Tak ada regenerasi, tari api asli Mura punah

Selasa, 15 Januari 2013 - 18:51 WIB
Tak ada regenerasi, tari api asli Mura punah
Tak ada regenerasi, tari api asli Mura punah
A A A
Sindonews.com - Minimnya perhatian pemerintah terhadap kesenian membuat sejumlah seni tari asli Kabupaten Musi Rawas (Mura) Sumatera Selatan diambang kepunahan. Bahkan tari api asal Kecamatan Selangit, Muba sudah dianggap punah.

Saat ini, Pemkab Muba menginventarisir, tiga seni tari tradisional yang ada seperti tari api dari Kecamatan Selangit, sabung ayam dari Karang Dapo, dan tari kain dari daerah Rawas sudah sangat jarang dipentaskan. Bahkan tidak ada regenerasinya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Mura, Yamin Pabli melalui Kabid Kebudayaan, Hamam Santoso mengatakan, dua dari tiga kesenian tari yang nyaris punah tersebut satu yakni tari api sudah punah.

"Bisa dikatakan punah karena jarang dipakai lagi untuk pentas bahkan sudah tidak ada lagi masyarakat yang mengetahuinya," katanya, Selasa (15/1/2013).

Menurut Haman, dari 15 jenis tari daerah asli Mura hampir 25 persen nyaris punah. Meskipun upaya pelestarian sudah dilakukan dengan cara mencari orang yang masih berkompeten dalam tari tersebut.

"Kita masih ekplorasi, mencari orang yang masih ada untuk dijadikan guru dan narasumber. Sebab mereka ini Jarang menurunkan ilmunya ke anak cucu," ujar Haman.

Selain itu, pihaknya juga melakukan pendekatan kepada pemangku adat untuk mencari dan menginventarisir orang yang berkompeten melestarikan seni tari tersebut.

Haman menjelaskan, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan untuk menyosialisasikan kesenian di sekolah-sekolah. Sehingga di sarana pendidikan formal budaya daerah tersebut bisa dikenal dan ikut serta dilestarikan.

Sementara itu tokoh pemuda kota Lubuklinggau Kabupaten Mura, Taufik menegaskan harusnya sejak berdirinya Kabupaten Mura proses inventarisir kesenian langsung dilakukan. Sehingga pembinaan dan pengenalan sejak dulu berjalan ditingkat masyarakat maupun pendidikan.

"Sekarang tidak jelas kesenian yang ada di Mura. Sebab pemerintah kabupaten sangat minim perhatiannya, terutama ditingkat Kecamatan maupun pelosok. Harusnya dibuat kelompok kesenian dilevel-level tersebut agar kesenian itu bisa hidup," pungkasnya.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5682 seconds (0.1#10.140)
pixels