Bocah SD, ditusuk paku teman sekelasnya
A
A
A
Sindonews.com - Kristian Arvero Iwantra (12), bocah kelas IV SD Negeri V Ngaliyan Semarang, mendatangi Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polrestabes Semarang, Kamis (6/6/2013) siang.
Ditemani ibundanya, Rini Setiyowati (51) dan kakaknya, Regina Wijaya (30), Kristian mengadu telah dikeroyok sekira 7 orang teman sekelasnya.
Tak hanya dipukuli dan ditendang, Kristian mengaku diserang menggunakan sebuah paku berukuran cukup besar. Itu membuat punggung tangan kanannya luka cukup dalam sehingga harus mendapat perawatan ekstra.
“Saya dikeroyok teman – teman, di dalam kelas. Hari Rabu (5/6/). Hidung saya berdarah dan tangan saya ditusuk paku,” ungkapnya sembari memegang mainan robot – robotan warna kuning yang dibawanya ke kantor polisi.
Di depan petugas piket, Kristian mengatakan dua orang yang dihafal mengeroyoknya bernama T dan R. Insiden pengeroyokan itu diawali pada Rabu pagi hari di lingkungan sekolah. Sepatu milik pelapor (Kristian) diinjak temannya yang bernama T itu. Atas perlakukan itu, pelapor membalas dengan mengatakan “Woo anake Lilik. (woo anaknya Lilik),” ucapnya.
Orang tua T, diketahui bernama Lilik. Oleh karena itu, pelapor memanggil T dengan menyebut nama orang tuanya, karena tidak terima sepatunya diinjak hingga kotor. Ternyata, T emosi dan menampar pipi pelapor dua kali.
“Saya balas menampar pipinya dua kali,” katanya.
Ternyata, insiden itu tidak selesai di situ. Saat waktu istirahat tiba, T menantang pelapor untuk berkelahi di kompleks kuburan yang memang tidak jauh dari lingkungan sekolah. Ternyata, T datang bersama sekitar enam temannya, termasuk R. Pelapor dipaksa masuk ke dalam kelas, dan pintunya dikunci. Di dalam kelas itu, pelapor dikeroyok tujuh teman sekelasnya.
“Saya dipukul dan ditendang, diinjak – injak. Ada yang nendang kepala. Saat saya melindungi kepala dengan tangan, T itu langsung menusuk saya pakai paku,” lanjutnya.
Tak lama setelah insiden itu, pelapor mengatakan kalau guru – gurunya terkesan cuek. Bahkan menjadi sasaran kemarahan guru – gurunya.
Rini, ibu pelapor, mengungkapkan kekecewaannya atas pihak sekolah yang dinilai tidak bisa mengatasi persoalan ini. Pasalnya, anaknya itu sudah kali ke enam ini dikeroyok teman – teman sekelasnya.
“Pas pulang sekolah Rabu itu, bajunya sudah banyak darah. Sampai sesak nafas, karena dadanya sakit. Dua minggu yang lalu, anak saya ini juga dikeroyok di sekolahan. Mukanya sampai banyak luka karena dicakar kuku,” tambah warga Jalan Wahyu Asri nomor 20, Kecamatan Ngaliyan itu.
Ketika ditanyakan kenapa anaknya sering dikeroyok, Rini mengatakan hal itu biasanya dipicu masalah kecil. Tapi ada semacam geng di kelas itu, sehingga anaknya sering menjadi korban pengeroyokan.
“Saya juga menyesalkan pihak sekolah yang tidak bisa menangani ini. Karena berulang – ulang,” ungkapnya.
Regina, menunjukkan surat visum dari RSUD Tugurejo Semarang. Hasil visum itu tergister nomor RM 417694.
“Selain melapor polisi, kami juga akan menuntut pihak sekolah agar bisa cepat menangani hal seperti ini. Bagaimana bisa terjadi adik saya ditusuk paku, dikeroyok teman – teman sekelasnya, dan terjadi di lingkungan sekolah,” paparnya.
Laporan itu, diterima pihak kepolisian walaupun belum dibuatkan surat pelaporan resmi. Kepala Sub Bagian Humas Polrestabes Semarang, Komisaris Willer Napitupulu, mengatakan insiden seperti ini akan dikoordinasikan dengan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satuan Reserse Kriminal.
