Mantan relawan Dwikora itu kini jadi tukang becak

Sabtu, 17 Agustus 2013 - 19:04 WIB
Mantan relawan Dwikora...
Mantan relawan Dwikora itu kini jadi tukang becak
A A A
G Rohadi baru kembali dari upacara memperingati HUT RI ke 68 di Kecamatan Semarang Tengah, saat KORAN SINDO Jateng berada di rumahnya. Dengan seragam hijau khas Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI), Rohadi tampak gagah.

Turun dari sepeda onthelnya Rohadi tersenyum hangat. Tanpa ragu, kakek berusia 71 tahun itu mempersilakan kami masuk ke rumahnya, Jl Trengguli III No 21 Karang Kidul Kecamatan Semarang Tengah Kota Semarang.

“Silakan masuk, maaf kondisi rumah saya sederhana seperti ini,” kata dia mengawali pembicaraan.

Setelah melepas peci berwarna kuning miliknya, dia pun mulai berkisah kala menjadi relawan Dwi Komando Rakyat (Dwikora) pada tahun 1963. Waktu itu, Rohadi muda ditugaskan menjaga wilayah Indonesia dari ancaman penguasaan Asing.

Di sebuah pulau kecil yang terletak di Riau Lautan (sekarang Kepulauan Riau), Rohadi bersama rekan-rekannya berjaga.

Waktu itu, Negara Indonesia ujar Rohadi sedang menghadapi konfrontasi pihak Malaysia yang ingin menguasai sebagian pulau Indonesia.

“Saat itu saya mengemban tugas untuk berjaga-jaga di wilayah perbatasan Indonesia itu karena terancam akan dikuasai oleh pihak Malaysia. Tekad kami hanya satu, menjaga agar tak sejengkalpun tanah NKRI yang dikuasai oleh mereka,” imbuh Rohadi menggebu saat menceritakan kisah perjuangannya itu.

Rohadi menunjukkan foto-fotonya saat bertugas di wilayah itu. Bersama beberapa rekannya, Rohadi muda tampak begitu gagah dengan seragam dan senapan di tangan. Namun, kondisi tersebut sirna ketika melihat nasib Rohadi saat ini. Tubuhnya kian renta dimakan oleh usia.

Tak hanya itu, nasib Rohadi dan keluarganya pun tak jauh memprihatinkan. Rohadi harus bersusah payah mencari nafkah untuk menghidupi keluarga dengan tiga orang anak dan satu orang cucu itu.

Sejak kepulangannya dari tugas, Rohadi memang sempat bekerja di sebuah pabrik. Namun, karena adanya peremajaan karyawan, Rohadi terpaksa di PHK oleh perusahaan.

“Waktu itu saya di PHK dengan diberi pesangon Rp70.000, saya bingung bagaimana menghidupi keluarga, kerja sudah tidak ada yang mau menerima, usaha juga tidak punya modal, akhirnya uang pesangon saya belikan becak,” papar suami dari Durkas Murbania ini dengan mata berkaca-kaca.

Becak itulah yang kemudian menjadi penghasilan Rohadi. Sampai saat ini, penghasilan keluarga itu hanya berasal dari hasil menggenjot becak yang tak dapat dipastikan jumlahnya.

Tahun 2011, Rohadi sedikit lega setelah mendapatkan dana pensiun dari pemerintah. Meski jumlahnya tidak banyak, namun diakuinya sangat membantu mencukupi kehidupan keluarganya.

“Meski begitu, sampai sekarang ya masih tetap mbecak, soalnya kalau mengandalkan uang itu saja ndak cukup,” ujar pria yang bergabung dalam pasukan sukarelawan Tempur Diponegoro I ini.

Rohadi berharap pemerintah lebih memperhatikan lagi nasib para pejuang. Menurutnya, masih banyak nasib pahlawan Indonesia yang sampai sekarang belum jelas dan memprihatinkan.

“Kami dulu sudah berjuang mati-matian demi kemerdekaan bangsa ini. Tak pernah kami mengharap pamrih karena bagi kami membela NKRI adalah harga mati. Namun melihat kondisi yang seperti ini, saya harap pemerintah lebih memperhatikan nasib para pejuangnya itu,” pungkasnya.
(lns)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1000 seconds (0.1#10.140)