Penyakit langka, bocah di Samarinda alergi sinar matahari
A
A
A
Sindonews.com - Seorang bocah di Samarinda, Kalimantan Timur dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah AW Syahranie karena mengidap penyakit langka. Irfan (13) alergi terhadap sinar matahari.
Jika terkena sinar matahari, kulitnya langsung mengeriput dan menimbulkan luka. Kulit yang keriput meliputi kaki, lengan, leher, dan kepala. Bagian lain yang tertutupi baju tidak mengalami perubahan. Ia kini menjalani perawatan khusus anak di ruang Cempaka RSUD AW Syahranie.
"Ini penyakit kelainan pada kulit, dan bisa bermutasi berubah menjadi tumor ganas," kata Dokter Dadik Agus Sanyoto, dokter yang menangani Irfan, Kamis (28/2/2013).
Selain mengalami keriput pada bagian yang mudah terkena sinar matahari, bagian kepala Irfan juga sudah diperban. Perban ini untuk menutupi luka usai operasi beberapa hari lalu.
"Kami curiga yang di kepala ini sudah berubah menjadi tumor ganas. Kita sudah operasi dan kita berikan kepada dokter patologi anatomi yang menangani. Jika memang itu tumor ganas, kita akan ada langkah-langkah selanjutnya. Tergantung hasil pemeriksaan," kata dokter Dadik.
Pihak rumah sakit sejauh ini masih berupaya menangani sendiri dan belum memberikan rujukan. Mereka mengaku masih sanggup menangani Irfan.
"Ini memang langka sekali, tapi saya tidak ingat berapa persen kasusnya, tapi ini sangat langka," kata dokter Dadik.
Selama 15 tahun menjadi dokter, dokter Dadik mengaku baru kali ini menerima kasus alergi matahari ini.
Jika terkena sinar matahari, kulitnya langsung mengeriput dan menimbulkan luka. Kulit yang keriput meliputi kaki, lengan, leher, dan kepala. Bagian lain yang tertutupi baju tidak mengalami perubahan. Ia kini menjalani perawatan khusus anak di ruang Cempaka RSUD AW Syahranie.
"Ini penyakit kelainan pada kulit, dan bisa bermutasi berubah menjadi tumor ganas," kata Dokter Dadik Agus Sanyoto, dokter yang menangani Irfan, Kamis (28/2/2013).
Selain mengalami keriput pada bagian yang mudah terkena sinar matahari, bagian kepala Irfan juga sudah diperban. Perban ini untuk menutupi luka usai operasi beberapa hari lalu.
"Kami curiga yang di kepala ini sudah berubah menjadi tumor ganas. Kita sudah operasi dan kita berikan kepada dokter patologi anatomi yang menangani. Jika memang itu tumor ganas, kita akan ada langkah-langkah selanjutnya. Tergantung hasil pemeriksaan," kata dokter Dadik.
Pihak rumah sakit sejauh ini masih berupaya menangani sendiri dan belum memberikan rujukan. Mereka mengaku masih sanggup menangani Irfan.
"Ini memang langka sekali, tapi saya tidak ingat berapa persen kasusnya, tapi ini sangat langka," kata dokter Dadik.
Selama 15 tahun menjadi dokter, dokter Dadik mengaku baru kali ini menerima kasus alergi matahari ini.
(ysw)