Kasus Muhyaro, Tim Labfor ambil sampel tanah
A
A
A
Sindonews.com - Tim Laboratorium Forensik (Labfor) Polda Jawa Tengah bersama Jajaran Polres Kabupaten Magelang kembali melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) kasus penemuan tiga mayat di Dusun Petung, Desa Ngemplak, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang, Minggu (28/7/2013).
Petugas dalam olah TKP tersebut juga mengambil sampel tanah tempat ketiga mayat korban pembunuhan Muhyaro, seorang tersangka kasus penggandaan uang.
Kepala Labfor Polda Jawa Tengah, Kombes Slamet Iswanto mengatakan, olah TKP serta pengambilan sampel tanah tersebut merupakan upaya untuk mengungkap kasus ini.
"Pengambilan sampel tanah ini untuk mencari tahu penyebab kematian para korban. Apakah dia diracun atau ada sebab yang lain," kata Slamet.
Sementara itu, hingga siang ini, lokasi penemuan mayat dan rumah Muhyaro masih dipadati warga. Mereka penasaran dengan adanya kejadian pembunuhan.
Salah seorang warga setempat, Mukhlasi menyampaikan bahwa Muhyaro pernah terlibat tindak pidana kasus pencurian sapi pada tahun 2002.
Untuk beberapa bulan terakhir, papar dia, rumah tersangka kerap kedatangan tamu. Namun, Mukhlasi tidak tahu secara pasti tujuan tamu tersebut. "Sering ada tamu, tapi tidak tahu siapa dan mau apa," tuturnya.
Ditambahkannya, tersangka memiliki dua istri. Yakni istri pertama bernama Sukam dan memiliki tiga orang anak. Sedangkan Sri, istri keduanya memiliki seorang anak yang masih berumur sekitar dua bulan.
"Kami tidak menduga kalu dia tega dan berani berbuat seperti itu," tandasnya.
Diketahui, Tim Gabungan Polres Kabupaten Magelang dan Polda Jawa Tengah berhasil menemukan tiga mayat yang diduga dibunuh oleh Muhyaro, tersangka kasus dugaan penggandaan uang. Ketiga mayat tersebut ditemukan terkubur di sebuah tegalan dekat rumah Muhyaro, di Dusun Petung, Desa Ngemplak, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang, Sabtu (27/7).
Ketiga mayat yang ditemukan, satu diantaranya diduga adalah Yolanda Irfan, salah seorang anak Guru Besar Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Prof Barda Nawawi. Sedangkan dua mayat lainnya, hingga saat ini belum diketahui identitasnya secara pasti.
Petugas dalam olah TKP tersebut juga mengambil sampel tanah tempat ketiga mayat korban pembunuhan Muhyaro, seorang tersangka kasus penggandaan uang.
Kepala Labfor Polda Jawa Tengah, Kombes Slamet Iswanto mengatakan, olah TKP serta pengambilan sampel tanah tersebut merupakan upaya untuk mengungkap kasus ini.
"Pengambilan sampel tanah ini untuk mencari tahu penyebab kematian para korban. Apakah dia diracun atau ada sebab yang lain," kata Slamet.
Sementara itu, hingga siang ini, lokasi penemuan mayat dan rumah Muhyaro masih dipadati warga. Mereka penasaran dengan adanya kejadian pembunuhan.
Salah seorang warga setempat, Mukhlasi menyampaikan bahwa Muhyaro pernah terlibat tindak pidana kasus pencurian sapi pada tahun 2002.
Untuk beberapa bulan terakhir, papar dia, rumah tersangka kerap kedatangan tamu. Namun, Mukhlasi tidak tahu secara pasti tujuan tamu tersebut. "Sering ada tamu, tapi tidak tahu siapa dan mau apa," tuturnya.
Ditambahkannya, tersangka memiliki dua istri. Yakni istri pertama bernama Sukam dan memiliki tiga orang anak. Sedangkan Sri, istri keduanya memiliki seorang anak yang masih berumur sekitar dua bulan.
"Kami tidak menduga kalu dia tega dan berani berbuat seperti itu," tandasnya.
Diketahui, Tim Gabungan Polres Kabupaten Magelang dan Polda Jawa Tengah berhasil menemukan tiga mayat yang diduga dibunuh oleh Muhyaro, tersangka kasus dugaan penggandaan uang. Ketiga mayat tersebut ditemukan terkubur di sebuah tegalan dekat rumah Muhyaro, di Dusun Petung, Desa Ngemplak, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang, Sabtu (27/7).
Ketiga mayat yang ditemukan, satu diantaranya diduga adalah Yolanda Irfan, salah seorang anak Guru Besar Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Prof Barda Nawawi. Sedangkan dua mayat lainnya, hingga saat ini belum diketahui identitasnya secara pasti.
(rsa)