Lapuk, rumah keluarga miskin di Ciamis ambruk
A
A
A
Sindonews.com - Sebuah rumah milik keluarga miskin, di Dusun Desa RT08/06, Desa Saguling, Kecamatan Baregbeg, Kabupaten Ciamis, tiba-tiba ambruk. Rumah tersebut, ambruk akibat sudah lapuk, dan penghuni rumah tidak mampu memperbaiki tempat tinggalnya.
Rumah ini merupakan milik pasangan suami istri Dodi (30), dan Dedeh (27). Pasangan ini, bekerja serabutan. Mereka tinggal di dalam rumah, bersama dua orang anaknya yang masih kecil.
Peristiwa ambruknya rumah keluarga miskin itu, terjadi sekitar pukul 05.00 WIB. Waktu itu, keempat anggota keluarga sedang melakukan aktivitas pagi, usai menunaikan salat Subuh.
Saat kejadian, Dedeh berada di dapur sedang menanak nasi. Sedangkan suami dan kedua anaknya, berada di ruang tengah. Saat mereka sedang asik dengan aktivitas masing-masing, Dedeh yang berada di dapur justru mendengar suara gemeretak keras dari bagian atap rumah.
Mendengar suara itu, Dedeh langsung berlari ke luar, melewati ruang tengah rumah. “Saya sengaja lari lewat ruang tengah dengan tujuan menyelamatkan kedua anak saya,” ucap Dede, kepada wartawan, kemarin.
Saat dirinya berlari melewati ruang tengah, dari sudut matanya terlihat suaminya mengendong kedua anaknya keluar lewat pintu samping.
“Yang saya pikirkan saya berlari sekuat tenaga menghindari reruntuhan rumah. Benar saja, setelah berlari keluar hanya dalam jarak lima meter, rumah yang kami tempati tiba-tiba ambruk,” kenang Dedeh.
Dalam kondisi lemas, serta masih belum percaya rumah satu-satunya bisa ambruk, Dedeh berusaha menghampiri suami dan kedua anaknya.
“Saya hanya bisa termenung melihat kondisi rumah yang runtuh. Selang beberapa menit, sejumlah tetangga berdatangan membantu membereskan puing-puing rumah yang ambruk,” tambah Dedeh.
Saat itu, lanjut Dedeh, dia juga sempat kembali panik karena mengingat sewaktu dia berlari dari dapur, kondisi tungku api di dapur ditinggalkan dalam kondisi sedang menyala. “Saya sempat kembali berteriak api, api. Dengan cepat, sejumlah tetangga mematikan api di dalam tungku di dapur,” bebernya.
Sementara Dodi mengaku, saat kejadian dia sedang mengawasi aktivitas kedua anaknya di dalam rumah. Tiba-tiba dia mendengar suara gemeretak dari atap rumah, diikuti sejumlah bagian atap rumah menonjol ke bawah.
“Tanpa banyak pikir, saya langsung menyelamatkan kedua anak saya berlari ke dalam rumah. Saat saya berada di luar, saya melihat istri saya berlari ke dalam dengan posisi pintu depan terkunci. Namun, berhasil didobrak dan keluar rumah,” tambah Dodi.
Setelah semua anggota keluarga berada di luar rumah, lanjut Dodi, secara perlahan rumah yang dia tempati ambruk. Pertama kali rumah ambruk dari bagian ruang tengah, dan menarik bagian atap ruangan kamar dan dapur. “Saya hanya bisa melotot melihat rumah kami ambruk,” kata Dodi.
Dodi mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir kondisi rumah yang mereka tempati kondisinya sudah lapuk. Dia yang bekerja sehari-hari serabutan belum mampu membangun rumah yang lebih baik lagi. “Jangankan untuk bangun rumah, untuk makan sehari-hari saja kami masih belum tenang,” sebut Dodi.
Karena rumahnya sudah ambruk, lanjut Dodi, dia bersama istri dan anaknya untuk sementara waktu mungkin akan tinggal di rumah saudaranya.
