63 Km saluran irigasi di Garut rusak
A
A
A
Sindonews.com - Saluran irigasi sepanjang 63 km di Kabupaten Garut, yang dikelola pemerintah, rusak. Sebagai langkah normaliasi, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut menganggarkan dana Rp6 miliar dari dana alokasi khusus untuk memperbaiki saluran irigasi yang rusak tersebut.
"Diantaranya, Rp2 miliar untuk perbaikan ringan dan Rp3,9 miliar untuk perbaikan kerusakan berat," kata Kepala Dinas Sumber Daya Air Mineral dan Pertambangan (SDAP) Kabupaten Garut Uu Saefudin, Senin (15/4/2013).
Disebutkan Uu, panjang total saluran irigasi di Garut setidaknya mencapai 147 km. Dengan demikian, saluran yang mengalami kerusakan setidaknya hampir mencapai 50 persen dari total irigasi yang ada.
"Ke-147 km saluran irigasi ini mengairi 11.771 hektare (ha) lahan pertanian di Garut. Namun, akibat banyaknya kerusakan, pengairan tidak dapat berjalan maksimal," ungkapnya.
Dana yang ada, terang Uu, masih jauh dari ideal untuk memperbaiki keseluruhan saluran irigasi yang rusak. Jika dikalkulasi, jumlah total dana yang diperlukan untuk memperbaiki semua saluran yang rusak mencapai Rp22 miliar.
"Akibat keterbatasan dana, dinas kami hanya akan memprioritaskan saluran irigasi yang rusak ringan dan terkena bencana longsor untuk diperbaiki," ujarnya.
Menurut Uu, kerusakan sebagian besar disebabkan oleh pendangkalan lumpur atau tersumbat sampah. Upaya normalisasi, setidaknya akan dilakukan empat kali dalam setahun.
"Hal ini untuk membersihkan endapan yang selalu menghambat saluran irigasi," terangnya.
Selain saluran irigasi yang dikelola pemerintah, ucapnya, di Kabupaten Garut terdapat 1.758 kilometer irigasi lain yang dikelola warga desa. Dari total panjang irigasi desa, 1.100 kilometer dalam keadaan baik dan sisanya rusak ringan dan berat.
"Normalisasi saluran irigasi desa ini dikelola dan dinormalisasi oleh masyarakat setempat. Biasanya, masyarakat bergotong royong untuk membersihkan saluran irigasi dari endapan lumpur dan sampah," katanya.
Saluran sepanjang 1.758 km desa ini mengairi 45.931 ha sawah di Garut. Ia menambahkan, program normalisasi dengan cara pengerukan saluran irigasi dan perbaikan sarana harus segera dilakukan sebelum musim kemarau.
Sebab, pendangkalan dan berbagai gangguan saluran irigasi dapat menghambat suplai air yang sangat minim pada musim kemarau.
"Saluran irigasi atau DAS yang akan diperbaiki di antaranya Cikendi, Cipeujeuh, Ciwalen, Cigulampeng, Cigarut, dan Ciojar. Begitu juga dengan Baranangsiang yang terkena longsor waktu beberapa hari lalu," ujarnya.
Dandim 0611 Garut, Letkol Czi Dian Hendriana Surachman, mengatakan, pihaknya memiliki perhatian khusus pada saluran irigasi dan mata air di Kabupaten Garut. Sebab, jika tidak dirawat atau diperhatikan, saluran irigasi dan mata air akan rusak sehingga rawan menimbulkan konflik di tengah masyarakat.
"Banyak terjadi konflik rebutan air irigasi. Biasanya, warga yang berkonflik ini rebutan karena sawah mereka kurang teraliri air. Sedangkan irigasi yang berfungsi di tempat mereka tinggal hanya satu. Padahal, ada banyak saluran namun tidak dapat dimanfaatkan karena rusak. Salah satu contoh peristiwa yang masih kita ingat adalah kejadian rebutan air antara warga Garut dengan Tasikmalaya di perbatasan beberapa waktu lalu," tandasnya.
"Diantaranya, Rp2 miliar untuk perbaikan ringan dan Rp3,9 miliar untuk perbaikan kerusakan berat," kata Kepala Dinas Sumber Daya Air Mineral dan Pertambangan (SDAP) Kabupaten Garut Uu Saefudin, Senin (15/4/2013).
Disebutkan Uu, panjang total saluran irigasi di Garut setidaknya mencapai 147 km. Dengan demikian, saluran yang mengalami kerusakan setidaknya hampir mencapai 50 persen dari total irigasi yang ada.
"Ke-147 km saluran irigasi ini mengairi 11.771 hektare (ha) lahan pertanian di Garut. Namun, akibat banyaknya kerusakan, pengairan tidak dapat berjalan maksimal," ungkapnya.
Dana yang ada, terang Uu, masih jauh dari ideal untuk memperbaiki keseluruhan saluran irigasi yang rusak. Jika dikalkulasi, jumlah total dana yang diperlukan untuk memperbaiki semua saluran yang rusak mencapai Rp22 miliar.
"Akibat keterbatasan dana, dinas kami hanya akan memprioritaskan saluran irigasi yang rusak ringan dan terkena bencana longsor untuk diperbaiki," ujarnya.
Menurut Uu, kerusakan sebagian besar disebabkan oleh pendangkalan lumpur atau tersumbat sampah. Upaya normalisasi, setidaknya akan dilakukan empat kali dalam setahun.
"Hal ini untuk membersihkan endapan yang selalu menghambat saluran irigasi," terangnya.
Selain saluran irigasi yang dikelola pemerintah, ucapnya, di Kabupaten Garut terdapat 1.758 kilometer irigasi lain yang dikelola warga desa. Dari total panjang irigasi desa, 1.100 kilometer dalam keadaan baik dan sisanya rusak ringan dan berat.
"Normalisasi saluran irigasi desa ini dikelola dan dinormalisasi oleh masyarakat setempat. Biasanya, masyarakat bergotong royong untuk membersihkan saluran irigasi dari endapan lumpur dan sampah," katanya.
Saluran sepanjang 1.758 km desa ini mengairi 45.931 ha sawah di Garut. Ia menambahkan, program normalisasi dengan cara pengerukan saluran irigasi dan perbaikan sarana harus segera dilakukan sebelum musim kemarau.
Sebab, pendangkalan dan berbagai gangguan saluran irigasi dapat menghambat suplai air yang sangat minim pada musim kemarau.
"Saluran irigasi atau DAS yang akan diperbaiki di antaranya Cikendi, Cipeujeuh, Ciwalen, Cigulampeng, Cigarut, dan Ciojar. Begitu juga dengan Baranangsiang yang terkena longsor waktu beberapa hari lalu," ujarnya.
Dandim 0611 Garut, Letkol Czi Dian Hendriana Surachman, mengatakan, pihaknya memiliki perhatian khusus pada saluran irigasi dan mata air di Kabupaten Garut. Sebab, jika tidak dirawat atau diperhatikan, saluran irigasi dan mata air akan rusak sehingga rawan menimbulkan konflik di tengah masyarakat.
"Banyak terjadi konflik rebutan air irigasi. Biasanya, warga yang berkonflik ini rebutan karena sawah mereka kurang teraliri air. Sedangkan irigasi yang berfungsi di tempat mereka tinggal hanya satu. Padahal, ada banyak saluran namun tidak dapat dimanfaatkan karena rusak. Salah satu contoh peristiwa yang masih kita ingat adalah kejadian rebutan air antara warga Garut dengan Tasikmalaya di perbatasan beberapa waktu lalu," tandasnya.
(rsa)