Potensi wisata Benteng Vredeburg belum dimaksimalkan
Potensi wisata Benteng Vredeburg belum dimaksimalkan
A
A
A
Sindonews.com - Benteng Vredeburg yang berada di kawasan Titik Nol Kilometer, bukan hanya berpotensi menjadi destinasi wisata mengenai historis-arkeologis dan arsitektur. Namun juga ekonomi. Hanya saja, potensi tersebut belum digarap secara optimal.
Sehingga, sekarang tidak mampu meningkatkan daya saing dengan tujuan wisata lain yang ada disekitarnya, seperti Malioboro dan Keraton Yogyakarta.
“Belum optimalnya pengembangan wisata Benteng Vredeburg ini, juga belum adanya diversifikasi produk,” ungkap Arsitek Budaya UGM Arya Ronald, dalam seminar menggali potensi Benteng Vredeburg sebagai salah satu ikon titik nol kilometer, di Gedung G Benteng Vredeburg, Kamis (27/6/2013).
Arya Ronald menjelaskan, permasalahan lainnya, yakni untuk promosi juga belum maksimal. Sebab meski rancangan produk dibuat sedemikian rupa, namun promosi juga berkorelasi dengan tren keberhasilan pariwisata tersebut. Untuk Benteng Vredeburg, walau promosi sudah berjalan, tetapi aspek dam aplikasi pemasarannya belum maksimal.
Apalagi, dengan berkembangnya era teknologi informasi. Maka, konsep new marketing yang ditawarkan menjadi tantangan yang layak untuk diaplikasikan. “Elemen yang dipilih untuk diaplikasikan pada Benteng Vredeburg adalah digital directory dan blogging,” paparnya.
Sementara itu, Kepala UPT Malioboro Syarief Teguh Prabowo mengatakan, untuk mengoptimalkan wisata Benteng Vredeburg, pengelola bisa memanfaatkan public service yang ada di tempat ini. Salah satunya, ruang terbuka yang ada di depan Museum Benteng Vredeburg, maupun tempat lainnya.
“Selama ini, ramainya kunjungan ke Benteng Vredeburg, bukan memang akan ke tempat itu. Namun, karena terintegrasi dengan kegiatan yang ada di sekitarnya, terutama saat ada kegiatan, seperti di monumen serangan umum (SO),” tandasnya.
Kepala Museum Benteng Vredeburg Zainul Azza mengakui, perlu ada berbagai upaya untuk mewujudkan hal tersebut. Selain dengan sinergitas dari semua pihak. Juga dengan mengali lebih dalam tentang potensi yang ada di Benteng Vredeburg.
Sehingga, sekarang tidak mampu meningkatkan daya saing dengan tujuan wisata lain yang ada disekitarnya, seperti Malioboro dan Keraton Yogyakarta.
“Belum optimalnya pengembangan wisata Benteng Vredeburg ini, juga belum adanya diversifikasi produk,” ungkap Arsitek Budaya UGM Arya Ronald, dalam seminar menggali potensi Benteng Vredeburg sebagai salah satu ikon titik nol kilometer, di Gedung G Benteng Vredeburg, Kamis (27/6/2013).
Arya Ronald menjelaskan, permasalahan lainnya, yakni untuk promosi juga belum maksimal. Sebab meski rancangan produk dibuat sedemikian rupa, namun promosi juga berkorelasi dengan tren keberhasilan pariwisata tersebut. Untuk Benteng Vredeburg, walau promosi sudah berjalan, tetapi aspek dam aplikasi pemasarannya belum maksimal.
Apalagi, dengan berkembangnya era teknologi informasi. Maka, konsep new marketing yang ditawarkan menjadi tantangan yang layak untuk diaplikasikan. “Elemen yang dipilih untuk diaplikasikan pada Benteng Vredeburg adalah digital directory dan blogging,” paparnya.
Sementara itu, Kepala UPT Malioboro Syarief Teguh Prabowo mengatakan, untuk mengoptimalkan wisata Benteng Vredeburg, pengelola bisa memanfaatkan public service yang ada di tempat ini. Salah satunya, ruang terbuka yang ada di depan Museum Benteng Vredeburg, maupun tempat lainnya.
“Selama ini, ramainya kunjungan ke Benteng Vredeburg, bukan memang akan ke tempat itu. Namun, karena terintegrasi dengan kegiatan yang ada di sekitarnya, terutama saat ada kegiatan, seperti di monumen serangan umum (SO),” tandasnya.
Kepala Museum Benteng Vredeburg Zainul Azza mengakui, perlu ada berbagai upaya untuk mewujudkan hal tersebut. Selain dengan sinergitas dari semua pihak. Juga dengan mengali lebih dalam tentang potensi yang ada di Benteng Vredeburg.
(san)
Explore More