Anggaran penerbangan Calhaj Malut capai Rp4 miliar
A
A
A
Sindonews.com - Anggaran penerbangan calon jemaah haji (Calhaj) asal Maluku Utara (Malut) Tahun 2013 dari Bandara Sultan Babullah Ternate ke Bandara Ujung Pandang Makassar mencapai Rp4 miliar lebih (4.392.950.000).
Total ini berlangsung pada sekali penerbangan dengan menggunakan pesawat Sriwijaya Air. Terdapat dari jumlah peserta Calhaj Malut sebanyak 853 orang dikalikan dengan harga tiket per jamaah sebesar Rp5.150.000.
Direktur Komersil Maskapai Sriwijaya Air Toto Nursatyo, saat dikonfirmasi, menyatakan anggaran sebesar Rp4 miliar lebih ini oleh pihak maskapai Sriwijaya Air sebenarnya masih mengalami kerugian.
Toto mengaku dengan anggaran tersebut oleh pihaknya tidak mendapat keuntungan apa-apa. Karena anggaran itu jangan dikira terdapat hanya dua kali penerbangan tetapi semuanya ada empat kali. Yaitu dari Ternate ke Makassar dan dari Makassar ke Ternate setelah kembali menunaikan ibadah haji.
Toto menjelaskan, perlu diluruskan agar publik Malut mengetahui maskapai yang dipilih Pemprov Malut dalam mengangkut peserta Calhaj Malut pada 17 September 2013 itu tidak mengalami kemahalan dalam kontrak pembelian tiket pesawat yang dilakukan Biro Kesra dan Kanwil Kemenag Malut. Tetapi tentunya sudah disesuaikan dengan harga tiket di pasaran atau umumnya yang juga per satuannya itu mencapai Rp1.287.500.
“Kenapa sih (per jemaah) harga tiketnya mencapai Rp5 juta lebih. Padahal harga regulernya paling rendah Rp1.287.500 dari Ternate ke Ujung Pandang (Makassar). Terus kok bisa sampai Rp2.575.000 gitu. Jadi ini sebenarnya dibagi empat dan bukan dibagi dua. Ini karena kita terbang dari Ternate Makassar itu baliknya kosong," terangnya, saat dikonfirmasi wartawan usai rapat antara Biro Kesra Setda Malut, Kanwil Kemenag Malut dan Manager Sriwijaya Air Ternate, di Hotel Bela Internasional Ternate, Selasa (10/9/2013).
"Yang tentu jarak dan ongkos bensinnya itu sama dalam setiap satu paket. Juga paket dua dan paket tiga. Sehingga bukan berarti patokan harga tiket kita (Sriwijaya Air) itu mahal. Yang itu bila dibagi empat menjadi Rp1.287.000. Dan itu sama dengan harga angkutan reguler sekarang,” sambungnya.
Toto menyakini pilihan pemprov terkait maskapainya ini karena memiliki backupnya pesawat sendiri. Karena selain Garuda dan Sriwijaya Air itu tidak ada lagi. “Sebenarnya saya sudah nawarin kalau mau pakai reguler boleh dan bisa diblok untuk yang reguler.
"Tetapi kalau reguler kalau terjadi apa-apa itu kita tidak bisa backkup dan pastinya delayed. Dengan tanggungan biaya Hotel dan makan itu dari kita. Tetapi untuk calhaj ini mereka gak bisa. Karena Pemprov butuh kepastian yang sehari sebelumnya mereka harus masuk ke asrama haji Sudiang Makassar. Dan kalau terlambat malah nanti ke Jedahnya yang tertunda. Sehingga karena Pemprov butuh kepastian maka kita harus siapkan satu pesawat khusus. Sehingga yang regulur bisa jadi backup jemaah ini,” akunya.
Sementara, Kepala Biro Kesra Setda Provinsi Malut Muhammad Selang, mengatakan jika pilihan maskapai Sriwijaya Air yang mengangkut peserta Calhaj Malut ini oleh Pemprov sudah tepat.
Sebelumnya, Pemprov melalui Biro Kesra telah melakukan proses tender dan itu dibuka secara online. Dan yang paling cepat dalam batas waktu yang ditentukan adalah maskapai Sriwijaya Air sehingga langsung ditentukan maskapai ini sebagai pemenang tender.
