DKP kewalahan padamkan api di TPA Putri Cempa
A
A
A
Sindonews.com - Kebakaran di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Putri Cempa, Mojosongo, Solo, Jawa Tengah membuat personel Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) kewalahan. Kebakaran diprediksi meluas, namun penanganan hanya ala kadarnya.
Kepala Pengelola TPA Putri Cempa, Muhamad Pramujo mengatakan upaya pemadaman seakan sia-sia.
“Hanya membuang-buang energi. Sekarang disiram air, besoknya nyala lagi. Langkah pengendalian ini sudah dilakukan setiap hari, tapi tampaknya tidak efektif,” tukas Pramujo di Solo, Selasa (03/09/2013).
Pantauan Sindonews.com, hampir seluruh area Putri Cempa seluas 13 hektare tertutup kabut asap. Kebakaran yang telah berlangsung sepekan terakhir telah menghanguskan sedikitnya 2 hektare dari total area.
Personel Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) terlihat berjibaku dengan bara dan asap di tebing bukit sampah, guna melokalisasi titik api.
Dikatakannya, upaya pengendalian ini bergantung pasokan air, yang tersedia dua tangki masing-masing berkapasitas 5.000 liter. Suplai air juga mengandalkan sumur dalam di TPA Putri Cempa. Menurutnya, ada dua dugaan pemicu kebakaran yakni faktor kesengajaan dan akibat reaksi kimiawi sampah.
“Dalam temperature tinggi di bawah timbunan sampah, gas metan akan terbakar dengan sendirinya. Namun, untuk faktor kesengajaan, kami belum bisa membuktikan. Ini lahan terbuka dan semua orang bisa masuk dengan leluasa,” jelasnya.
Pramujo mengatakan, pemulung besi yang terindikasi biang penyebab kebakaran, biasanya marak ketika harga logam sedang mahal-mahalnya. Mayoritas pengais sampah di Putri Cempa adalah pemulung plastik dan kertas.
“Pemulung besi jumlahnya puluhan. Paling banyak pemulung plastik dan kertas yang mencapai ratusan orang. Mungkin kebakaran bisa diantisipasi jika lahan Putri Cempa dipasang pagar. Kebakaran ini hanya bisa padam jika hujan tak berhenti turun selama dua pekan,” kata dia.
Kepala Pengelola TPA Putri Cempa, Muhamad Pramujo mengatakan upaya pemadaman seakan sia-sia.
“Hanya membuang-buang energi. Sekarang disiram air, besoknya nyala lagi. Langkah pengendalian ini sudah dilakukan setiap hari, tapi tampaknya tidak efektif,” tukas Pramujo di Solo, Selasa (03/09/2013).
Pantauan Sindonews.com, hampir seluruh area Putri Cempa seluas 13 hektare tertutup kabut asap. Kebakaran yang telah berlangsung sepekan terakhir telah menghanguskan sedikitnya 2 hektare dari total area.
Personel Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) terlihat berjibaku dengan bara dan asap di tebing bukit sampah, guna melokalisasi titik api.
Dikatakannya, upaya pengendalian ini bergantung pasokan air, yang tersedia dua tangki masing-masing berkapasitas 5.000 liter. Suplai air juga mengandalkan sumur dalam di TPA Putri Cempa. Menurutnya, ada dua dugaan pemicu kebakaran yakni faktor kesengajaan dan akibat reaksi kimiawi sampah.
“Dalam temperature tinggi di bawah timbunan sampah, gas metan akan terbakar dengan sendirinya. Namun, untuk faktor kesengajaan, kami belum bisa membuktikan. Ini lahan terbuka dan semua orang bisa masuk dengan leluasa,” jelasnya.
Pramujo mengatakan, pemulung besi yang terindikasi biang penyebab kebakaran, biasanya marak ketika harga logam sedang mahal-mahalnya. Mayoritas pengais sampah di Putri Cempa adalah pemulung plastik dan kertas.
“Pemulung besi jumlahnya puluhan. Paling banyak pemulung plastik dan kertas yang mencapai ratusan orang. Mungkin kebakaran bisa diantisipasi jika lahan Putri Cempa dipasang pagar. Kebakaran ini hanya bisa padam jika hujan tak berhenti turun selama dua pekan,” kata dia.
(lns)