Penggunaan bahan berbahaya pada jajanan masih marak

Rabu, 21 Agustus 2013 - 16:57 WIB
Penggunaan bahan berbahaya...
Penggunaan bahan berbahaya pada jajanan masih marak
A A A
Sindonews.com - Pemakaian B2 (bahan berbahaya) pada jajanan sekolah masih marak di kabupaten Karawang, Jawa Barat (Jabar). Pasalnya berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan Dinas Kesehatan dan Badan Pom Jabar, beberapa jajanan pangan tersebut terindikasi B2 (Bahan Berbahaya) seperti formalin dan boraks.

Dari 10 sampel makanan yang diambil dari empat titik sekolah, terdapat empat jajanan pangan yang teridikasi 40 persen mengandung formalin dan boraks, diantaranya lontong, mie basah, tahu, dan sosis.

"Masih saja di temukan B2, namun ada kecenderungan menurun," ujar M Alwi Kasi Pengawasan Obat dan Makanan Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang yang ditemui pada sidak Aksi Nasional Keamanan Pangan Jajanan Sekolah yang bekerjasama dengan Badan Pom Provinsi Jabar di Jalan Kertabumi, Kabupaten Karawang, Rabu (21/8/2013).

Dikatakan, penurunan tersebut terjadi jika dibandingkan dengan angka di tahun 2010 yang mencapai 40 persen jajanan pasar mengandung B2 dan itu diambil dari 300 sample jajanan pangan. Selain itu pada tahun 2012, kadar B2 menjadi 20 persen dengan jumlah sample di atas 300 sample jajanan pasar.

Dikatakan, masih maraknya jajanan pasar yang mengadung B2 tersebut karena para pedagang tersebut membeli bahan dasarnya di pasar. Sementara itu pihak pasar tidak tegas menindak pedagang "nakal" yang masih memperjual belikan makanan yang mengandung B2.

"Rata-rata pedagang membeli bahan dasar makannya di pasar, bahkan ada beberapa makanan kemasan yang terdaftar masih mengandung B2," ujarnya.

Selain itu pengemasan jajanan pangan pun menjadi masalah dan dinilai tidak baik, pasalnya masih banyak pedagang yang menggunakan kertas koran, stereofom, dan plastik. Bahan-bahan tersebut, menurutnya, mengandung kimia dan jika dijadikan alas untuk mengemas jajanan pangan maka kimia yang terkandung dalam bahan tersebut akan bercampur dengan makanan yang dikonsumsi oleh anak-anak.

Contohnya kertas koran, bahan ini kerap di jadikan alas bagi jajanan pasar. Koran disinyalir mengandung PB (Logam berat/timah hitam) pada tinta yang menempel pada kertasnya, dan jika dipakai sebagai alas makanan maka PB akan bercampur dengan minyak pada jajanan pasar bersuhu tinggi (panas), begitu pun dengan stereofom dan plastik karena bahan daur ulang tersebut mengandung asam.

Sehingga minyak pada jajanan pasar akan menstimulus reaksi kimia pada makanan yang suhunya tinggi. Hal tersebut mengancam kesehatan anak jika dikonsumsi, pasalnya dapat menyebabkan kanker, karena bahan kimia terakumulasi (tersimpan) dalam tubuh. Dan ini sifatnya kronis.

Kendati begitu para pedagang kerap mengunakannya sebagai alas jajanan pasar. Untuk itu pihak Badan POM bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang melakukan sidak tersebut guna mengurangi pemakaian B2 pada makanan maupun pada alas makanan.

"Anak-anak itu khususnya yang masih duduk di sekolah dasar belum dapat memilah mana makan yang baik untuk di konsumsi dan mana makanan yang tidak boleh dikonsumsi," ujarnya.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, pihak Dinkes Karawang melakukan pemeriksaan jajanan sekolah rutin setiap tahun. Selain itu pihaknya pun mengadakan penyuluhan kepada para pedagang maupun orang tua dan anak sekolah guna memberikan pengetahuan dan pemahaman terkait jajanan pasar yang baik untuk di konsumsi dan tidak.

"Kita juga melakukan Audiensi kepada pihak sekolah agar pihak sekolah memberikan batasan kepada pedagang untuk tidak berjualan makanan yang mengandung B2. Artinya dengan begitu tingkat jumlah B2 tersebut bisa menurun," katanya.

Alwi pun mengimbau kepada masyarakat untuk selektif memilih janjanan pangan terutama pada orang tua murid.

"Beritahukan jenis makanan yang mengandung B2 kepada anaknya. Seperti Rodamin B yang cirinya seperti warna mencolok, yang mengandung formalin ciri makanannyatahan beberapa hari, dan untuk boraks terlalu kenyal makanannya," ujarnya.
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1405 seconds (0.1#10.140)