Salon esek-esek di Solo menjamur
A
A
A
Sindonews.com - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Solo mensinyalir saat ini di SOlo telah menjamur tempat prostitusi yang berkedok salon.
“Agar tidak diselewengkan jadi tempat esek-esek, pembinaan mulai gencar dilakukan, terutama oleh aparat di lima Polsek di Kota Solo dan tim gabungan,” kata Kasi Akomodasi Disbudpar Solo Hesti Widayati, di Solo Jumat (14/6/2013).
Hesti mendapati praktik esek-esek berkedok salon berada di wilayah Brengosan, Kecamatan Laweyan dan Srambatan, Kecamatan Banjarsari Solo. Di sejumlah salon di area tersebut, tim tak menemukan aktivitas pada umumnya tempat pangkas rambut atau perawatan tubuh. Sebagai gantinya justru terdapat bilik-bilik mesum.
“Wajarnya ada sisa-sisa rambut yang dipotong atau peralatan salon, namun tidak ditemukan. Tapi tersedia kamar-kamar yang tak berhubungan dengan jasa salon. Sehingga pastas diduga diselewengkan untuk prostitusi,” kata dia.
Dugaan ini diperkuat dengan sikap pengelola salon yang tak kooperatif. Saat tim meninjau lokasi, para karyawan salon memilih kabur. Atas dasar itulah Satpol PP diminta segera menyegel tempat tersebut.
Hesti memperkirakan jumlah salon liar di Kota Solo lebih banyak jika dibandingkan yang berizin.
“Yang tercatat 101 salon berdasarkan izin yang diproses. Pendiriannya jelas dan terukur. Sedangkan yang tak berizin banyak sekali. Mungkin mereka sengaja tak memprosesnya karena takut tempat maksiatnya ketahuan,” terang dia.
“Agar tidak diselewengkan jadi tempat esek-esek, pembinaan mulai gencar dilakukan, terutama oleh aparat di lima Polsek di Kota Solo dan tim gabungan,” kata Kasi Akomodasi Disbudpar Solo Hesti Widayati, di Solo Jumat (14/6/2013).
Hesti mendapati praktik esek-esek berkedok salon berada di wilayah Brengosan, Kecamatan Laweyan dan Srambatan, Kecamatan Banjarsari Solo. Di sejumlah salon di area tersebut, tim tak menemukan aktivitas pada umumnya tempat pangkas rambut atau perawatan tubuh. Sebagai gantinya justru terdapat bilik-bilik mesum.
“Wajarnya ada sisa-sisa rambut yang dipotong atau peralatan salon, namun tidak ditemukan. Tapi tersedia kamar-kamar yang tak berhubungan dengan jasa salon. Sehingga pastas diduga diselewengkan untuk prostitusi,” kata dia.
Dugaan ini diperkuat dengan sikap pengelola salon yang tak kooperatif. Saat tim meninjau lokasi, para karyawan salon memilih kabur. Atas dasar itulah Satpol PP diminta segera menyegel tempat tersebut.
Hesti memperkirakan jumlah salon liar di Kota Solo lebih banyak jika dibandingkan yang berizin.
“Yang tercatat 101 salon berdasarkan izin yang diproses. Pendiriannya jelas dan terukur. Sedangkan yang tak berizin banyak sekali. Mungkin mereka sengaja tak memprosesnya karena takut tempat maksiatnya ketahuan,” terang dia.
(ysw)