, di lokasi Masudin berpraktik warga boleh melihat langsung proses pengobatan yang dilakukan terhadap pasien.
Warga bisa melihat langsung bagaimana para penderita tuli total dapat langsung sembuh dan bisa mendengar setelah menjalani terapi.
Dua orang pasien, Anang dan Sri Lestari, pasangan suami istri tuna rungu ini langsung bisa mendengar setelah diterapi.
Untuk membuktikan keduanya sudah bisa mendengar, maka Masudin mendekatkan suara musik di dekat telinga mereka. Saat itu Sri Lestari langsung terkejut dan kesakitan. Saat mereka dipanggil namanya juga sudah bisa mendengar.
Sri maupun Anang terlihat senang. Keduanya dapat langsung diwawancarai wartawan meski suara didengarnya sangat pelan. Begitu pula bicaranya, suara keduanya masih belum lancar karena terbiasa menggunakan bahasa isyarat.
Terhadap upaya Dinkes menutup praktik terapi itu, Masudin memastikan akan tetap buka melayani masyarakat.
"Saya tidak tega sehingga tetap akan mengobati masyarakat yang datang ke sini," tukas Masudin.
Diakuinya, animo masyarakat terhadap praktik terapinya cukup tinggi. Hal itu dapat dilihat dari jumlah pendaftaran yang akan dilayani hingga Agustus 2014.
Masudin juga meminta kepada pihak Dinkes mau berbesar hati dan memberi kebebasan kepada masyarakat untuk mencari kesembuhan.
(lns)