Chikungunya serang 2 desa di Kabupaten Cirebon
A
A
A
Sindonews.com - Dua desa di kecamatan berbeda, di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terserang penyakit chikungunya. Tepatnya di Kelurahan Pasalakan, Kecamatan Weru, ada 37 orang dan di Desa Suranenggala Kulon, Kecamatan Suranenggala, sudah belasan yang terserang.
Untuk mencegah penyebaran penyakit yang berasal dari nyamuk ini, Desa Pasalakan melakukan fogging atau pengasapan di lingkungan sekitar, baik di dalam rumah penduduk, maupun halaman tempat tinggal warga.
Chikungunya merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus alphavirus yang disebarkan melalui gigitan nyamuk dari spesies aedes aegypti.
Penyakit ini memiliki gejala di antaranya demam mendadak hingga 39 derajat celcius, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan jari kaki, tangan, serta tulang belakang yang disertai ruam atau kumpulan bintik merah pada kulit.
Akibat serangan nyamuk ini, warga terpaksa tidak bisa beraktivitas selama beberapa lama akibat linu pada persendiannya. Salah seorang warga Della (13) mengaku, terpaksa berbaring di atas tempat tidur karena merasa lemas.
“Sebelumnya nggak terasa apapun, tapi pas pulang sekolah badan terasa lemas dan badan panas. Ada bintik-bintik juga di badan,” katanya, kepada wartawan, Kamis (28/11/2013).
Semula, dia tak mengetahui jenis sakit yang dideritanya. Namun setelah pemeriksaan di puskesmas barulah diketahuinya dia terkena chikungunya. Menurut sang ibu, Sarimi, selain anaknya ada pula warga lain yang terkena wabah serupa.
“Ini sudah beberapa hari banyak warga yang kena, beberapa dari mereka lapor ketua RT,” ujar dia.
Menurut dia, rata-rata warga yang terkena wabah ini tinggal berdekatan. Untuk ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon melakukan pengasapan di sekitar rumah penduduk.
Kepala Seksi Diptram Kelurahan Pasalakan Edi Darmawan menyebut, minggu lalu jumlah warga yang terserang chikungunya sekitar 25 orang.
“Semakin hari jumlahnya bertambah, dan sekarang hampir 40 orang. Supaya tak meluas, kami lakukan fogging,” terang dia.
Sementara itu, Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Dinkes Kabupaten Cirebon Nanang Ruhyana menyebutkan, Kabupaten Cirebon masuk endemis demam berdarah dengue (DBD). Mengingat penyebaran chikungunya disebabkan nyamuk aedes aegypti, maka daerah ini pun endemis chikungunya.
“Penyakit ini terutama rentan saat pergantian musim, baik dari hujan ke kemarau maupun kemarau ke hujan. Sama seperti DBD, bedanya DBD mematikan sedangkan chikungunya tidak,” jelas dia.
Warga di sekitar pesisir pantai, terutama rentan dengan penyakit ini, mengingat di kawasan tersebut kebersihan masih belum terjaga baik. Selain 37 warga di Kelurahan Pasalakan, disebutkan dia tercatat pula 17 warga lainnya di Desa Suranenggala Kulon, Kecamatan Suranenggala yang terkena wabah chikungunya.
Sejauh ini, pihaknya sendiri melakukan fogging sebagai upaya penanggulangan. Menurut dia, sudah 10 lokasi yang diasapi. Dikatakannya, tak ada cara lain menghindari penyakit ini, selain melakukan pedoman 3M, yakni menguras, menutup, dan mengubur.
Untuk mencegah penyebaran penyakit yang berasal dari nyamuk ini, Desa Pasalakan melakukan fogging atau pengasapan di lingkungan sekitar, baik di dalam rumah penduduk, maupun halaman tempat tinggal warga.
Chikungunya merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus alphavirus yang disebarkan melalui gigitan nyamuk dari spesies aedes aegypti.
Penyakit ini memiliki gejala di antaranya demam mendadak hingga 39 derajat celcius, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan jari kaki, tangan, serta tulang belakang yang disertai ruam atau kumpulan bintik merah pada kulit.
Akibat serangan nyamuk ini, warga terpaksa tidak bisa beraktivitas selama beberapa lama akibat linu pada persendiannya. Salah seorang warga Della (13) mengaku, terpaksa berbaring di atas tempat tidur karena merasa lemas.
“Sebelumnya nggak terasa apapun, tapi pas pulang sekolah badan terasa lemas dan badan panas. Ada bintik-bintik juga di badan,” katanya, kepada wartawan, Kamis (28/11/2013).
Semula, dia tak mengetahui jenis sakit yang dideritanya. Namun setelah pemeriksaan di puskesmas barulah diketahuinya dia terkena chikungunya. Menurut sang ibu, Sarimi, selain anaknya ada pula warga lain yang terkena wabah serupa.
“Ini sudah beberapa hari banyak warga yang kena, beberapa dari mereka lapor ketua RT,” ujar dia.
Menurut dia, rata-rata warga yang terkena wabah ini tinggal berdekatan. Untuk ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon melakukan pengasapan di sekitar rumah penduduk.
Kepala Seksi Diptram Kelurahan Pasalakan Edi Darmawan menyebut, minggu lalu jumlah warga yang terserang chikungunya sekitar 25 orang.
“Semakin hari jumlahnya bertambah, dan sekarang hampir 40 orang. Supaya tak meluas, kami lakukan fogging,” terang dia.
Sementara itu, Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Dinkes Kabupaten Cirebon Nanang Ruhyana menyebutkan, Kabupaten Cirebon masuk endemis demam berdarah dengue (DBD). Mengingat penyebaran chikungunya disebabkan nyamuk aedes aegypti, maka daerah ini pun endemis chikungunya.
“Penyakit ini terutama rentan saat pergantian musim, baik dari hujan ke kemarau maupun kemarau ke hujan. Sama seperti DBD, bedanya DBD mematikan sedangkan chikungunya tidak,” jelas dia.
Warga di sekitar pesisir pantai, terutama rentan dengan penyakit ini, mengingat di kawasan tersebut kebersihan masih belum terjaga baik. Selain 37 warga di Kelurahan Pasalakan, disebutkan dia tercatat pula 17 warga lainnya di Desa Suranenggala Kulon, Kecamatan Suranenggala yang terkena wabah chikungunya.
Sejauh ini, pihaknya sendiri melakukan fogging sebagai upaya penanggulangan. Menurut dia, sudah 10 lokasi yang diasapi. Dikatakannya, tak ada cara lain menghindari penyakit ini, selain melakukan pedoman 3M, yakni menguras, menutup, dan mengubur.
(san)