Jenazah terduga teroris dimakamkan di kebun
A
A
A
Sindonews.com - Jenazah terduga teroris yang ditembak mati Tim Densus 88 di Makassar Sulawesi Selatan, Eri Riyanto alias Ganang akhirnya tiba di rumah duka di Desa Karangmulya, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Ciamis, Rabu (30/1/2013).
Jenazah dikebumikan tidak jauh dari rumah duka di sebuah kebun milik keluarga. Tidak kurang dari dua ratus simpatisan mujahidin Wilayah Jawa Barat dan sekitarnya tampak ikut mengantar sampai ke tempat peristirahatannya yang terakhir.
Jasad Eri, yang dibawa dari Jakarta, sampai di rumah duka pada dini hari sekitar pukul 01.15 WIB. Setelah kedatangan kendaraan jenazah sejumlah mobil juga berdatangan ke rumah duka.
Kedatangan jenazah disambut ibu Eri, Ny Sadiah dan saudaranya. Istri Eri yang saat ini tengah mengandung juga tampak haru melihat suaminya terbujur kaku di dalam peti. Sebuah spanduk bertuliskan ‘Selamat Datang Syuhada Bukan Teroris’ juga terpasang tidak jauh dari rumah duka.
Berdasarkan kesepakatan keluarga, peti kayu warna coklat dibuka sebelum prosesi pemakaman dilakukan. Jasad Eri yang dibungkus kain warna putih, juga sempat diperlihatkan kepada keluarga serta sejumlah saudara dan warga yang berdatangan.
Sekitar pukul 09.00 WIB jenazah dibawa dari rumah duka ke Masjid Al Furqon untuk memberi kesempatan bagi pelayat yang hendak melaksanakan shalat jenazah. Selanjutnya dibawa ke lokasi pemakaman yang berada di tengah kebun milik keluarga almarhum.
Selain meninggalkan istri yang saat ini sedang mengandung, Eri juga meninggalkan empat anak yang masih kecil. Usai pemakaman istri Eri, menegaskan bahwa suaminya bukan teroris, selain itu juga tidak pernah mengikuti latihan militer di luar negeri.
Pada saat kejadian, suaminya baru saja usai melaksanakan shalat Dhuha di Masjid Nurul Afiat Kompleks RS Wahidin Sudirohusodo, Makassar.
“Tidak benar suami saya ikut pelatihan di luar negeri. Saat kejadian, suami saya mau menjenguk temanya yang sakit,” kata Ny Eri di rumahnya, Rabu (30/1/2013).
Sadiyah (49) orang tua Eri mengaku, hanya bisa pasrah setelah memastikan anaknya meninggal dunia ditembak Densus 88 karena diduga terlibat jaringan terorisme. Sadiyah, masih tidak percaya anaknya masuk jaringan teroris.
“Eri anak yang penurut dan santun. Dari tujuh bersaudara, Eri anak bungsu yang paling rajin, saya tidak percaya anak saya ikut jaringan teroris,” kata Sadiyah.
Jenazah dikebumikan tidak jauh dari rumah duka di sebuah kebun milik keluarga. Tidak kurang dari dua ratus simpatisan mujahidin Wilayah Jawa Barat dan sekitarnya tampak ikut mengantar sampai ke tempat peristirahatannya yang terakhir.
Jasad Eri, yang dibawa dari Jakarta, sampai di rumah duka pada dini hari sekitar pukul 01.15 WIB. Setelah kedatangan kendaraan jenazah sejumlah mobil juga berdatangan ke rumah duka.
Kedatangan jenazah disambut ibu Eri, Ny Sadiah dan saudaranya. Istri Eri yang saat ini tengah mengandung juga tampak haru melihat suaminya terbujur kaku di dalam peti. Sebuah spanduk bertuliskan ‘Selamat Datang Syuhada Bukan Teroris’ juga terpasang tidak jauh dari rumah duka.
Berdasarkan kesepakatan keluarga, peti kayu warna coklat dibuka sebelum prosesi pemakaman dilakukan. Jasad Eri yang dibungkus kain warna putih, juga sempat diperlihatkan kepada keluarga serta sejumlah saudara dan warga yang berdatangan.
Sekitar pukul 09.00 WIB jenazah dibawa dari rumah duka ke Masjid Al Furqon untuk memberi kesempatan bagi pelayat yang hendak melaksanakan shalat jenazah. Selanjutnya dibawa ke lokasi pemakaman yang berada di tengah kebun milik keluarga almarhum.
Selain meninggalkan istri yang saat ini sedang mengandung, Eri juga meninggalkan empat anak yang masih kecil. Usai pemakaman istri Eri, menegaskan bahwa suaminya bukan teroris, selain itu juga tidak pernah mengikuti latihan militer di luar negeri.
Pada saat kejadian, suaminya baru saja usai melaksanakan shalat Dhuha di Masjid Nurul Afiat Kompleks RS Wahidin Sudirohusodo, Makassar.
“Tidak benar suami saya ikut pelatihan di luar negeri. Saat kejadian, suami saya mau menjenguk temanya yang sakit,” kata Ny Eri di rumahnya, Rabu (30/1/2013).
Sadiyah (49) orang tua Eri mengaku, hanya bisa pasrah setelah memastikan anaknya meninggal dunia ditembak Densus 88 karena diduga terlibat jaringan terorisme. Sadiyah, masih tidak percaya anaknya masuk jaringan teroris.
“Eri anak yang penurut dan santun. Dari tujuh bersaudara, Eri anak bungsu yang paling rajin, saya tidak percaya anak saya ikut jaringan teroris,” kata Sadiyah.
(ysw)