Korban trafficking disuruh jual buku & minta sumbangan
A
A
A
Sindonews.com - Lima korban trafficking dipulangkan dari Batam. Mereka tiba di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, sekitar pukul 14.09 Wita, dengan pesawat Lion JT 796. Terdiri dari Rb (40), RD (14), SN (13), Rft (14), SFL (13).
Kelima korban berasal dari Desa Sapana, Kecamatan Binamo, Kabupaten Jeneponto, Sulsel. Mereka ditipu oleh AW, sponsor utama untuk dipekerjakan di Kepulauan Riau, sebagai penjual buku dan upah penjualan Rp10 persen.
"Mereka menjual buku dari rumah ke rumah, di jalanan, pertokoan, rumah makan, dan lain-lain. Korban bekerja dari jam sembilan pagi sampai jam dua siang. Kadang, mereka bekerja sampai sore," ujar pengurus Rumah Perlindungan Sosial Anak Kementerian Sosial Republik Indonesia Ike Mustika, saat mengantar kelimanya, di bandara, Rabu (11/9/2013).
Ditambahkan dia, seluruh korban berada di Kepri sejak Mei 2013. Mereka juga dipekerjakan sebagai peminta sumbangan dengan menyertakan buku sumbangan. Pada buku sumbangan itu, tertulis Panti Asuhanan Berkah di Makassar.
Kelimanya ditemukan petugas Dinas Sosial Kepri, lalu diamankan dan tinggal sementara di rumah singgah Engku Putri Kepri, sejak 28 Juni 2013. Kelimanya pun mendapatkan pendampingan dan layanan rumah singgah engku putri Kepri.
"Setelah itu, tanggal 25 Juli, mereka dirujuk me RPSA Bambu Apus Jakarta untuk pemulihan, untuk persiapan pemulangan dan reintegrasi sosial ke daerah asal," sebutnya.
Satu korban trafficking RD (14) yang juga anak pelaku trafficker AW mengatakan, selama di Batam mereka melakukan penjualan buku agama dan menawarkan buku sumbangan. Kedatangannya di sana bersama ibunya yang saat ini masih di tahan di Polres Kepri, karena kasus tersebut.
Dia mengaku, bertemu dengan teman-temannya di pelabuhan. Setelah berkumpul, mereka bertolak ke Batam. "Saya bertemu teman-teman di pelabuhan. Kami tidak ada yang memaksa. Kami ke sana karena keinginan membantu orangtua," jelasnya.
Dari pantauan di Bandara Sultan Hasanuddin, kelima korban masih terlihat syok. Apa lagi saat mendapatkan sorotan kamera wartawan. Beberapa di antara mereka masih enggan diwawancarai. (san)
Kelima korban berasal dari Desa Sapana, Kecamatan Binamo, Kabupaten Jeneponto, Sulsel. Mereka ditipu oleh AW, sponsor utama untuk dipekerjakan di Kepulauan Riau, sebagai penjual buku dan upah penjualan Rp10 persen.
"Mereka menjual buku dari rumah ke rumah, di jalanan, pertokoan, rumah makan, dan lain-lain. Korban bekerja dari jam sembilan pagi sampai jam dua siang. Kadang, mereka bekerja sampai sore," ujar pengurus Rumah Perlindungan Sosial Anak Kementerian Sosial Republik Indonesia Ike Mustika, saat mengantar kelimanya, di bandara, Rabu (11/9/2013).
Ditambahkan dia, seluruh korban berada di Kepri sejak Mei 2013. Mereka juga dipekerjakan sebagai peminta sumbangan dengan menyertakan buku sumbangan. Pada buku sumbangan itu, tertulis Panti Asuhanan Berkah di Makassar.
Kelimanya ditemukan petugas Dinas Sosial Kepri, lalu diamankan dan tinggal sementara di rumah singgah Engku Putri Kepri, sejak 28 Juni 2013. Kelimanya pun mendapatkan pendampingan dan layanan rumah singgah engku putri Kepri.
"Setelah itu, tanggal 25 Juli, mereka dirujuk me RPSA Bambu Apus Jakarta untuk pemulihan, untuk persiapan pemulangan dan reintegrasi sosial ke daerah asal," sebutnya.
Satu korban trafficking RD (14) yang juga anak pelaku trafficker AW mengatakan, selama di Batam mereka melakukan penjualan buku agama dan menawarkan buku sumbangan. Kedatangannya di sana bersama ibunya yang saat ini masih di tahan di Polres Kepri, karena kasus tersebut.
Dia mengaku, bertemu dengan teman-temannya di pelabuhan. Setelah berkumpul, mereka bertolak ke Batam. "Saya bertemu teman-teman di pelabuhan. Kami tidak ada yang memaksa. Kami ke sana karena keinginan membantu orangtua," jelasnya.
Dari pantauan di Bandara Sultan Hasanuddin, kelima korban masih terlihat syok. Apa lagi saat mendapatkan sorotan kamera wartawan. Beberapa di antara mereka masih enggan diwawancarai. (san)
(hyk)