Yusril Ihza Mahendra menangis saat pemakaman ayahnya

Jum'at, 18 Januari 2013 - 18:38 WIB
Yusril Ihza Mahendra menangis saat pemakaman ayahnya
Yusril Ihza Mahendra menangis saat pemakaman ayahnya
A A A
Sindonews.com - Airmata yang mengalir dari Yusril Ihza Mahendra (14) mengalir dari kedua matanya karena tidak mampu menyembunyikan kesedihan yang mendalam saat tau ayahnya melakukan bunuh diri.

Kesedihan juga terpancar dari ibunya Tinjung Kartiningrum, saat menjalani prosesi pemakaman suaminya, Aiptu Joko Subandi di Desa Kalimalang, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang.

Kartiningrum bahkan tak kuasa menopang tubuhnya melangkah ke luar rumah untuk mengantar jenazah suaminya menuju lokasi pemakaman yang berjarak sekira 300 meter dari kediaman. Dia harus dipapah oleh sejumlah kerabatnya, sambil terus menangis.

Yusril ihza Mahendra mengatakan, ayahnya merupakan inspirator dalam hidupnya. Di balik sikap tegas, Joko menyimpan harapan besar terhadap kesuksesan kedua buah hatinya.

"Membuka besar keinginan anak-anaknya. Tidak pernah memaksakan keinginan atau melarang cita-cita anaknya selagi itu baik. Bapak juga sering memberikan dukungan saat saya berlatih atau bertanding bulu tangkis," ungkap Yusril setelah pemakaman, Jumat (18/1/2013).

Yusril sendiri mengaku belum ketemu ayahnya selama dua hari. Sekalipun ketemu, ketika ayahnya pulang ke rumah yang sudah tidak bernyawa.

“Apapun kenyataannya sekarang, saya ikhlas,” tambahnya.

Sementara kakak Yusril, Setyo Imam Pambudi (19), terlihat cukup tegar menerima kepergian ayahandanya yang di luar dugaan semua orang itu.

Prosesi pemakaman anggota Dalmas Polres Magelang Kota tersebut dihadiri segenap anggota Polres Magelang Kota dan warga. Mereka mengikuti upacara pelepasan hingga pemakaman jenazah secara kepolisian dengan dimpimpin langsung Kapolres Magelang Kota, AKBP Joko Pitoyo.

"Kami memohon kepada semua yang hadir untuk bisa memaafkan kesalahan bapak selama masih sugeng (hidup). Dan kami juga meminta keikhlasan doa, semoga bapak diberi tempat yang laiak oleh yang maha kuasa," kata Setyo Imam Pambudi.

Imam mengisahkan, ayahnya merupakan sosok yang bertanggung jawab terhadap keluarganya. Di sela-sela kesibukannya menjalankan tugas kepolisian, Joko kerap menyempatkan waktu bersenda gurau dengan keluarganya. Selain itu, mantan anggota unit narkoba Polwil Kedu itu selalu memberikan nasehat kepada kedua buah hatinya.

"Bapak sangat baik, beliau kerap pulang ke rumah sehabis dinas meskipun hanya sebentar, karena ada tugas lagi. Makan malam bersama keluarga sambil bergurau dan meninggalkan pesan bagi saya dan adik," lanjutnya.

Bahkan ikan tongkol pedas masakan yang dibuat makan malam bersama keluarga, Kamis 17 Januari 2013 petang, masih tersisa sebelum akhirnya Joko mengakhiri hidupnya dengan cara tidak wajar.

"Sampai sekarang masakan ibu masih tersisa di dapur. Sisa makan malam bersama sebelum bapak pergi," paparnya.

Sebelum meninggal, imbuh Imam, ayahnya tidak meninggalkan pesan apapun. Dia juga tidak mendapat firasat mengenai kejadian tersebut.

Sebelumnya, Aiptu Joko Subandi (48), ditemukan meninggal dunia dengan luka di kepala tertembus peluru di rumah Saidah (63), Dusun Njurip RT 02 RW 02 Desa Ngasem, Kecamatan Tegalrejo, Magelang pada Kamis 17 Januari 2013 malam lalu.
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.0352 seconds (0.1#10.140)