“Untuk sementara, kami akan mengungsi dulu. Kalau tidak di rumah saudara, mungkin di rumah tetangga yang kosong. Kami juga akan membangun kembali rumah seadanya mengunkana sisa puing yang masih bisa dimanfaatkan,” pungkas Dodi.
Rumah ini merupakan milik pasangan suami istri Dodi (30), dan Dedeh (27). Pasangan ini, bekerja serabutan. Mereka tinggal di dalam rumah, bersama dua orang anaknya yang masih kecil.
Peristiwa ambruknya rumah keluarga miskin itu, terjadi sekitar pukul 05.00 WIB. Waktu itu, keempat anggota keluarga sedang melakukan aktivitas pagi, usai menunaikan salat Subuh.
Saat kejadian, Dedeh berada di dapur sedang menanak nasi. Sedangkan suami dan kedua anaknya, berada di ruang tengah. Saat mereka sedang asik dengan aktivitas masing-masing, Dedeh yang berada di dapur justru mendengar suara gemeretak keras dari bagian atap rumah.
Mendengar suara itu, Dedeh langsung berlari ke luar, melewati ruang tengah rumah. “Saya sengaja lari lewat ruang tengah dengan tujuan menyelamatkan kedua anak saya,” ucap Dede, kepada wartawan, kemarin.
Saat dirinya berlari melewati ruang tengah, dari sudut matanya terlihat suaminya mengendong kedua anaknya keluar lewat pintu samping.
“Yang saya pikirkan saya berlari sekuat tenaga menghindari reruntuhan rumah. Benar saja, setelah berlari keluar hanya dalam jarak lima meter, rumah yang kami tempati tiba-tiba ambruk,” kenang Dedeh.
Dalam kondisi lemas, serta masih belum percaya rumah satu-satunya bisa ambruk, Dedeh berusaha menghampiri suami dan kedua anaknya.
“Saya hanya bisa termenung melihat kondisi rumah yang runtuh. Selang beberapa menit, sejumlah tetangga berdatangan membantu membereskan puing-puing rumah yang ambruk,” tambah Dedeh.
Saat itu, lanjut Dedeh, dia juga sempat kembali panik karena mengingat sewaktu dia berlari dari dapur, kondisi tungku api di dapur ditinggalkan dalam kondisi sedang menyala. “Saya sempat kembali berteriak api, api. Dengan cepat, sejumlah tetangga mematikan api di dalam tungku di dapur,” bebernya.
Sementara Dodi mengaku, saat kejadian dia sedang mengawasi aktivitas kedua anaknya di dalam rumah. Tiba-tiba dia mendengar suara gemeretak dari atap rumah, diikuti sejumlah bagian atap rumah menonjol ke bawah.
“Tanpa banyak pikir, saya langsung menyelamatkan kedua anak saya berlari ke dalam rumah. Saat saya berada di luar, saya melihat istri saya berlari ke dalam dengan posisi pintu depan terkunci. Namun, berhasil didobrak dan keluar rumah,” tambah Dodi.
Setelah semua anggota keluarga berada di luar rumah, lanjut Dodi, secara perlahan rumah yang dia tempati ambruk. Pertama kali rumah ambruk dari bagian ruang tengah, dan menarik bagian atap ruangan kamar dan dapur. “Saya hanya bisa melotot melihat rumah kami ambruk,” kata Dodi.
Dodi mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir kondisi rumah yang mereka tempati kondisinya sudah lapuk. Dia yang bekerja sehari-hari serabutan belum mampu membangun rumah yang lebih baik lagi. “Jangankan untuk bangun rumah, untuk makan sehari-hari saja kami masih belum tenang,” sebut Dodi.
Karena rumahnya sudah ambruk, lanjut Dodi, dia bersama istri dan anaknya untuk sementara waktu mungkin akan tinggal di rumah saudaranya.
“Untuk sementara, kami akan mengungsi dulu. Kalau tidak di rumah saudara, mungkin di rumah tetangga yang kosong. Kami juga akan membangun kembali rumah seadanya mengunkana sisa puing yang masih bisa dimanfaatkan,” pungkas Dodi.
(san)