Tak punya biaya, pengidap kanker dirawat di rumah
A
A
A
Sindonews.com - Muhammad Dwi Effendi, warga Jalan Bukit Barisan, Kelurahan Jawa, Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), hanya bisa terbaring lemah di kamarnya.
Kanker tulang yang divonis dokter kepadanya membuatnya tak bisa beraktvitas banyak, termasuk sekolah.
Remaja berusia 17 tahun itu pun tak punya biaya sehingga terpaksa tidak dirawat di rumah sakit.
Nasib Efendi memang menyedihkan. Ia sudah menjadi piatu sejak bayi karena ibunya meninggal.
Sedangkan ayahnya memilih tak mengurusnya. Ia akhirnya dirawat oleh Ratna, Ketua RT setempat yang mengangkatnya menjadi anak angkat.
Ratna pulalah yang mengurusnya selama ini, termasuk menanggung biaya pengobatan. Kanker tulang yang berada di pundaknya membuat Efendi sering merintih kesakitan. Untuk bergerak ia harus dibantu Ratna.
”Awalnya dia hanya merasa keram seperti terseleo itu terjadi saat Februari kemarin. lalu pada Mei sudah mulai terlihat semacam benjolan di pundaknya,” kata Ratna, Senin (7/10/2013).
Efendi sudah diperiksa di dua rumah sakit berbeda yakni Rumah Sakit Dirgahayu dan RSUD AW Syaharanie dengan menggunakan fasilitas Jamkesda. Dari diagnosa dua rumah sakit ini memiliki hasil yang tak berbeda. Sama-sama mendiagnosa efendi mengidap kanker tulang.
”Melihat kondisinya sekarang saya sangat sedih mengingat kondisi tubuhnya makin hari makin menurun. Seharusnya sekarang ini, dia berada di rumah sakit untuk diopname, tapi Fendi bersikeras tetap bertahan di rumah,” ungkap Ratna yang sejak kecil sudah mengasuh Fendi.
Selama berada di rumah, Efendi hanya diobati dengan obat dari pengobatan alternatif. Itupun kalau kebetulan Ratna memiliki biaya.
“Dari keterangan rumah sakit, dia harus dioperasi di rumah sakit di Surabaya. Harus ada tindakan operasi dan itu tidak ada di Kaltim,” katanya.
Kanker tulang yang divonis dokter kepadanya membuatnya tak bisa beraktvitas banyak, termasuk sekolah.
Remaja berusia 17 tahun itu pun tak punya biaya sehingga terpaksa tidak dirawat di rumah sakit.
Nasib Efendi memang menyedihkan. Ia sudah menjadi piatu sejak bayi karena ibunya meninggal.
Sedangkan ayahnya memilih tak mengurusnya. Ia akhirnya dirawat oleh Ratna, Ketua RT setempat yang mengangkatnya menjadi anak angkat.
Ratna pulalah yang mengurusnya selama ini, termasuk menanggung biaya pengobatan. Kanker tulang yang berada di pundaknya membuat Efendi sering merintih kesakitan. Untuk bergerak ia harus dibantu Ratna.
”Awalnya dia hanya merasa keram seperti terseleo itu terjadi saat Februari kemarin. lalu pada Mei sudah mulai terlihat semacam benjolan di pundaknya,” kata Ratna, Senin (7/10/2013).
Efendi sudah diperiksa di dua rumah sakit berbeda yakni Rumah Sakit Dirgahayu dan RSUD AW Syaharanie dengan menggunakan fasilitas Jamkesda. Dari diagnosa dua rumah sakit ini memiliki hasil yang tak berbeda. Sama-sama mendiagnosa efendi mengidap kanker tulang.
”Melihat kondisinya sekarang saya sangat sedih mengingat kondisi tubuhnya makin hari makin menurun. Seharusnya sekarang ini, dia berada di rumah sakit untuk diopname, tapi Fendi bersikeras tetap bertahan di rumah,” ungkap Ratna yang sejak kecil sudah mengasuh Fendi.
Selama berada di rumah, Efendi hanya diobati dengan obat dari pengobatan alternatif. Itupun kalau kebetulan Ratna memiliki biaya.
“Dari keterangan rumah sakit, dia harus dioperasi di rumah sakit di Surabaya. Harus ada tindakan operasi dan itu tidak ada di Kaltim,” katanya.
(lns)