Antisipasi kemarau, petani lirik tanam palawija
A
A
A
Sindonews.com - Mengantisipasi musim Kemarau, petani di Kabupaten Karawang khususnya di Desa Tunggak Jati, Kecamatan Karawang Barat, melakukan alih fungsi tanam padi menjadi Palawija.
Pengalihan tanam tersebut dilakukan lantaran tanaman padi tidak dapat tumbuh dengan baik karena langkanya pasokan air di musim kemarau ini. Sementara tanaman padi membutuhkan banyak air dibandingkan tanaman palawija.
Pengalih fungsian lahan pertanian tersebut akan ditanami macam tanaman palawija seperti kembang kol, timun dan tanaman sayuran lainnya. Sebelumnya para petani tersebut melakukan penggarapan tanah kering pertanian dengan mencangkulnya dan membuat galengan atau gunukan kecil tempat bibit-bit palawija tersebut di tanam.
Dikatakan Emin (40), petani Desa Tunggak Jati, Kecamatan Karawang Barat, bahwa proses pembuatan galengan dapat berlangsung selama 3-4 hari tergantung banyaknya air yang membantu melembekan tanah pertanian kering tersebut.
Biasanya penggarapan tanah di mulai pada pagi hari hingga sore. Diakui Emin, pengalih fungsian lahan pertanian tersebut di karenakan langkanya sumber air yang menyebabkan lahan pertanian menjadi kering. Karenanya, para petani melakukan pengalih fungsian tanam menjadi tanam palawija, mengingat lahan pertanian tak akan tumbuh baik di musim kemarau.
Untuk terus memutar pendapatan yang berasal dari lahan pertanian, pihaknya memutuskan untuk menggarap kembali lahan pertanian menjadi tanaman palawija.
"Jika tidak begini pendapatan kami (petani) berkurang, ini untuk mengantisipasi kekringan saja, karena untuk pertanian sumber airnya jauh dan langka, berhubung seperti itu di tanamin bonteng. awalnya sih padi," ujarnya yang di temui di Desa Tunggak Jati, Kecamatan Karawang Barat, kabupaten Karawang, Rabu (18/9/2013).
Dalam proses penggarapannya, menurut Emin, tanaman Palawija tidak terlalu membutuhkan banyak air seperti tanaman padi. Pasalnya, tanaman palawija cocok di musim kemarau. sehingga meski kondisi air kini dinilai langka untuk mengairi tanamannya, para petani membuat sebuah lubang dalam tanah guna mencari air dan menyedotnya dengan pompa air untuk tanaman palawija yang hendak di tanamnya.
"Airnya gampang kalo ini, nyedot pantek (air bawah tanah), bikin bor air ke tanah terus di sedot pakai pompa air," katanya.
Selain itu, hasil panennya pun dinilai cepat. Pasalnya, tanaman palawija menurutn Emin, terjadi sebulan sekali. " Maksimal 2 bulan, tergantung bagaimana kita menanam dan mengairinya. Selain itu juga, kalo di jual, hasil panen tanaman palawija lebih besar di banding padi, jadi lebih untung," ujarnya.
Sementara itu, Kosim (45), petani tanaman palawija kembang kol yang telah panen dua hektar lebih mengatakan untuk panen di tahap satu pihaknya bisa mendapat kan untung dari penjualan sebesar Rp500 ribu per kuintalnya.
Menurutnya, Kembang kol merupakan salah satu tanaman yang pas pada musim kemarau, pasalnya jika pada musim hujan tanaman terkena air atau terkena embun, tanaman kol akan cepat busuk, namun jika di tanam pada musim kemarau hasilnya bagus.
Tanaman kol, panen paling lambat 50 hari, dan keuntungan dari tanaman tersebut penghasilannya lebih besar jika di jual kepasaran. Hanya saja, dirinya hanya menanam tanaman palawija pada musim kemarau saja, karena besaran dana untuk menggarap lahan palawija dinilai sangat mahal.
"Penggarapannya saja saya sudah habis Rp5 juta, belum bibitnya, dan pengairannya, apalagi untuk memmompa air saja saya harus membutuhkan minimal 2 botol bensin untuk menghidupkan pompanya. Kalo di hitung-hitung mungkin sampai Rp30 juta," katanya.
Kendati begitu, diakuinya, tanaman palawija ini hanya akan berlangsung hingga musim hujan tiba. Setelah itu pihaknya akan kembali menanam padi. "Tanam palawija hanya pas musim kemarau saja, sementara setelah musim hujan kami kembali menanam padi," ujarnya.
