Fenomena 'kupu-kupu abu-abu' di Blitar
A
A
A
Sindonews.com - Satu dari sepuluh pelajar di Kota Blitar ditengarai terlibat aktif di dalam kehidupan prostitusi (pelacuran) terselubung.
Selain berprofesi sebagai "kupu-kupu abu-abu", beberapa di antaranya teridentifikasi sebagai bagian lesbian dan homoseksual (gay).
"Kita mendapat laporan hasil riset dari lembaga independen, hasilnya memang mengejutkan," ujar Sekretaris Komisi I DPRD Kota Blitar Nuhan Eko Wahyudi kepada wartawan, Jumat (16/11/2013).
Peran orangtua dan pendidikan karakter menjadi salah satu faktor yang berpengaruh dalam pembentukan kepribadian anak. Di luar itu adalah lingkungan sekitar dan budaya asing yang terjajakan bebas melalui media internet.
Nuhan mengaku, belum menemukan korelasi langsung antara maraknya hiburan malam di Kota Blitar dengan tingginya angka pelacuran yang melibatkan pelajar. Dari hasil penelitian, meski melakukan "kerja sampingan", mereka tetap aktif melaksanakan kewajiban sebagai seorang murid.
"Memang ada yang dikarenakan masalah ekonomi, namun sebagian besar hanya untuk kesenangan semata, semacam gaya hidup," tuturnya.
Sayangnya, Nuhan tidak membeberkan hasil riset lembaga independen tersebut secara detail. Apa yang disampaikan merupakan kesimpulan secara umum.
Sementara pantauan di lapangan, sejumlah pekerja pemandu lagu (purel) di Kota Blitar memang banyak ditempati anak-anak berusia pelajar. Informasi di lapangan, selain menemani tamu untuk menyanyi, ada beberapa purel yang bisa diajak hingga ke kencan.
Atas fenomena tersebut, politikus dari PPP ini menilai apa yang terjadi tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Karenannya dalam waktu dekat, pihaknya akan mengundang dinas terkait untuk membahas permasalahan yang terjadi.
"Sebab ini menyangkut moralitas generasi muda Blitar ke depan. Harus ada langkah konkret pemerintah untuk mengatasi hal ini," paparnya.
Dikonfirmasi terpisah Kepala Bappemas dan KB Kota Blitar, Suryono, mengaku belum pernah menerima laporan adanya pelajar yang terlibat aktif di dalam dunia prostitusi.
"Sejauh ini Bappemas belum pernah menerima laporan," ujarnya singkat.
Selain berprofesi sebagai "kupu-kupu abu-abu", beberapa di antaranya teridentifikasi sebagai bagian lesbian dan homoseksual (gay).
"Kita mendapat laporan hasil riset dari lembaga independen, hasilnya memang mengejutkan," ujar Sekretaris Komisi I DPRD Kota Blitar Nuhan Eko Wahyudi kepada wartawan, Jumat (16/11/2013).
Peran orangtua dan pendidikan karakter menjadi salah satu faktor yang berpengaruh dalam pembentukan kepribadian anak. Di luar itu adalah lingkungan sekitar dan budaya asing yang terjajakan bebas melalui media internet.
Nuhan mengaku, belum menemukan korelasi langsung antara maraknya hiburan malam di Kota Blitar dengan tingginya angka pelacuran yang melibatkan pelajar. Dari hasil penelitian, meski melakukan "kerja sampingan", mereka tetap aktif melaksanakan kewajiban sebagai seorang murid.
"Memang ada yang dikarenakan masalah ekonomi, namun sebagian besar hanya untuk kesenangan semata, semacam gaya hidup," tuturnya.
Sayangnya, Nuhan tidak membeberkan hasil riset lembaga independen tersebut secara detail. Apa yang disampaikan merupakan kesimpulan secara umum.
Sementara pantauan di lapangan, sejumlah pekerja pemandu lagu (purel) di Kota Blitar memang banyak ditempati anak-anak berusia pelajar. Informasi di lapangan, selain menemani tamu untuk menyanyi, ada beberapa purel yang bisa diajak hingga ke kencan.
Atas fenomena tersebut, politikus dari PPP ini menilai apa yang terjadi tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Karenannya dalam waktu dekat, pihaknya akan mengundang dinas terkait untuk membahas permasalahan yang terjadi.
"Sebab ini menyangkut moralitas generasi muda Blitar ke depan. Harus ada langkah konkret pemerintah untuk mengatasi hal ini," paparnya.
Dikonfirmasi terpisah Kepala Bappemas dan KB Kota Blitar, Suryono, mengaku belum pernah menerima laporan adanya pelajar yang terlibat aktif di dalam dunia prostitusi.
"Sejauh ini Bappemas belum pernah menerima laporan," ujarnya singkat.
(rsa)