Menilik makna tusuk sate di puncak Gedung Sate
A
A
A
Sindonews.com - Siapa yang tidak kenal dengan Gedung Sate? Ya, Gedung Sate merupakan gedung pemerintahan Jawa Barat sekaligus kantor Gubernur Jawa Barat dari masa ke masa. Gedung Sate berdiri gagah di Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jawa Barat sekaligus jadi simbol yang identik dengan Kota Bandung.
Gedung Sate dibangun pada 27 Juli 1920. Gedung itu semula disebut Gedung GB atau Gebe yang merupakan singkatan dari Gouvernments Bedrijven. Tujuan didirikannya gedung itu adalah sebagai pusat pemerintahan saat pemerintahan Hindia-Belanda menetapkan Kota Bandung sebagai ibu kota pemerintahan.
Tapi gedung itu lama kelamaan dikenal dengan sebutan Gedung Sate hingga kini karena adanya simbol mirip tusuk sate di puncak bangunannya. Bukan tanpa alasan ada simbol tusuk sate di puncak Gedung Sate.
"Simbol yang sering disebut tusuk sate itu sebenarnya tusukan sate dengan enam ornamen berbentuk jambur air," kata Yanto (45), petugas Keamanan Dalam Gedung Sate sekaligus tour guide Gedung Sate.
Material simbol tusuk sate dan jambu air itu berbahan perunggu berwarna hijau. "Dulu warnanya sempat jadi hitam, mungkin karena kotor dan tidak dibersihkan bertahun-tahun. Tapi setelah dibersihkan warnanya jadi hijau lagi," tutur Yanto.
Menurutnya, tusuk sate dan enam ornamen berbentuk bulat di puncak Gedung Sate adalah lambang dari biaya pembangunan. "Itu melambangkan waktu membangun Gedung Sate pemerintahan Hindia-Belanda menghabiskan 6 juta gulden," jelasnya.
Dana sebesar itu, dipakai untuk membangun Gedung Sate, Kantor Pusat Pos, Telegraf, dan Telepon (PTT), laboratorium, Museum Geologi, serta Kantor Dinas Tenaga Air dan Listrik. Proses pembangunan tuntas pada September 1924.
Gedung Sate sendiri perencanaan dan pembangunannya dibuat oleh tim yang diketuai Kolonel Purnawirawan V.L. Slors. Peletakan batu pertama dilakukan pada 27 Juli 1920 oleh Johana Catherine Coops, putri sulung Wali Kota Bandung saat itu.
"Gedung Sate ini pembangunannya melibatkan 2.000 pekerja, 150 orang di antaranya merupakan pengukir batu nisan dan pengukir kayu berkebangsaan Cina. Sisanya mayoritas pekerjanya adalah kaum pribumi," bebernya.
Desain Gedung Sate merupakan karya arsitek Ir. J. Berger. Gaya arsitektur Gedung Sate merupakan perpaduan wajah timur dan barat yang ditopang teknik konstruksi maju dari negeri barat.
Gedung Sate berdiri di atas lahan seluas sekira 27 ribu meter persegi, luas bangunannya lebih dari 10 ribu meter persegi. Mayoritas konstruksi Gedung Sate terdiri dari batu alam dan bata. Dinding Gedung Sate terbuat dari kepingan batu ukuran besar yang diambil dari kawasan perbukitan batu di Bandung Timur.
Awalnya, Gedung Sate jadi pusat kegiatan Jawatan Pekerjaan Umum. Tapi sejak 1980, gedung itu jadi pusat pemerintahan Pemprov Jawa Barat.
Gedung Sate dibangun pada 27 Juli 1920. Gedung itu semula disebut Gedung GB atau Gebe yang merupakan singkatan dari Gouvernments Bedrijven. Tujuan didirikannya gedung itu adalah sebagai pusat pemerintahan saat pemerintahan Hindia-Belanda menetapkan Kota Bandung sebagai ibu kota pemerintahan.
Tapi gedung itu lama kelamaan dikenal dengan sebutan Gedung Sate hingga kini karena adanya simbol mirip tusuk sate di puncak bangunannya. Bukan tanpa alasan ada simbol tusuk sate di puncak Gedung Sate.
"Simbol yang sering disebut tusuk sate itu sebenarnya tusukan sate dengan enam ornamen berbentuk jambur air," kata Yanto (45), petugas Keamanan Dalam Gedung Sate sekaligus tour guide Gedung Sate.
Material simbol tusuk sate dan jambu air itu berbahan perunggu berwarna hijau. "Dulu warnanya sempat jadi hitam, mungkin karena kotor dan tidak dibersihkan bertahun-tahun. Tapi setelah dibersihkan warnanya jadi hijau lagi," tutur Yanto.
Menurutnya, tusuk sate dan enam ornamen berbentuk bulat di puncak Gedung Sate adalah lambang dari biaya pembangunan. "Itu melambangkan waktu membangun Gedung Sate pemerintahan Hindia-Belanda menghabiskan 6 juta gulden," jelasnya.
Dana sebesar itu, dipakai untuk membangun Gedung Sate, Kantor Pusat Pos, Telegraf, dan Telepon (PTT), laboratorium, Museum Geologi, serta Kantor Dinas Tenaga Air dan Listrik. Proses pembangunan tuntas pada September 1924.
Gedung Sate sendiri perencanaan dan pembangunannya dibuat oleh tim yang diketuai Kolonel Purnawirawan V.L. Slors. Peletakan batu pertama dilakukan pada 27 Juli 1920 oleh Johana Catherine Coops, putri sulung Wali Kota Bandung saat itu.
"Gedung Sate ini pembangunannya melibatkan 2.000 pekerja, 150 orang di antaranya merupakan pengukir batu nisan dan pengukir kayu berkebangsaan Cina. Sisanya mayoritas pekerjanya adalah kaum pribumi," bebernya.
Desain Gedung Sate merupakan karya arsitek Ir. J. Berger. Gaya arsitektur Gedung Sate merupakan perpaduan wajah timur dan barat yang ditopang teknik konstruksi maju dari negeri barat.
Gedung Sate berdiri di atas lahan seluas sekira 27 ribu meter persegi, luas bangunannya lebih dari 10 ribu meter persegi. Mayoritas konstruksi Gedung Sate terdiri dari batu alam dan bata. Dinding Gedung Sate terbuat dari kepingan batu ukuran besar yang diambil dari kawasan perbukitan batu di Bandung Timur.
Awalnya, Gedung Sate jadi pusat kegiatan Jawatan Pekerjaan Umum. Tapi sejak 1980, gedung itu jadi pusat pemerintahan Pemprov Jawa Barat.
(lns)