Modifikasi cuaca di puncak Merapi, sia-sia
A
A
A
Sindonews.com - Dana sebesar Rp13 miliar untuk mengantisipasi banjir lahar dingin dengan cara memodifikasi cuaca di atas puncak Merapi. Namun, cara tersebut dianggap hanya akan membuang biaya dan waktu saja.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono, saat dihubungi mengatakan, rekayasa cuaca di atas Merapi tersebut hanya akan membuang waktu dan biaya saja.
"Apakah intensitas hujan di atas Merapi itu saat ini tinggi, dan memerlukan rekayasa cuaca?," katanya, Jumat (1/2/2013).
Sementara itu, Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, dana sebesar tersebut tidak hanya digunakan untuk memodifikasi cuaca di puncak Merapi. Namun, juga mengantisipasi banjir sungai Bengawan Solo, Bojonegoro, Tuban, Lamongan dan Gresik.
Menurutnya, modifikasi cuaca ini merupakan program lanjutan yang dilakukan oleh BNPB bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
"Rencana awal tanggal 3 maret sampai 25 maret. Tapi akan mempertimbangkan faktor lain seperti kesiapan pesawat dan lainnya," katanya.
Menurutnya, modifikasi cuaca ini telah berhasil dilakukan dalam mengurangi curah hujan dan risiko kejadian banjir di wilayah DKI Jakarta, pada 26 Januari hingga 27 Februari kemarin. Modifikasi cuaca periode pertama yang dilakukan di Jakarta tersebut, telah dilakukan 66 sorti penerbangan penyemaian.
Rinciannya adalah, 44 sorti penerbangan menggunakan pesawat Hercules dan 22 sorti penerbangan menggunakan CASA, menghabiskan bahan semai powder sebanyak 201,8 ton, membakar 486 batang flare dari 14 lokasi Ground Base Generator (GBG) sistem flare dan GBG sistem larutan di sembilan lokasi masing-masing selama 158 jam.
"Ancaman banjir (lahar dingin) masih mengancam hingga Maret nanti. Dibandingkan dengan dampak banjir, dana tersebut sangat kecil," ujarnya.
Terpisah, Kepala Seksi Data dan Informasi, Badan Meteorologi klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, Tony Agus Wijaya mengatakan, secara normal intensitas hujan di sekitar wilayah Yogyakarta tidak akan tinggi. Sebab, puncak musim hujan sendiri sudah terlewati dan mendekati pergantian musim.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono, saat dihubungi mengatakan, rekayasa cuaca di atas Merapi tersebut hanya akan membuang waktu dan biaya saja.
"Apakah intensitas hujan di atas Merapi itu saat ini tinggi, dan memerlukan rekayasa cuaca?," katanya, Jumat (1/2/2013).
Sementara itu, Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, dana sebesar tersebut tidak hanya digunakan untuk memodifikasi cuaca di puncak Merapi. Namun, juga mengantisipasi banjir sungai Bengawan Solo, Bojonegoro, Tuban, Lamongan dan Gresik.
Menurutnya, modifikasi cuaca ini merupakan program lanjutan yang dilakukan oleh BNPB bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
"Rencana awal tanggal 3 maret sampai 25 maret. Tapi akan mempertimbangkan faktor lain seperti kesiapan pesawat dan lainnya," katanya.
Menurutnya, modifikasi cuaca ini telah berhasil dilakukan dalam mengurangi curah hujan dan risiko kejadian banjir di wilayah DKI Jakarta, pada 26 Januari hingga 27 Februari kemarin. Modifikasi cuaca periode pertama yang dilakukan di Jakarta tersebut, telah dilakukan 66 sorti penerbangan penyemaian.
Rinciannya adalah, 44 sorti penerbangan menggunakan pesawat Hercules dan 22 sorti penerbangan menggunakan CASA, menghabiskan bahan semai powder sebanyak 201,8 ton, membakar 486 batang flare dari 14 lokasi Ground Base Generator (GBG) sistem flare dan GBG sistem larutan di sembilan lokasi masing-masing selama 158 jam.
"Ancaman banjir (lahar dingin) masih mengancam hingga Maret nanti. Dibandingkan dengan dampak banjir, dana tersebut sangat kecil," ujarnya.
Terpisah, Kepala Seksi Data dan Informasi, Badan Meteorologi klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, Tony Agus Wijaya mengatakan, secara normal intensitas hujan di sekitar wilayah Yogyakarta tidak akan tinggi. Sebab, puncak musim hujan sendiri sudah terlewati dan mendekati pergantian musim.
(rsa)