Bunker pada masa Keraton Pajang ditemukan di Solo
A
A
A
Sindonews.com - Pasca terbongkarnya adanya bunker di komplek Balai Kota Solo mengungkap keberadaan bunker lainnya di Kota yang pernah dipimpin Jokowi. Salah satunya di kampung Laweyan, Solo, Jawa Tengah (Jateng).
Di daerah yang terkenal dengan kampung batiknya Solo ini, ternyata banyak sekali bunker-bunker ditemukan. Konon, bunker-bunker ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan harta benda para juragan batik dan antara satu bunker dengan bunker lainnya saling menyambung satu sama lain.
Sayangnya hampir semua banker telah ditutup oleh para pemiliknya karena dianggap sudah tidak berfungsi lagi. Namun satu bunker kuno masih tetap dipertahankan oleh salah satu keturunan pemilik bunker tersebut.
Salah satunya bunker kuno milik Harun Muryadi (64), warga Jl. Tiga Negeri, RT 002/RW 002, Setono, Laweyan, Solo, Jateng.
Menurut cerita Harun Muryadi pemilik bunker ini, bunker yang ada di dalam kediaman rumahnya tersebut di bangun oleh almarhum kakek buyutnya yang seorang punggawa Keraton Pajang.
"Banker dibangun pertama kali Bei Kertoyudho seorang Punggawa Kraton Pajang pada tahun 1537. Namun usia kraton Pajang hanya seumur jagung yakni 5 tahun. Dengan rajanya bernama Joko Tingkir," jelas ia, di rumahnya di Kampung Lawayan Solo, Sabtu (16/11/2013).
Bunker tua ini terlihat masih kokoh, dan berukuran 3 meter x 3 meter dengan ketinggian 2 meter ini tersusun dari batu bata berukuran besar dan tebal berbeda dengan batu bata jaman sekarang yang berukuran kecil.
Menurut cerita yang didapat turun temurun dari keluarganya, ungkap Harun, bangunan ini di buat tanpa menggunakan semen. Hanya batu bata ukuran besar yang di tumpuk dan direkatkan dengan batu-bata merah yang ditumbuk halus. Hasilnya sungguh luar, meski telah berabad-abad, bunker tersebut masih kokoh.
Menurut Harun, semula bunker yang didirikan pendahulunya tersebut tersambung dengan bunker-bunker lainnya. Namun, karena suatu alasan, maka bunker lainnya ditutup oleh pemiliknya.
Diakui oleh Harun, bunker miliknya ini sering dikunjungi wisatawan asing. Terutama wisatawan dari Belanda dan Amerika.
"Warga asing dari Belanda dan Amerika paling sering berkunjung ke bunker milik saya. Kalau wisatawan lokal jarang. Ada juga dari kalangan penelitian dari berbagai universitas. Salah satunya dari Unpad yang sering banget ke bunker ini untuk penelitian," paparnya.
Sebelum Jokowi jadi Gubernur, Jokowi berniat untuk memperbaiki rumah dan juga bunker agar bisa di jadikan tempat wisata cagar budaya.
Saat ini bunker yang terletak persis di tengah ruangan kamar tidur hanya ditutupi oleh lembaran kayu dan di atasnya di tutup meja berbentuk bundar.
Dulu rumah ini pernah ada yang mau membeli tapi ditolak dengan tegas oleh Harun Muryadi. Pasalnya dia tidak mau menjualnya karena ingin melestarikan bunker kuno ini agar tetap terjaga.
"Pernah ada seorang wartawan dari Jakarta datang membawa pembeli dari Malaysia untuk membeli rumah ini. Tapi saya tolak, karena bila di beli orang lain pasti tidak semua orang boleh masuk untuk melihatnya," tandasnya.
Di daerah yang terkenal dengan kampung batiknya Solo ini, ternyata banyak sekali bunker-bunker ditemukan. Konon, bunker-bunker ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan harta benda para juragan batik dan antara satu bunker dengan bunker lainnya saling menyambung satu sama lain.
Sayangnya hampir semua banker telah ditutup oleh para pemiliknya karena dianggap sudah tidak berfungsi lagi. Namun satu bunker kuno masih tetap dipertahankan oleh salah satu keturunan pemilik bunker tersebut.
Salah satunya bunker kuno milik Harun Muryadi (64), warga Jl. Tiga Negeri, RT 002/RW 002, Setono, Laweyan, Solo, Jateng.
Menurut cerita Harun Muryadi pemilik bunker ini, bunker yang ada di dalam kediaman rumahnya tersebut di bangun oleh almarhum kakek buyutnya yang seorang punggawa Keraton Pajang.
"Banker dibangun pertama kali Bei Kertoyudho seorang Punggawa Kraton Pajang pada tahun 1537. Namun usia kraton Pajang hanya seumur jagung yakni 5 tahun. Dengan rajanya bernama Joko Tingkir," jelas ia, di rumahnya di Kampung Lawayan Solo, Sabtu (16/11/2013).
Bunker tua ini terlihat masih kokoh, dan berukuran 3 meter x 3 meter dengan ketinggian 2 meter ini tersusun dari batu bata berukuran besar dan tebal berbeda dengan batu bata jaman sekarang yang berukuran kecil.
Menurut cerita yang didapat turun temurun dari keluarganya, ungkap Harun, bangunan ini di buat tanpa menggunakan semen. Hanya batu bata ukuran besar yang di tumpuk dan direkatkan dengan batu-bata merah yang ditumbuk halus. Hasilnya sungguh luar, meski telah berabad-abad, bunker tersebut masih kokoh.
Menurut Harun, semula bunker yang didirikan pendahulunya tersebut tersambung dengan bunker-bunker lainnya. Namun, karena suatu alasan, maka bunker lainnya ditutup oleh pemiliknya.
Diakui oleh Harun, bunker miliknya ini sering dikunjungi wisatawan asing. Terutama wisatawan dari Belanda dan Amerika.
"Warga asing dari Belanda dan Amerika paling sering berkunjung ke bunker milik saya. Kalau wisatawan lokal jarang. Ada juga dari kalangan penelitian dari berbagai universitas. Salah satunya dari Unpad yang sering banget ke bunker ini untuk penelitian," paparnya.
Sebelum Jokowi jadi Gubernur, Jokowi berniat untuk memperbaiki rumah dan juga bunker agar bisa di jadikan tempat wisata cagar budaya.
Saat ini bunker yang terletak persis di tengah ruangan kamar tidur hanya ditutupi oleh lembaran kayu dan di atasnya di tutup meja berbentuk bundar.
Dulu rumah ini pernah ada yang mau membeli tapi ditolak dengan tegas oleh Harun Muryadi. Pasalnya dia tidak mau menjualnya karena ingin melestarikan bunker kuno ini agar tetap terjaga.
"Pernah ada seorang wartawan dari Jakarta datang membawa pembeli dari Malaysia untuk membeli rumah ini. Tapi saya tolak, karena bila di beli orang lain pasti tidak semua orang boleh masuk untuk melihatnya," tandasnya.
(rsa)