Pengakuan Ucok Tigor dalam penyerangan Lapas Cebongan

Selasa, 16 Juli 2013 - 15:56 WIB
Pengakuan Ucok Tigor dalam penyerangan Lapas Cebongan
Pengakuan Ucok Tigor dalam penyerangan Lapas Cebongan
A A A
Sindonews.com - Sindonews.com - Sersan Dua Ucok Tigor Simbolon tidak mengakui adanya ancaman kepada petugas sipir saat akan masuk ke dalam portir Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) IIB Cebongan, Sleman. Hal itu dikatakannya saat menjadi saksi di sidang berkas kedua.

"Saya tidak pernah mengucap, 'mengebon'. Saya juga tidak tahu, apa itu ngebon. Tahunya, ngebon itu ya di kantin atau di koperasi," akunya, Selasa (16/7/2013).

Lanjut dia, saat masih berada di Gunung Lawu pada tanggal 20 hingga 22 Maret 2013, dalam rangka latihan perang hutan, dirinya mulai terganggu pikirannya karena mendengar kabar Serka Heru Santoso tewas. Apalagi, ketika dirinya melihat ada kabar Sertu Sriyono dibacok, di daerah Yogyakarta. "Saya cukup terpancing emosi. Pernah saat tugas di Aceh, saya dihadang orang dan Sertu Sriyono lah yang mengeluarkan saya dari hadangan tersebut," tuturnya.

Lanjutnya, teman satu timnya dalam latihan di Gunung Lawu, yaitu Sersan Dua Sugeng Sumaryanto, Kopral Satu Kodik, diajaknya terlebih dahulu untuk mencari kawanan preman yang membacok Sertu Sriyono. "Mereka menolak, takut dicari Danlat (Komandan Latihan). Saya bentak, kamu tidak punya jiwa Korsa. Kemudian, saya tinggalkan dan pergi sendiri," ungkapnya.

Namun, tak lama kemudian, dirinya disusul oleh kedua temannya tersebut. Lantas, dirinya mengajak untuk pulang terlebih dahulu di asrama, yaitu kompleks Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Kandang Menjangan, Kartosuro, untuk berganti pakaian. Sebab, saat itu pakaiannya masih setengah dinas.

Ketiganya lalu janjian pukul 20.00 WIB bertemu di kantin asrama. "Saya datang lebih dulu (di kantin). Ketemu Sertu Tri Juwanto sedang makan. Saya ngobrol mengenai peristiwa yang terjadi terhadap dua orang anggota TNI tersebut. Sertu Tri Juwanto kemudian mengatakan, kalau yang membunuh Serka Heru Santoso adalah kelompok Deki, ada empat orang yang sudah ditahan di Polda DIY. Kalau yang membacok Sertu Sriyono, adalah kelompok Marcel yang mempunyai kekuatan besar," ujarnya.

Kemudian, diajaknya Tri Juwanto untuk mencari kelompok Marcel tersebut. "Itung-itungan personel. Tri Juwanto kemudian, mencari teman-teman dulu," katanya.

Menggunakan kendaraannya, Avanza bernomor polisi B 8466 XJ, Ucok berangkat bersama Sersan Dua Sugeng Sumaryanto, Kopral Satu Kodik. Saat akan berangkat, dirinya bertemu Sersan Dua Ikhmawan Suprapto dan segera diajak. Diikutilah, kendaraan lain yang dibawa oleh Tri Juwanto.

Menurut Ucok, kepergiannya ke Yogya tersebut untuk mencari Marcel. Dirinya ingin menghajar sampai babak belur. Namun, ketika sampai di Yogya, berputar-putar dan tidak mendapati yang dicari. Dirinya berinisiatif menuju ke Lapas IIB Cebongan, Sleman, atas informasi yang didapatkan kalau kelompok Deki tahanannya dipindah dari Polda DIY ke Lapas tersebut.

Sampai di depan pintu Lapas, dirinya kemudian mengetok pintu portir dan mengucap salam. "Assalamualaikum. Selamat malam pak saya dari Polda mau bertemu empat pembunuh anggota TNI. Saya mau minta sidik jari," katanya.

Kemudian, pintu portir dibuka oleh petugas dan diperbolehkan masuk untuk menemui komandan regu jaga. "Saya langsung masuk, saat itu suasana kondusif, berjalan seperti biasanya," ujarnya.

Saat didesak oleh Majelis Hakim, mengenai adakah ancaman ketika akan memasuki ruang portir dengan menodong senjata dan juga alasan datang untuk ngebon tahanan, Uco tetap pada pendiriannya. "Tidak ada (ancaman senjata untuk masuk)," tuturnya.

Lanjut Ucok, suasana panik dimulai saat dirinya mengawal Margo Utomo, yaitu Kepala Pengamanan Lapas, dari rumah dinas di samping gedung Lapas menuju ke ruang portir. Margo Utomo tersebut mencoba menghubungi menggunakan handphone seseorang atau atasannya untuk memberitahukan ada anggota dari Polda atau kepolisian yang datang.

"Saya takut cover saya terbuka, bahwa saya bukan anggota kepolisian atau Polda. Kemudian, handphonenya saya rebut dan saya suruh tiarap. Saat itulah saya mulai panik," ucapnya.
(lns)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3104 seconds (0.1#10.140)