Pemprov bantah paksa pengungsi Syiah Sampang pindah
A
A
A
Sindonews.com - Pemprov Jatim membantah adanya pemaksaan terhadap pengungsi Syiah Sampang di rumah susun (rusun) Jemundo, Desa Jemundo, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo. Bahkan, pihak Pemprov juga membantah adanya pemindahan diam-diam dari rusun tersebut.
Asisten III Sekdaprov Jawa Timur, Edy Purwinarto, selaku Sekretaris Tim Penyeleseian Konflik Sosial Sampang menepis tudingan tersebut.
"Tidak ada upaya pemaksaan atau pemindahan diam-diam para pengungsi Syiah Sampang dari Rusun Puspa Agro, Jemundo itu," kata Edy, di Surabaya, Senin (11/11/2013).
Ia menjelaskan, pada tanggal 7 November 2013 lalu ada pertemuan di rusun tersebut dengan para pengungsi Syiah. Pertemuan tersebut dihadiri Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama, Prof Nur Syam; Asissten III Sekdaprov Jatim, Edy Purwinarto; Kakanwil Kemenag Jatim, Sudjak; dan Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya, Abdu A'la.
Dari rapat tersebut ada 64 Pengungsi Syiah yang berkeinginan pulang kampung. Kemudian pada tanggal 8 November, pihaknya melakukan pendataan sejumlah pengungsi yang ingin pulang itu. Selanjutnya, pada 10 November disiapkan bus untuk mereka.
"Jadi, bukan dipaksa pindah, mereka yang inginkan sendiri," tegasnya.
Sementara alasan dibawa ke Asrama Haji Sukolilo Surabaya adalah para pengungsi ini akan melakukan perlengkapan persyaratan untuk pulang ke kampung halaman.
"Ini karena syarat mereka untuk pulang ke Sampang adalah membuat pernyataan bisa hidup bertetangga dengan baik dan menjaga harmonisasi kehidupan sosial. Nah, di Asrama Haji kami pastikan bersama para ulama Sampang apakah situasi sampang benar-benar kondusif untuk menerima mereka kembali," jelas Edy.
Edy juga menuding, ada pihak-pihak luar yang memang tidak menginginkan para pengungsi Syiah untuk kelura dari Rusun Jemundo atau pulang kampung. Padahal, prinsip pemerintah adalah menginginkan warga negaranya hidup secara aman, nyaman dan terlindungi hak sosialnya.
Baca juga: Relokasi Syiah Sampang bagian dari Operasi Kubah Hijau?
Asisten III Sekdaprov Jawa Timur, Edy Purwinarto, selaku Sekretaris Tim Penyeleseian Konflik Sosial Sampang menepis tudingan tersebut.
"Tidak ada upaya pemaksaan atau pemindahan diam-diam para pengungsi Syiah Sampang dari Rusun Puspa Agro, Jemundo itu," kata Edy, di Surabaya, Senin (11/11/2013).
Ia menjelaskan, pada tanggal 7 November 2013 lalu ada pertemuan di rusun tersebut dengan para pengungsi Syiah. Pertemuan tersebut dihadiri Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama, Prof Nur Syam; Asissten III Sekdaprov Jatim, Edy Purwinarto; Kakanwil Kemenag Jatim, Sudjak; dan Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya, Abdu A'la.
Dari rapat tersebut ada 64 Pengungsi Syiah yang berkeinginan pulang kampung. Kemudian pada tanggal 8 November, pihaknya melakukan pendataan sejumlah pengungsi yang ingin pulang itu. Selanjutnya, pada 10 November disiapkan bus untuk mereka.
"Jadi, bukan dipaksa pindah, mereka yang inginkan sendiri," tegasnya.
Sementara alasan dibawa ke Asrama Haji Sukolilo Surabaya adalah para pengungsi ini akan melakukan perlengkapan persyaratan untuk pulang ke kampung halaman.
"Ini karena syarat mereka untuk pulang ke Sampang adalah membuat pernyataan bisa hidup bertetangga dengan baik dan menjaga harmonisasi kehidupan sosial. Nah, di Asrama Haji kami pastikan bersama para ulama Sampang apakah situasi sampang benar-benar kondusif untuk menerima mereka kembali," jelas Edy.
Edy juga menuding, ada pihak-pihak luar yang memang tidak menginginkan para pengungsi Syiah untuk kelura dari Rusun Jemundo atau pulang kampung. Padahal, prinsip pemerintah adalah menginginkan warga negaranya hidup secara aman, nyaman dan terlindungi hak sosialnya.
Baca juga: Relokasi Syiah Sampang bagian dari Operasi Kubah Hijau?
(rsa)