Ribuan ikan Sungai Komering mati
Jum'at, 14 Desember 2012 - 17:06 WIB

Ribuan ikan Sungai Komering mati
A
A
A
Sindonews.com - Ratusan warga di sepanjang sungai Komering, Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), beramai-ramai menangkap ikan yang sudah hampir mati (mabuk). Ikan-ikan tersebut mati akibat tercemarnya air sungai komering akibat dari limbah perusahaan perkebunan di bagian hulu sungai Komering OKI.
Peristiwa matinya ikan-ikan ini sudah terjadi sejak dua minggu yang lalu, memang tidak terjadi setiap hari tetapi berjarak satu sampai dua hari muncul lagi ikan-ikan yang mabuk dan akhirnya mati. Jenis ikan-ikan yang mati seperti Ikan Baung, Nila, Bawal dan beberapa jenis ikan lainnya.
Berdasarkan pantauan di lapangan, mulai pukul 06.00 WIB warga yang berniat akan mandi ke sungai melihat banyak ikan Baung yang mengapung dan beberapa ikan yang terlihat mabuk. warga langsung menangkapknya dengan menggunakan jaring dan sebagainya.
Disisi lain warga merasa senang karena mendapat banyak ikan tidak perlu lagi membeli ke pasar, tetapi dengan demikian kualitas air sungai komering sudah mulai tercemar. Sementara hal ini sangat merugikan para pemilik kerambah ikan yang mempunyai kerambah di sepanjang sungai komering, karena ikan mereka keburu mati sebelum di Panen.
“Memang ikan-ikan sungai ini mabuk mulai dua minggu yang lalu, tetapi tidak setiap hari terjadi, kadang-kadang hanya satu hari, kemudian lusa ada lagi, sempat tidak ada lagi yang mabuk sejak tiga hari yang lalu, tetapi hari ini sudah ada yang mabuk lagi. Menurut kami ini akibat dari limbah perusahaan perkebunan di hulu sungai,” terang Yudi, warga Kelurahan Mangun Jaya saat menangkap ikan yang sudah mabuk, Jumat (14/12/2012).
Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten OKI Abdul Mutholib, saat ditemui di ruang kerjanya mengatakan, setelah mendapat laporan kalau ada lagi ikan disungai komering yang mati pihaknya langsung melakukan pengukuran kualitas air sungai.
"Hal ini sudah terjadi sejak dua minggu yang lalu, tetapi tidak setiap hari," katanya.
Hasil pengukuran air yang dilakukan pihak DKP OKI menyebutkan, kondisi air sungai Komering saat ini dalam keadaan keruh karena air memang sedang naik.
"Dengan demikian zat-zat kimia di perairan umum seperti sungi komering ini sangat banyak, sehingga oksigen dalam air tersebut berkurang, dengan demikian ikan mengalami kekurangan oksigen," ungkapnya.
Dari hasil pengukuran kondisi air itu, menurut Abdul Mutholib, matinya ikan ikan tersebut bukan semata-mata akibat dari PH (keasaman) air turun, tetapi juga akibat DO dan Oksigennya turun.
"PH air setelah kita ukur hanya 5,5 padahal normalnya 6,8-8,7. Kemudian DO hanya 1,8 ppm padahal standarnya 3,5-6 ppm, hal inilah yang membuat ikan mabuk," ujarnya.
Dengan kondisi air sungai seperti itu, kata Abdul Muthalib, suspensi atau tingkat kekeruhan air sangat tinggi, hal ini akibat dari reaksi fisicel kimia yang tinggi, dengan demikian harus berbagi dengan Ikan, akibatnya DO berkurang.
"Dalam situasi seperyi ini sebenarnya kita sangat dirugikan karena ikan banyak yang mati, tetapi ini akibat dari kondisi alam, mengenai kualitas air itu tercemar atau tidak itu tugas dari Badan Lingkungan Hidup (BLH)," terangnya.
Sementara itu kepala Bidang (kabid) Pengkajian Dampak Lingkungan, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten OKI Husin Asnawi mengatakan, ikan tersebut mati disebabkan karena Tingkat keasaman (pH) air sungai cukup tinggi akibat peralihan musim, dari musim kemarau ke musim Hujan.
"Keasaman air sungai yang meningkat akibat dari musim kemarau yang berubah saat ini hujan turun terus menerus," katanya.
Karena curah hujann yang meningkat, menyebabkan air dari rawa-rawa meluap dan semuanya masuk kedalam sungai.
