Tak ada bus priority BST koridor II
A
A
A
Sindonews.com - Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Solo, Jawa Tengah mengeliminasi opsi pemasangan sistem bus priority pada jalur bus Batik Solo Trans (BST) Koridor II. Alasannya, faktor penghambat waktu tunggu di jalur ini minimal.
Sebagai informasi, jalur yang bakal dioperasikan akhir Desember ini melalui Kartasura-Jalan Slamet Riyadi-Gendengan-Jalan dr Moewardi-Jalan Yosodipuro-Jalan Gajah Mada-Stasiun Balapan-Jalan Kolonel Sutarto-Jalan Ir Sutami-Palur PP.
“Tidak banyak persimpangan di ruas-ruas jalan tersebut yang berpotensi kemacetan. Rutenya juga lebih pendek dibanding koridor I. Jadi, head way (waktu tunggu) antarbus 7,5 menit tidak akan meleset. Pemasangan bus priority dirasa tidak akan berpengaruh signifikan,” kata Kabid Lalu Lintas Dishubkominfo Solo, Sri Indarjo, Jumat (29/11/2013).
Pada awalnya, pemasangan sistem bus priority bertujuan mempersingkat waktu tempuh BST yang sering terhambat lampu merah di persimpangan. Sistem ini bekerja saat BST mendekati persimpangan, dengan menyalakan lampu hijau untuk armada angkutan umum massal tersebut.
Dulunya, uji coba sistem ini di koridor I BST gagal karena pengoperasiannya cukup rumit. Meski demikian, Indarjo menampik penyebab sistem tersebut tidak diintegrasikan di koridor II akibat persoalan yang sama di koridor I.
“Dari bidang perhubungan kemungkinan hanya mengantisipasi secara manual, alias bukan memasang sistem bus priority. Utamanya di pesimpangan Gendengan yang sering padat,” kata dia.
Disiapkan sebanyak 24 unit shelter BST portabel di jalur trayek dan dua unit permanen di depan Stasiun Balapan Solo guna mendukung fasilitas bagi penumpang. Jarak antar-shelter diperkirakan 400-500 meter.
Adapun jumlah armada BST di koridor II mencapai 16 unit yang berasal dari pengadaan APBD sebanyak 10 unit dan aset PT Bengawan Solo Transport sebanyak enam unit.
Indarjo berharap, head way BST yang tepat waktu menjadi senjata utama penerapan sistem transportasi massal.
“Pengguna kendaraan umum akan meninggalkan kendaraan pribadinya apabila bus datang tepat waktu dan memiliki pelayanan prima,” jelasnya.
Sebagai informasi, jalur yang bakal dioperasikan akhir Desember ini melalui Kartasura-Jalan Slamet Riyadi-Gendengan-Jalan dr Moewardi-Jalan Yosodipuro-Jalan Gajah Mada-Stasiun Balapan-Jalan Kolonel Sutarto-Jalan Ir Sutami-Palur PP.
“Tidak banyak persimpangan di ruas-ruas jalan tersebut yang berpotensi kemacetan. Rutenya juga lebih pendek dibanding koridor I. Jadi, head way (waktu tunggu) antarbus 7,5 menit tidak akan meleset. Pemasangan bus priority dirasa tidak akan berpengaruh signifikan,” kata Kabid Lalu Lintas Dishubkominfo Solo, Sri Indarjo, Jumat (29/11/2013).
Pada awalnya, pemasangan sistem bus priority bertujuan mempersingkat waktu tempuh BST yang sering terhambat lampu merah di persimpangan. Sistem ini bekerja saat BST mendekati persimpangan, dengan menyalakan lampu hijau untuk armada angkutan umum massal tersebut.
Dulunya, uji coba sistem ini di koridor I BST gagal karena pengoperasiannya cukup rumit. Meski demikian, Indarjo menampik penyebab sistem tersebut tidak diintegrasikan di koridor II akibat persoalan yang sama di koridor I.
“Dari bidang perhubungan kemungkinan hanya mengantisipasi secara manual, alias bukan memasang sistem bus priority. Utamanya di pesimpangan Gendengan yang sering padat,” kata dia.
Disiapkan sebanyak 24 unit shelter BST portabel di jalur trayek dan dua unit permanen di depan Stasiun Balapan Solo guna mendukung fasilitas bagi penumpang. Jarak antar-shelter diperkirakan 400-500 meter.
Adapun jumlah armada BST di koridor II mencapai 16 unit yang berasal dari pengadaan APBD sebanyak 10 unit dan aset PT Bengawan Solo Transport sebanyak enam unit.
Indarjo berharap, head way BST yang tepat waktu menjadi senjata utama penerapan sistem transportasi massal.
“Pengguna kendaraan umum akan meninggalkan kendaraan pribadinya apabila bus datang tepat waktu dan memiliki pelayanan prima,” jelasnya.
(lns)