Kemarau, ratusan hektare lahan puso

Kamis, 11 Oktober 2012 - 18:51 WIB
Kemarau, ratusan hektare...
Kemarau, ratusan hektare lahan puso
A A A
Sindonews.com - Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Kuningan, Jawa Barat (Jabar) mencatat, 529 hektare areal persawahan mengalami puso akibat dari musim kemarau. Petani pun mengalami kerugian mencapai miliaran rupiah.

Kepala DP3 Kabupaten Kuningan Triastami mengatakan, dengan asumsi produksi gabah per hektare mencapai 5 ton gabah kemudian dikalikan dengan harga gabah giling yang kini mencapai 3.500 per kilogram, maka kerugiannya bisa dihitung sangat besar.

"Jika dihitung secara rupiah, maka kerugiannya pasti sangat besar hingga miliaran. Belum lagi biaya yang sudah dikeluarkan petani sejak awal tanam serta pemupukan," ungkap Tri menjelaskan kepada wartawan, Kamis (11/10/2012).

Sebagian besar areal pertanian yang mengalami kekeringan hingga berdampak puso adalah daerah yang berada di wilayah Kuningan Timur, seperti Ciawigebang, Cibingbin, Karangkancana dan sebagian wilayah Kuningan Utara.

Namun Tri tidak menyangkal puso juga hampir terjadi di seluruh kecamatan di Kabupaten Kuningan terutama yang tidak memiliki sumber air.

Dikatakan Tri, musim kemarau tahun ini tergolong parah dibanding tahun lalu karena selama hampir lima bulan tidak ada hujan. Kondisi ini diperparah dengan kondisi saluran irigasi yang rusak sehingga aliran air dari embung atau setu tidak sampai ke areal persawahan.

"Untuk beberapa daerah, sistem irigasi sebenarnya bisa dibilang relatif aman. Namun masih banyak petani yang salah menentukan waktu dan pola tanam, sehingga masih banyak yang bercocok tanam ketika sudah masuk kemarau panjang. Akibatnya pada pertengahan musim tanam banyak yang mati dan gagal panen,” keluh Triastmi.

Sejak awal memasuki musim kemarau, Tri mengatakan pihaknya telah mengupayakan sosialisasi serta rapat dengan aparat desa bidang ekonomi pembangunan terkait ramalan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang menyatakan musim kemarau tahun ini akan terjadi lebih lama.
Hal ini diharapkan dapat disikapi oleh para petani untuk tidak berspekulasi melakukan penanaman, karena sudah dipastikan akan gagal.

“Namun masih banyak petani yang tidak mau mendengar dan tetap menanam padi, sehingga akhirnya mengalami kegagalan panen. Kami sudah berupaya maksimal agar hal ini tidak terjadi," kata Tri.
(azh)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1975 seconds (0.1#10.140)