Polda gelar Police Goes to School
A
A
A
Sindonews.com - Untuk meminimalisir aksi anarkis dan rusuh yang kerap terjadi saat aksi demontrasi digelar oleh mahasiswa beberapa perguruan tinggi di Makassar, jajaran Polda Sulselbar menggiatkan program Police Goes To School.
Kegiatan ini dilakukan dengan mendatangi langsung kampus-kampus dan sekolah-sekolah, menyosialisaikan wawasan kebangsaan berbasis karakter dan integritas.
Sehingga diharapkan generasi muda dalam menyalurkan aspirasinya tidak mengganggu kepentingan masyarakat.
“Kami menyayangkan adanya mahasiswa yang justru terlibat tindak anarkis dalam memperjuangkan aspirasi masyaakat. Justru aksi seperti ini sudah tidak sejalan dengan visi kaum intelektual dan merugikan masyarakat,” ungkap Direktur Intelkam Polda Sulselbar Kombes Drs Burhanuddin Jafar Msi seusai memberikan materi dalam penerimaan mahasiswa baru (PMB) UMI, Senin (19/8/20130.
Meski tak menyebut angka pasti, akan tetapi Burhanuddin tidak menampik jika pihaknya sudah melakukan proses hukum terhadap mahasiswa-mahasiwa yang diduga melakukan tindak pidana dalam aksi demonstrasi seperti melakukan perusakan kendaraan atau fasilitas umum.
Karena itu, dia berharap mahasiswa baru nantinya ketika sudah memasuki dunia kampus bisa menyuarakan aspirasi tanpa melanggar hak orang lain.
Sementara itu, UMI menyambut baik kegiatan Polda yang ingin langsung merangkum mahasiswa. Rektor UMI Masrurah Mokhtar mengatakan, setiap mahasiswa yang melakukan pelanggaran pasti akan disanksi mulai dari skorsing sampai dengan drop out.
Akan tetapi untuk menghindari ini, UMI sudah memiliki strategi dengan menanamkan pendidikan karakter pada mahasiswanya sejak tahun 2000 silam. Sehingga diharapkan mampu menjadi agen perubahan dan pembaharuan.
“UMI setiap tahun menerima maba 4.500. Setelah kami evaluasi, mahasiswa UMI yang sering demo tutup jalan itu adalah oknum mahasiswa yang tidak lulus pendidikan karakter melalui pencerahan qalbu,” ungkapnya
Di kesempatan sama, Masrurah mengaku, sistem pendidikan karakter berbasis pesantren yang dikembangkan UMI sudah dilirik oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen DIKTI).
DIKTI menilai sistem tersebut mampu membentuk karakter mahasiswa yang sosial religius.
Adapun metode yang dilakukan dengan pesantren kilat dan pencerahan qalbu selama satu bulan penuh. Untuk itu, pihak UMI atas permintaan DIKTI sudah melakukan penyusunan buku mengenai kurikulum pendidikan karakter yang dimaksud, dengan melibatkan Wakil rector V Arfah Sidiq dan Pimpinan Pesantren Padang lampe UMI KH Zein.
Kegiatan ini dilakukan dengan mendatangi langsung kampus-kampus dan sekolah-sekolah, menyosialisaikan wawasan kebangsaan berbasis karakter dan integritas.
Sehingga diharapkan generasi muda dalam menyalurkan aspirasinya tidak mengganggu kepentingan masyarakat.
“Kami menyayangkan adanya mahasiswa yang justru terlibat tindak anarkis dalam memperjuangkan aspirasi masyaakat. Justru aksi seperti ini sudah tidak sejalan dengan visi kaum intelektual dan merugikan masyarakat,” ungkap Direktur Intelkam Polda Sulselbar Kombes Drs Burhanuddin Jafar Msi seusai memberikan materi dalam penerimaan mahasiswa baru (PMB) UMI, Senin (19/8/20130.
Meski tak menyebut angka pasti, akan tetapi Burhanuddin tidak menampik jika pihaknya sudah melakukan proses hukum terhadap mahasiswa-mahasiwa yang diduga melakukan tindak pidana dalam aksi demonstrasi seperti melakukan perusakan kendaraan atau fasilitas umum.
Karena itu, dia berharap mahasiswa baru nantinya ketika sudah memasuki dunia kampus bisa menyuarakan aspirasi tanpa melanggar hak orang lain.
Sementara itu, UMI menyambut baik kegiatan Polda yang ingin langsung merangkum mahasiswa. Rektor UMI Masrurah Mokhtar mengatakan, setiap mahasiswa yang melakukan pelanggaran pasti akan disanksi mulai dari skorsing sampai dengan drop out.
Akan tetapi untuk menghindari ini, UMI sudah memiliki strategi dengan menanamkan pendidikan karakter pada mahasiswanya sejak tahun 2000 silam. Sehingga diharapkan mampu menjadi agen perubahan dan pembaharuan.
“UMI setiap tahun menerima maba 4.500. Setelah kami evaluasi, mahasiswa UMI yang sering demo tutup jalan itu adalah oknum mahasiswa yang tidak lulus pendidikan karakter melalui pencerahan qalbu,” ungkapnya
Di kesempatan sama, Masrurah mengaku, sistem pendidikan karakter berbasis pesantren yang dikembangkan UMI sudah dilirik oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen DIKTI).
DIKTI menilai sistem tersebut mampu membentuk karakter mahasiswa yang sosial religius.
Adapun metode yang dilakukan dengan pesantren kilat dan pencerahan qalbu selama satu bulan penuh. Untuk itu, pihak UMI atas permintaan DIKTI sudah melakukan penyusunan buku mengenai kurikulum pendidikan karakter yang dimaksud, dengan melibatkan Wakil rector V Arfah Sidiq dan Pimpinan Pesantren Padang lampe UMI KH Zein.
(lns)