"Saat air rawa itu masuk ke sungai, bukan hanya membawa kotoran tetapi juga rumput-rumputan, sehingga bisa menyebabkan air sungai tercemar," ungkapnya.
Peristiwa matinya ikan-ikan ini sudah terjadi sejak dua minggu yang lalu, memang tidak terjadi setiap hari tetapi berjarak satu sampai dua hari muncul lagi ikan-ikan yang mabuk dan akhirnya mati. Jenis ikan-ikan yang mati seperti Ikan Baung, Nila, Bawal dan beberapa jenis ikan lainnya.
Berdasarkan pantauan di lapangan, mulai pukul 06.00 WIB warga yang berniat akan mandi ke sungai melihat banyak ikan Baung yang mengapung dan beberapa ikan yang terlihat mabuk. warga langsung menangkapknya dengan menggunakan jaring dan sebagainya.
Disisi lain warga merasa senang karena mendapat banyak ikan tidak perlu lagi membeli ke pasar, tetapi dengan demikian kualitas air sungai komering sudah mulai tercemar. Sementara hal ini sangat merugikan para pemilik kerambah ikan yang mempunyai kerambah di sepanjang sungai komering, karena ikan mereka keburu mati sebelum di Panen.
“Memang ikan-ikan sungai ini mabuk mulai dua minggu yang lalu, tetapi tidak setiap hari terjadi, kadang-kadang hanya satu hari, kemudian lusa ada lagi, sempat tidak ada lagi yang mabuk sejak tiga hari yang lalu, tetapi hari ini sudah ada yang mabuk lagi. Menurut kami ini akibat dari limbah perusahaan perkebunan di hulu sungai,” terang Yudi, warga Kelurahan Mangun Jaya saat menangkap ikan yang sudah mabuk, Jumat (14/12/2012).
Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten OKI Abdul Mutholib, saat ditemui di ruang kerjanya mengatakan, setelah mendapat laporan kalau ada lagi ikan disungai komering yang mati pihaknya langsung melakukan pengukuran kualitas air sungai.
"Hal ini sudah terjadi sejak dua minggu yang lalu, tetapi tidak setiap hari," katanya.
Hasil pengukuran air yang dilakukan pihak DKP OKI menyebutkan, kondisi air sungai Komering saat ini dalam keadaan keruh karena air memang sedang naik.
"Dengan demikian zat-zat kimia di perairan umum seperti sungi komering ini sangat banyak, sehingga oksigen dalam air tersebut berkurang, dengan demikian ikan mengalami kekurangan oksigen," ungkapnya.
Dari hasil pengukuran kondisi air itu, menurut Abdul Mutholib, matinya ikan ikan tersebut bukan semata-mata akibat dari PH (keasaman) air turun, tetapi juga akibat DO dan Oksigennya turun.
"PH air setelah kita ukur hanya 5,5 padahal normalnya 6,8-8,7. Kemudian DO hanya 1,8 ppm padahal standarnya 3,5-6 ppm, hal inilah yang membuat ikan mabuk," ujarnya.
Dengan kondisi air sungai seperti itu, kata Abdul Muthalib, suspensi atau tingkat kekeruhan air sangat tinggi, hal ini akibat dari reaksi fisicel kimia yang tinggi, dengan demikian harus berbagi dengan Ikan, akibatnya DO berkurang.
"Dalam situasi seperyi ini sebenarnya kita sangat dirugikan karena ikan banyak yang mati, tetapi ini akibat dari kondisi alam, mengenai kualitas air itu tercemar atau tidak itu tugas dari Badan Lingkungan Hidup (BLH)," terangnya.
Sementara itu kepala Bidang (kabid) Pengkajian Dampak Lingkungan, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten OKI Husin Asnawi mengatakan, ikan tersebut mati disebabkan karena Tingkat keasaman (pH) air sungai cukup tinggi akibat peralihan musim, dari musim kemarau ke musim Hujan.
"Keasaman air sungai yang meningkat akibat dari musim kemarau yang berubah saat ini hujan turun terus menerus," katanya.
Karena curah hujann yang meningkat, menyebabkan air dari rawa-rawa meluap dan semuanya masuk kedalam sungai.
"Saat air rawa itu masuk ke sungai, bukan hanya membawa kotoran tetapi juga rumput-rumputan, sehingga bisa menyebabkan air sungai tercemar," ungkapnya.
(rsa)