“Juga karena Sriwijaya ternyata yang lebih merespon sehingga selanjutnya itu kita langsung menunjukkan pemenang tender itu adalah Sriwijaya Air. Yang dilihat dari waktu yang kita tentukan itu Sriwijaya yang paling siap sedangkan maskapai lainnya itu tidak siap,” cetusnya.
Total ini berlangsung pada sekali penerbangan dengan menggunakan pesawat Sriwijaya Air. Terdapat dari jumlah peserta Calhaj Malut sebanyak 853 orang dikalikan dengan harga tiket per jamaah sebesar Rp5.150.000.
Direktur Komersil Maskapai Sriwijaya Air Toto Nursatyo, saat dikonfirmasi, menyatakan anggaran sebesar Rp4 miliar lebih ini oleh pihak maskapai Sriwijaya Air sebenarnya masih mengalami kerugian.
Toto mengaku dengan anggaran tersebut oleh pihaknya tidak mendapat keuntungan apa-apa. Karena anggaran itu jangan dikira terdapat hanya dua kali penerbangan tetapi semuanya ada empat kali. Yaitu dari Ternate ke Makassar dan dari Makassar ke Ternate setelah kembali menunaikan ibadah haji.
Toto menjelaskan, perlu diluruskan agar publik Malut mengetahui maskapai yang dipilih Pemprov Malut dalam mengangkut peserta Calhaj Malut pada 17 September 2013 itu tidak mengalami kemahalan dalam kontrak pembelian tiket pesawat yang dilakukan Biro Kesra dan Kanwil Kemenag Malut. Tetapi tentunya sudah disesuaikan dengan harga tiket di pasaran atau umumnya yang juga per satuannya itu mencapai Rp1.287.500.
“Kenapa sih (per jemaah) harga tiketnya mencapai Rp5 juta lebih. Padahal harga regulernya paling rendah Rp1.287.500 dari Ternate ke Ujung Pandang (Makassar). Terus kok bisa sampai Rp2.575.000 gitu. Jadi ini sebenarnya dibagi empat dan bukan dibagi dua. Ini karena kita terbang dari Ternate Makassar itu baliknya kosong," terangnya, saat dikonfirmasi wartawan usai rapat antara Biro Kesra Setda Malut, Kanwil Kemenag Malut dan Manager Sriwijaya Air Ternate, di Hotel Bela Internasional Ternate, Selasa (10/9/2013).
"Yang tentu jarak dan ongkos bensinnya itu sama dalam setiap satu paket. Juga paket dua dan paket tiga. Sehingga bukan berarti patokan harga tiket kita (Sriwijaya Air) itu mahal. Yang itu bila dibagi empat menjadi Rp1.287.000. Dan itu sama dengan harga angkutan reguler sekarang,” sambungnya.
Toto menyakini pilihan pemprov terkait maskapainya ini karena memiliki backupnya pesawat sendiri. Karena selain Garuda dan Sriwijaya Air itu tidak ada lagi. “Sebenarnya saya sudah nawarin kalau mau pakai reguler boleh dan bisa diblok untuk yang reguler.
"Tetapi kalau reguler kalau terjadi apa-apa itu kita tidak bisa backkup dan pastinya delayed. Dengan tanggungan biaya Hotel dan makan itu dari kita. Tetapi untuk calhaj ini mereka gak bisa. Karena Pemprov butuh kepastian yang sehari sebelumnya mereka harus masuk ke asrama haji Sudiang Makassar. Dan kalau terlambat malah nanti ke Jedahnya yang tertunda. Sehingga karena Pemprov butuh kepastian maka kita harus siapkan satu pesawat khusus. Sehingga yang regulur bisa jadi backup jemaah ini,” akunya.
Sementara, Kepala Biro Kesra Setda Provinsi Malut Muhammad Selang, mengatakan jika pilihan maskapai Sriwijaya Air yang mengangkut peserta Calhaj Malut ini oleh Pemprov sudah tepat.
Sebelumnya, Pemprov melalui Biro Kesra telah melakukan proses tender dan itu dibuka secara online. Dan yang paling cepat dalam batas waktu yang ditentukan adalah maskapai Sriwijaya Air sehingga langsung ditentukan maskapai ini sebagai pemenang tender.
“Juga karena Sriwijaya ternyata yang lebih merespon sehingga selanjutnya itu kita langsung menunjukkan pemenang tender itu adalah Sriwijaya Air. Yang dilihat dari waktu yang kita tentukan itu Sriwijaya yang paling siap sedangkan maskapai lainnya itu tidak siap,” cetusnya.
(kri)