Bocah penderita kanker otak di Nganjuk butuh bantuan

Rabu, 13 November 2013 - 15:23 WIB
Bocah penderita kanker otak di Nganjuk butuh bantuan
Bocah penderita kanker otak di Nganjuk butuh bantuan
A A A
Sindonews.com - Kemiskinan membuat seorang bocah penderita kanker otak di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, tak bisa segera di operasi, karena tidak memiliki biaya. Meski sering jatuh pingsan, dan sering keluar darah dari hidungnya, bocah berusia tujuh tahun tersebut, tetap semangat dan ingin terus bersekolah.

Sementara orang tuanya terus bekerja keras mengumpulkan biaya dengan berkeliling menjadi penjual makanan ringan, dan ibunya bekerja sebagai buruh cuci pakaian.

Sepintas, kondisi Dafa Anugrah Khoirul Faza (7) putra pasangan suami istri Khoirul (37) dan Anik Andriyani (36) warga Kelurahan Ploso, Kecamatan Kota Nganjuk, Jawa Timur, tampak biasa saja seperti anak-anak lainnya.

Setiap hari, Dafa semangat pergi kesekolah dan menuntut ilmu bersama teman-temannya. Namun siapa sangka, jika di balik itu semua kondisi Dafa sebenarnya sedang sakit keras.

Dia didiagnosa menderita kanker otak sejak beberapa tahun silam. Jika kelelahan di sekolah, dan sakitnya kambuh, dari hidung bocah mungil ini sering keluar darah.

Tak hanya itu saja, pada saat yang lain separuh tubuh Dafa juga sering tiba-tiba mengalami kelumpuhan mendadak, sehingga dia roboh dan jatuh di tanah.

Pihak sekolah sebenarnya tidak tega dan sudah menganjurkan Dafa agar beristirahat di rumah dan tidak sekolah. Namun keinginan Dafa untuk bersekolah rupanya sangat tinggi, sehingga dia tetap memaksakan diri berangkat ke sekolah.

Pada saat jam istirahat dan teman-temannya bisa bermain riang di halaman, Dafa lebih sering memilih duduk diam di ruang kelasnya. Meski sebenarnya sakit, Dafa mengaku tetap semangat dan ingin terus sekolah, karena setelah besar nanti dia ingin menjadi polisi.

Karena kondisinya yang sangat tidak memungkinkan itu, setiap pergi atau pulang sekolah, dengan mengendarai sepeda angin, Dafa selalu dijemput oleh ibunya. Bahkan, karena takut sakitnya kambuh dan roboh mendadak, sang ibu terpaksa membonceng Dafa dengan cara duduk di bagian depan sepeda.

Ditemui di rumah kontrakannya, sambil menangis, Anik Andriyani mengaku sebenarnya sangat merasa sedih dengan kondisi putranya yang menderita kanker otak. Anik mengaku, sebenarnya sangat ingin membawa Dafa pergi dan segera menjalani operasi di rumah sakit dr Sutomo Surabaya.

Namun karena tidak punya biaya, Anik terpaksa mengurungkan niatnya tersebut. Saat melakukan pemeriksaan sebelumnya, pihak rumah sakit di RSUD Dokter Sutomo Surabaya mengharuskan Dafa menjalani operasi dengan mendatangkan alat medis khusus dari Jakarta.

Namun meski sudah punya kartu Jamkesmas, biaya mendatangkan alat tersebut harus ditanggung oleh keluarga Dafa. Jika memang tidak punya biaya, pihak rumah sakit masih menunggu adanya pasien lain yang memiliki biaya, sehingga Dafa dapat dioperasi dengan biaya mendatangkan alat ditanggung bersama pasien yang mampu.

Namun demikian, belum ada kepastian sampai kapan Dafa harus menunggu. Padahal, dalam beberapa pekan terakhir, kondisi Dafa terus memburuk dengan tiba-tiba lebih sering pingsan, dan dari hidungnya sering keluar darah.

Anik mengaku, saat ini masih terus bekerja keras mengumpulkan uang untuk biaya operasi Dafa dengan bekerja sebagai buruh cuci dan strika baju, dari para tetangganya. Sementara ayah Dafa, berkeliling menjual makanan kecil di sejumlah sekolah dasar.

Melihat kondisi dafa yang sudah semakin memburuk, anik berharap ada dermawan yang mau membantu agar Dafa segera dapat menjalani operasi dan sembuh dari penyakitnya.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3279 seconds (0.1#10.140)