Perbaikan Candi Prambanan akibat gempa 2006 belum selesai
A
A
A
Sindonews.com - Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY masih terus melakukan rekonstruksi terhadap bangunan Candi Prambanan yang rusak akibat gempa bumi 2006 silam. Tak hanya karena keterbatasan biaya, kerusakan yang dialami bangunan pun cukup parah.
"Tahap konservasi masih dilakukan hingga kini. Selain karena persoalan biaya, kerusakan Candi Prambanan, utamanya Candi Siwa memang cukup parah. Biaya konservasi terus kami carikan, sambil terus melakukan perbaikan terhadap Candi Siwa," ujar Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY Tri Hartono, kepada wartawan, Senin (28/10/2013).
Ditambahkan dia, metode rekonstruksi yang dilakukan pada Candi Siwa sedikit berbeda yakni dengan menginjeksi cela patahan batu candi. Namun demikian, pihaknya yakin sebentar lagi rekonstruksi bisa selesai dilakukan.
Sementara itu, Kepala Balai Konservasi Borobudur Marsis Sutopo mengungkapkan, Candi Borobudur juga termasuk cagar budaya yang selalu terkena dampak bencana alam, utamanya letusan Merapi.
Dampak abu vulkanik pada erupsi Merapi 2010 memang merupakan dampak terbesar selama ini bagi Candi Borobudur. Kala itu, Candi Budha terbesar ini tertutupi abu vulkanik hingga beberapa centimeter.
"Setelah bencana cukup mereda, saat itu kami segera melakukan recovery dengan pembersihan abu vulkanik. Hanya saja, akhirnya dilanjutkan dengan kajian tentang pengaruh abu Merapi terhadap Candi Borobudur dengan bantuan ahli dari Belanda dan Jerman. Apalagi setiap ada hujan abu, Borobudur pasti terkena," terangnya.
Diungkapkan Marsis, sebagai upaya pencegahan terhadap kerusakan Candi Borobudur akibat gempa bumi, pihaknya juga telah mengajukan pemasangan alat pemantau gempa ke BMG Jateng.
Selain itu, pihaknya juga telah melakukan beberapa kali simulasi penanganan bencana, baik hujan abu Merapi maupun gempa bumi dengan melibatkan masyarakat sekitar.
"Untuk gempa, Candi Borobudur masih ada kemungkinan terkena dampak. Menurut keterangan yang kami terima, di bawah pegunungan Menoreh terdapat patahan bumi yang jika bergeser tentu bisa menimbulkan gempa. Karena itu, kami berharap tahun depan beberapa alat pemantau gempa sudah bisa terpasang di sekeliling Candi Borobudur," tuturnya.
"Tahap konservasi masih dilakukan hingga kini. Selain karena persoalan biaya, kerusakan Candi Prambanan, utamanya Candi Siwa memang cukup parah. Biaya konservasi terus kami carikan, sambil terus melakukan perbaikan terhadap Candi Siwa," ujar Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY Tri Hartono, kepada wartawan, Senin (28/10/2013).
Ditambahkan dia, metode rekonstruksi yang dilakukan pada Candi Siwa sedikit berbeda yakni dengan menginjeksi cela patahan batu candi. Namun demikian, pihaknya yakin sebentar lagi rekonstruksi bisa selesai dilakukan.
Sementara itu, Kepala Balai Konservasi Borobudur Marsis Sutopo mengungkapkan, Candi Borobudur juga termasuk cagar budaya yang selalu terkena dampak bencana alam, utamanya letusan Merapi.
Dampak abu vulkanik pada erupsi Merapi 2010 memang merupakan dampak terbesar selama ini bagi Candi Borobudur. Kala itu, Candi Budha terbesar ini tertutupi abu vulkanik hingga beberapa centimeter.
"Setelah bencana cukup mereda, saat itu kami segera melakukan recovery dengan pembersihan abu vulkanik. Hanya saja, akhirnya dilanjutkan dengan kajian tentang pengaruh abu Merapi terhadap Candi Borobudur dengan bantuan ahli dari Belanda dan Jerman. Apalagi setiap ada hujan abu, Borobudur pasti terkena," terangnya.
Diungkapkan Marsis, sebagai upaya pencegahan terhadap kerusakan Candi Borobudur akibat gempa bumi, pihaknya juga telah mengajukan pemasangan alat pemantau gempa ke BMG Jateng.
Selain itu, pihaknya juga telah melakukan beberapa kali simulasi penanganan bencana, baik hujan abu Merapi maupun gempa bumi dengan melibatkan masyarakat sekitar.
"Untuk gempa, Candi Borobudur masih ada kemungkinan terkena dampak. Menurut keterangan yang kami terima, di bawah pegunungan Menoreh terdapat patahan bumi yang jika bergeser tentu bisa menimbulkan gempa. Karena itu, kami berharap tahun depan beberapa alat pemantau gempa sudah bisa terpasang di sekeliling Candi Borobudur," tuturnya.
(san)