Pengalihan tanam tersebut dilakukan lantaran tanaman padi tidak dapat tumbuh dengan baik karena langkanya pasokan air di musim kemarau ini. Sementara tanaman padi membutuhkan banyak air dibandingkan tanaman palawija.
Pengalih fungsian lahan pertanian tersebut akan ditanami macam tanaman palawija seperti kembang kol, timun dan tanaman sayuran lainnya. Sebelumnya para petani tersebut melakukan penggarapan tanah kering pertanian dengan mencangkulnya dan membuat galengan atau gunukan kecil tempat bibit-bit palawija tersebut di tanam.
Dikatakan Emin (40), petani Desa Tunggak Jati, Kecamatan Karawang Barat, bahwa proses pembuatan galengan dapat berlangsung selama 3-4 hari tergantung banyaknya air yang membantu melembekan tanah pertanian kering tersebut.
Biasanya penggarapan tanah di mulai pada pagi hari hingga sore. Diakui Emin, pengalih fungsian lahan pertanian tersebut di karenakan langkanya sumber air yang menyebabkan lahan pertanian menjadi kering. Karenanya, para petani melakukan pengalih fungsian tanam menjadi tanam palawija, mengingat lahan pertanian tak akan tumbuh baik di musim kemarau.
Untuk terus memutar pendapatan yang berasal dari lahan pertanian, pihaknya memutuskan untuk menggarap kembali lahan pertanian menjadi tanaman palawija.
"Jika tidak begini pendapatan kami (petani) berkurang, ini untuk mengantisipasi kekringan saja, karena untuk pertanian sumber airnya jauh dan langka, berhubung seperti itu di tanamin bonteng. awalnya sih padi," ujarnya yang di temui di Desa Tunggak Jati, Kecamatan Karawang Barat, kabupaten Karawang, Rabu (18/9/2013).
Dalam proses penggarapannya, menurut Emin, tanaman Palawija tidak terlalu membutuhkan banyak air seperti tanaman padi. Pasalnya, tanaman palawija cocok di musim kemarau. sehingga meski kondisi air kini dinilai langka untuk mengairi tanamannya, para petani membuat sebuah lubang dalam tanah guna mencari air dan menyedotnya dengan pompa air untuk tanaman palawija yang hendak di tanamnya.
"Airnya gampang kalo ini, nyedot pantek (air bawah tanah), bikin bor air ke tanah terus di sedot pakai pompa air," katanya.
Selain itu, hasil panennya pun dinilai cepat. Pasalnya, tanaman palawija menurutn Emin, terjadi sebulan sekali. " Maksimal 2 bulan, tergantung bagaimana kita menanam dan mengairinya. Selain itu juga, kalo di jual, hasil panen tanaman palawija lebih besar di banding padi, jadi lebih untung," ujarnya.
Sementara itu, Kosim (45), petani tanaman palawija kembang kol yang telah panen dua hektar lebih mengatakan untuk panen di tahap satu pihaknya bisa mendapat kan untung dari penjualan sebesar Rp500 ribu per kuintalnya.
Menurutnya, Kembang kol merupakan salah satu tanaman yang pas pada musim kemarau, pasalnya jika pada musim hujan tanaman terkena air atau terkena embun, tanaman kol akan cepat busuk, namun jika di tanam pada musim kemarau hasilnya bagus.
Tanaman kol, panen paling lambat 50 hari, dan keuntungan dari tanaman tersebut penghasilannya lebih besar jika di jual kepasaran. Hanya saja, dirinya hanya menanam tanaman palawija pada musim kemarau saja, karena besaran dana untuk menggarap lahan palawija dinilai sangat mahal.
"Penggarapannya saja saya sudah habis Rp5 juta, belum bibitnya, dan pengairannya, apalagi untuk memmompa air saja saya harus membutuhkan minimal 2 botol bensin untuk menghidupkan pompanya. Kalo di hitung-hitung mungkin sampai Rp30 juta," katanya.
Kendati begitu, diakuinya, tanaman palawija ini hanya akan berlangsung hingga musim hujan tiba. Setelah itu pihaknya akan kembali menanam padi. "Tanam palawija hanya pas musim kemarau saja, sementara setelah musim hujan kami kembali menanam padi," ujarnya.
(rsa)