Ratusan ruko habis dilalap si jago merah
A
A
A
Sindonews.com - Ratusan rumah toko (ruko) dan lapak di sebelah utara kawasan Pasar Sentral Mamuju ludes dilalap si jago merah.
Dari catatan petugas, tidak kurang dari 230 kepala keluarga (KK) kehilangan tempat usaha. Kerugian per KK ditaksir antara Rp30 juta sampai Rp50 juta.
Musibah ini tercatat lebih parah dari kejadian yang sama pada tanggal 10 Agustus 2012 lalu. Meski sama-sama terjadi saat Ramadan pukul 13.00 WITA, namun api hanya menghanguskan 26 lapak atau hanya satu blok.
Dari data yang berhasil dihimpun di lapangan, api mulai membakar bangunan sekitar pukul 02.00 WITA. Warga baru mulai bergerak sekitar setengah jam kemudian.
"Setiap Ramadan, pasar sentral ini sepertinya menjadi langganan kebakaran. Memang banyak dugaan bahwa ini ada unsur kesengajaan, tapi kami tidak berani memastikan. Tahun lalu, terjadi saat warga shalat Jumat," kata salah seorang warga kompleks pasar sentral, Ahmad, Selasa (23/7/2013).
Api baru bisa dijinakkan sekitar pukul 05.00 WITA. Satu jam kemudian tinggal kepulan asap. Lambatnya penanganan ini disebabkan lokasi yang padat.
Banyak warga berkerumum, sehingga menyulitkan kendaraan masuk. Faktor lainnya adalah ketidaksiapan armada pemadam kebakaran (Damkar) Mamuju. Masalah ini sering terjadi dan dikeluhkan.
Buktinya, satu unit truk besar Damkar tiba-tiba macet ditengah jalan. Akhirnya, beberapa unit truk kecil Damkar saja yang bekerja.
Beruntung, upaya pemadaman dibantu oleh dua unit pengangkut air milik PT. Karya Mandala Putra (KMP). Potret memadamkan api pun tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya.
Hingga pukul 07.00 WITA warga masih sibuk menyelamatkan barang-barang. Mereka dikawal ketat aparat keamanan dari Polres Mamuju.
Selang beberapa saat Bupati Mamuju Suhardi Duka tiba di lokasi. Dia menegaskan bahwa pemerintah akan mengembalikan secepatnya pekerjaan masyarakat yang terkena musibah.
Hari itu juga akan diukur lokasi yang disesuaikan dengan luas dan jumlah yang kena musibah.
"Kurang lebih ada 230 KK tidak punya tempat. Lokasi dalam bentuk huruf L akan segera difungsikan dengan membangun lapak ukuran seragam. Pemerintah akan mensubsidi seng dan papan. Lapak dikerjakan oleh masing-masing penjual dengan desain seragam. Maksudnya biar cepat, paling tidak hanya sehari dibandungkan kalau di kerja PU. Diharapkan, hari kamis sudah bisa menjual," katanya.
Suhardi tidak menjanjikan untuk memberikan subsidi dana kerugian. Meski diakui, dipertangahan Ramadhan ini penjual mulai menambah modal usaha.
Terkait Damkar yang selalu terlambat, Suhardi menyebutkan akan menambah tiga unit armada yang baru.
Sementara Ketua DPRD Mamuju, Sugianto, menyesali kejadian ini. Sebab pada 2012, DPRD sudah menganggarkan tambahan satu unit Damkar sebesar Rp1,2 miliar. Keputusan itu diambil usai rapat penyelarasan setiap komisi DPRD Mamuju.
"Sehari setelah musibah kebakaran tahun lalu itu, saya langsung menggelar rapat dengan komisi terkait. Bersama Banggar akhirnya disepakati untuk menambah satu unit Damkar. Saya tidak tahu alasan hingga saat ini belum terrealisasi. Dan tentu saya menyesali, lagi-lagi petugas pemadam kebakaran dijadikan kambing hitam api tidak segera dipadamkan," tuturnya.
Hingga berita ini disusun Kepala Dinas Kebersihan dan Tata Ruang Mamuju, M. Luthfi, belum berhasil dikonfirmasi. SKPD ini membawahi UPTD Pemadam Kebakaran.
Kapolres Mamuju, AKBP. Darwis Rincing, yang ada dilokasi enggan berkomentar lebih jauh. Dia hanya menegaskan bahwa penyebab kebakaran tidak bisa diduga. Saat ini unit Labfor sudah berada di lokasi untuk olah TKP, sehingga diketahui penyebab pastinya.
