Tragis, baru diresmikan bangunan PNPM ambruk
A
A
A
Sindonews.com – Sebuah bangunan Madrasah Diniyah Manbaul Ulum, Desa Tampung, Kecamatan Lekok, Kabupaten Pasuruan, ambruk diterpa hujan dan angin. Ironisnya, bangunan proyek Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan itu baru diresmikan pada Oktober 2012 lalu.
Beruntung ambruknya dua ruang kelas ini terjadi pada Selasa (3/2/2013) dinihari. Sehingga tidak ada korban dalam musibah tersebut. Diduga penyebab, ambruknya bangunan baru tersebut karena kualitas konstruksi tidak sesuai ukuran teknis.
Ruang kelas ini setiap hari digunakan sebagai ruang belajar mengajar pada pagi dan sore hari. Akibat kejadian tersebut, proses belajar mengajar untuk sementara dipindahkan ke musalah dan ruang tamu milik warga.
Menurut keterangan warga, sebelum ambruk pada atap bangunan yang menggunakan kayu glugu (batang kelapa) kerap terdengar bunyi berderit. Namun warga menganggapnya sebagai hal yang wajar karena saat itu angin sering bertiup kencang.
“Suara berderit sering terdengar saat diterpa angin. Ternyata kekawatiran terbukti, bangunan itu tiba-tiba ambruk. Untung kejadiannya tidak pada saat belajar mengajar berlangsung," kata Ma’mun Murod, seorang wali murid di sekolah, Selasa (5/3/2013).
Usia gedung sekolah tersebut baru sekitar lima bulan lalu dibangun melalui program PNPM Mandiri Pedesaan pada 2012. Gedung terdiri dari 2 ruang kelas dan 1 kantor dengan ukuran 8 X 23,5 meter menelan anggaran sebesar Rp184.109.550.
“Gedung ini baru diresmikan dan mulai ditempati Oktober 2012 lalu,” ujar Sura’I, Koordinator PPK PNPM Kecamatan Lekok.
Fasilitator Tehnik Kecamatan Lekok, PNPM Mandiri, Sasmito, mengakui jika konstruksi atap dan bangunan gedung sekolah tersebut kurang sempurna. Pihaknya sudah berupaya mengingatkan pelaksana pembangunan yang diswakelola masyarakat setempat.
"Konstruksi bangunan memang kurang sempurna. Saat pembangunan kami sudah sering memperingatkan, tapi masyarakat tetap ngotot. Sementara saat pengerjaan kami tidak dapat mengawasi sepenuhnya," tandas Sasmito.
Sementara itu, Camat Lekok, Sundoro, menyatakan bahwa pemerintah desa bertanggung jawab atas kerusakan tersebut. Pihak desa segera memperbaiki bangunan agar bisa dipergunakan seperti sediakala.
"Seminggu ini akan diperbaiki dan dituntaskan. Sehingga kegiatan belajar mengajar segera dapat dilangsungkan kembali," kata sundoro.
Beruntung ambruknya dua ruang kelas ini terjadi pada Selasa (3/2/2013) dinihari. Sehingga tidak ada korban dalam musibah tersebut. Diduga penyebab, ambruknya bangunan baru tersebut karena kualitas konstruksi tidak sesuai ukuran teknis.
Ruang kelas ini setiap hari digunakan sebagai ruang belajar mengajar pada pagi dan sore hari. Akibat kejadian tersebut, proses belajar mengajar untuk sementara dipindahkan ke musalah dan ruang tamu milik warga.
Menurut keterangan warga, sebelum ambruk pada atap bangunan yang menggunakan kayu glugu (batang kelapa) kerap terdengar bunyi berderit. Namun warga menganggapnya sebagai hal yang wajar karena saat itu angin sering bertiup kencang.
“Suara berderit sering terdengar saat diterpa angin. Ternyata kekawatiran terbukti, bangunan itu tiba-tiba ambruk. Untung kejadiannya tidak pada saat belajar mengajar berlangsung," kata Ma’mun Murod, seorang wali murid di sekolah, Selasa (5/3/2013).
Usia gedung sekolah tersebut baru sekitar lima bulan lalu dibangun melalui program PNPM Mandiri Pedesaan pada 2012. Gedung terdiri dari 2 ruang kelas dan 1 kantor dengan ukuran 8 X 23,5 meter menelan anggaran sebesar Rp184.109.550.
“Gedung ini baru diresmikan dan mulai ditempati Oktober 2012 lalu,” ujar Sura’I, Koordinator PPK PNPM Kecamatan Lekok.
Fasilitator Tehnik Kecamatan Lekok, PNPM Mandiri, Sasmito, mengakui jika konstruksi atap dan bangunan gedung sekolah tersebut kurang sempurna. Pihaknya sudah berupaya mengingatkan pelaksana pembangunan yang diswakelola masyarakat setempat.
"Konstruksi bangunan memang kurang sempurna. Saat pembangunan kami sudah sering memperingatkan, tapi masyarakat tetap ngotot. Sementara saat pengerjaan kami tidak dapat mengawasi sepenuhnya," tandas Sasmito.
Sementara itu, Camat Lekok, Sundoro, menyatakan bahwa pemerintah desa bertanggung jawab atas kerusakan tersebut. Pihak desa segera memperbaiki bangunan agar bisa dipergunakan seperti sediakala.
"Seminggu ini akan diperbaiki dan dituntaskan. Sehingga kegiatan belajar mengajar segera dapat dilangsungkan kembali," kata sundoro.
(ysw)