Ratusan anak Desa Pabbaresang pawai sepeda hias
A
A
A
Sindonews.com - Semangat untuk merayakan Tahun Baru Islam 1435 Hijriah tidak hanya dilakukan penduduk Muslim yang tinggal di perkotaan. Di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, warga Desa Pabbaressang, menggelar perayaan tahun baru Islam dengan karnaval sepeda hias. Kegiatan ini melibatkan anak-anak.
Berdasarkan pantauan langsung di lapangan, tampak ratusan anak-anak di Desa Pabbaresang, Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu menggelar pawai sepeda hias. Acara yang dikemas dalam suasana di pedesaan ini, ternyata mampu menarik perhatian warga sekitar.
Setiap peserta, diwajibkan menghias sebagus mungkin sepedanya. Selanjutnya, para peserta karnaval sepeda hias ini melakukan konvoi keliling desa. Sambil pawai, panitia melakukan penilaian kepada sepeda yang dihias paling cantik.
Tampak sejumlah peserta ada yang menghias sepedanya mirip perahu bala-bala yang tidak lain adalah perahu pengangkut rumput laut yang dimiliki orang tua mereka. Ada juga yang menghias dengan segalam macam buah-buahan untuk memberitahukan buah-buahan yang diperjual belikan dikota-kota tersebut berasal dari desa.
Pawai sepeda hias ini, diikuti seratusan anak-anak desa. Mereka star di batas desa, dan finish di depan kantor desa. Informasi dari ketua panitia, perayaan ini semata-mata hanya untuk memancing kreativitas anak-anak seiring dengan momen tahun baru Islam.
Dalam sejarah, Desa Pabbaresang adalah sebuah desa yang pertama kalinya menerima ajaran Islam di Tana Luwu. Dimana pada tahun 1603 Masehi, tiga orang ulama dari Sumatera Barat, yakni Datuk Sulaeman, Datuk Ribandang, dan Datuk Tiro pertama kalinya mendarat di Desa Pabbaresang, di pesisir pantai Dusun Lavandoso.
Dari ketiga orang ulama itu, akhirnya ajaran Islam bisa diterima diseluruh lapisan Tana Luwu dan menjadi agama mayoritas orang Sulawesi Selatan.
Berdasarkan pantauan langsung di lapangan, tampak ratusan anak-anak di Desa Pabbaresang, Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu menggelar pawai sepeda hias. Acara yang dikemas dalam suasana di pedesaan ini, ternyata mampu menarik perhatian warga sekitar.
Setiap peserta, diwajibkan menghias sebagus mungkin sepedanya. Selanjutnya, para peserta karnaval sepeda hias ini melakukan konvoi keliling desa. Sambil pawai, panitia melakukan penilaian kepada sepeda yang dihias paling cantik.
Tampak sejumlah peserta ada yang menghias sepedanya mirip perahu bala-bala yang tidak lain adalah perahu pengangkut rumput laut yang dimiliki orang tua mereka. Ada juga yang menghias dengan segalam macam buah-buahan untuk memberitahukan buah-buahan yang diperjual belikan dikota-kota tersebut berasal dari desa.
Pawai sepeda hias ini, diikuti seratusan anak-anak desa. Mereka star di batas desa, dan finish di depan kantor desa. Informasi dari ketua panitia, perayaan ini semata-mata hanya untuk memancing kreativitas anak-anak seiring dengan momen tahun baru Islam.
Dalam sejarah, Desa Pabbaresang adalah sebuah desa yang pertama kalinya menerima ajaran Islam di Tana Luwu. Dimana pada tahun 1603 Masehi, tiga orang ulama dari Sumatera Barat, yakni Datuk Sulaeman, Datuk Ribandang, dan Datuk Tiro pertama kalinya mendarat di Desa Pabbaresang, di pesisir pantai Dusun Lavandoso.
Dari ketiga orang ulama itu, akhirnya ajaran Islam bisa diterima diseluruh lapisan Tana Luwu dan menjadi agama mayoritas orang Sulawesi Selatan.
(san)