Dari catatan petugas, tidak kurang dari 230 kepala keluarga (KK) kehilangan tempat usaha. Kerugian per KK ditaksir antara Rp30 juta sampai Rp50 juta.
Musibah ini tercatat lebih parah dari kejadian yang sama pada tanggal 10 Agustus 2012 lalu. Meski sama-sama terjadi saat Ramadan pukul 13.00 WITA, namun api hanya menghanguskan 26 lapak atau hanya satu blok.
Dari data yang berhasil dihimpun di lapangan, api mulai membakar bangunan sekitar pukul 02.00 WITA. Warga baru mulai bergerak sekitar setengah jam kemudian.
"Setiap Ramadan, pasar sentral ini sepertinya menjadi langganan kebakaran. Memang banyak dugaan bahwa ini ada unsur kesengajaan, tapi kami tidak berani memastikan. Tahun lalu, terjadi saat warga shalat Jumat," kata salah seorang warga kompleks pasar sentral, Ahmad, Selasa (23/7/2013).
Api baru bisa dijinakkan sekitar pukul 05.00 WITA. Satu jam kemudian tinggal kepulan asap. Lambatnya penanganan ini disebabkan lokasi yang padat.
Banyak warga berkerumum, sehingga menyulitkan kendaraan masuk. Faktor lainnya adalah ketidaksiapan armada pemadam kebakaran (Damkar) Mamuju. Masalah ini sering terjadi dan dikeluhkan.
Buktinya, satu unit truk besar Damkar tiba-tiba macet ditengah jalan. Akhirnya, beberapa unit truk kecil Damkar saja yang bekerja.
Beruntung, upaya pemadaman dibantu oleh dua unit pengangkut air milik PT. Karya Mandala Putra (KMP). Potret memadamkan api pun tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya.
Hingga pukul 07.00 WITA warga masih sibuk menyelamatkan barang-barang. Mereka dikawal ketat aparat keamanan dari Polres Mamuju.
Selang beberapa saat Bupati Mamuju Suhardi Duka tiba di lokasi. Dia menegaskan bahwa pemerintah akan mengembalikan secepatnya pekerjaan masyarakat yang terkena musibah.
Hari itu juga akan diukur lokasi yang disesuaikan dengan luas dan jumlah yang kena musibah.
"Kurang lebih ada 230 KK tidak punya tempat. Lokasi dalam bentuk huruf L akan segera difungsikan dengan membangun lapak ukuran seragam. Pemerintah akan mensubsidi seng dan papan. Lapak dikerjakan oleh masing-masing penjual dengan desain seragam. Maksudnya biar cepat, paling tidak hanya sehari dibandungkan kalau di kerja PU. Diharapkan, hari kamis sudah bisa menjual," katanya.
Suhardi tidak menjanjikan untuk memberikan subsidi dana kerugian. Meski diakui, dipertangahan Ramadhan ini penjual mulai menambah modal usaha.
Terkait Damkar yang selalu terlambat, Suhardi menyebutkan akan menambah tiga unit armada yang baru.
Sementara Ketua DPRD Mamuju, Sugianto, menyesali kejadian ini. Sebab pada 2012, DPRD sudah menganggarkan tambahan satu unit Damkar sebesar Rp1,2 miliar. Keputusan itu diambil usai rapat penyelarasan setiap komisi DPRD Mamuju.
"Sehari setelah musibah kebakaran tahun lalu itu, saya langsung menggelar rapat dengan komisi terkait. Bersama Banggar akhirnya disepakati untuk menambah satu unit Damkar. Saya tidak tahu alasan hingga saat ini belum terrealisasi. Dan tentu saya menyesali, lagi-lagi petugas pemadam kebakaran dijadikan kambing hitam api tidak segera dipadamkan," tuturnya.
Hingga berita ini disusun Kepala Dinas Kebersihan dan Tata Ruang Mamuju, M. Luthfi, belum berhasil dikonfirmasi. SKPD ini membawahi UPTD Pemadam Kebakaran.
Kapolres Mamuju, AKBP. Darwis Rincing, yang ada dilokasi enggan berkomentar lebih jauh. Dia hanya menegaskan bahwa penyebab kebakaran tidak bisa diduga. Saat ini unit Labfor sudah berada di lokasi untuk olah TKP, sehingga diketahui penyebab pastinya.
(lns)