“Kalau dilihat terlapornya juga masih di bawah umur. Ini dilematis. Pihak sekolah juga akan dilibatkan untuk turut menyelesaikan, agar kejadian seperti ini tidak dianggap sepele,” katanya.
Ditemani ibundanya, Rini Setiyowati (51) dan kakaknya, Regina Wijaya (30), Kristian mengadu telah dikeroyok sekira 7 orang teman sekelasnya.
Tak hanya dipukuli dan ditendang, Kristian mengaku diserang menggunakan sebuah paku berukuran cukup besar. Itu membuat punggung tangan kanannya luka cukup dalam sehingga harus mendapat perawatan ekstra.
“Saya dikeroyok teman – teman, di dalam kelas. Hari Rabu (5/6/). Hidung saya berdarah dan tangan saya ditusuk paku,” ungkapnya sembari memegang mainan robot – robotan warna kuning yang dibawanya ke kantor polisi.
Di depan petugas piket, Kristian mengatakan dua orang yang dihafal mengeroyoknya bernama T dan R. Insiden pengeroyokan itu diawali pada Rabu pagi hari di lingkungan sekolah. Sepatu milik pelapor (Kristian) diinjak temannya yang bernama T itu. Atas perlakukan itu, pelapor membalas dengan mengatakan “Woo anake Lilik. (woo anaknya Lilik),” ucapnya.
Orang tua T, diketahui bernama Lilik. Oleh karena itu, pelapor memanggil T dengan menyebut nama orang tuanya, karena tidak terima sepatunya diinjak hingga kotor. Ternyata, T emosi dan menampar pipi pelapor dua kali.
“Saya balas menampar pipinya dua kali,” katanya.
Ternyata, insiden itu tidak selesai di situ. Saat waktu istirahat tiba, T menantang pelapor untuk berkelahi di kompleks kuburan yang memang tidak jauh dari lingkungan sekolah. Ternyata, T datang bersama sekitar enam temannya, termasuk R. Pelapor dipaksa masuk ke dalam kelas, dan pintunya dikunci. Di dalam kelas itu, pelapor dikeroyok tujuh teman sekelasnya.
“Saya dipukul dan ditendang, diinjak – injak. Ada yang nendang kepala. Saat saya melindungi kepala dengan tangan, T itu langsung menusuk saya pakai paku,” lanjutnya.
Tak lama setelah insiden itu, pelapor mengatakan kalau guru – gurunya terkesan cuek. Bahkan menjadi sasaran kemarahan guru – gurunya.
Rini, ibu pelapor, mengungkapkan kekecewaannya atas pihak sekolah yang dinilai tidak bisa mengatasi persoalan ini. Pasalnya, anaknya itu sudah kali ke enam ini dikeroyok teman – teman sekelasnya.
“Pas pulang sekolah Rabu itu, bajunya sudah banyak darah. Sampai sesak nafas, karena dadanya sakit. Dua minggu yang lalu, anak saya ini juga dikeroyok di sekolahan. Mukanya sampai banyak luka karena dicakar kuku,” tambah warga Jalan Wahyu Asri nomor 20, Kecamatan Ngaliyan itu.
Ketika ditanyakan kenapa anaknya sering dikeroyok, Rini mengatakan hal itu biasanya dipicu masalah kecil. Tapi ada semacam geng di kelas itu, sehingga anaknya sering menjadi korban pengeroyokan.
“Saya juga menyesalkan pihak sekolah yang tidak bisa menangani ini. Karena berulang – ulang,” ungkapnya.
Regina, menunjukkan surat visum dari RSUD Tugurejo Semarang. Hasil visum itu tergister nomor RM 417694.
“Selain melapor polisi, kami juga akan menuntut pihak sekolah agar bisa cepat menangani hal seperti ini. Bagaimana bisa terjadi adik saya ditusuk paku, dikeroyok teman – teman sekelasnya, dan terjadi di lingkungan sekolah,” paparnya.
Laporan itu, diterima pihak kepolisian walaupun belum dibuatkan surat pelaporan resmi. Kepala Sub Bagian Humas Polrestabes Semarang, Komisaris Willer Napitupulu, mengatakan insiden seperti ini akan dikoordinasikan dengan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satuan Reserse Kriminal.
“Kalau dilihat terlapornya juga masih di bawah umur. Ini dilematis. Pihak sekolah juga akan dilibatkan untuk turut menyelesaikan, agar kejadian seperti ini tidak dianggap sepele,” katanya.
(rsa)