Gagal panen, warga gelar ritual tikus

Jum'at, 05 Oktober 2012 - 14:54 WIB
Gagal panen, warga gelar ritual tikus
Gagal panen, warga gelar ritual tikus
A A A
Sindonews.com - Warga Dusun Gatak, Desa Pucanganom, Kecamatan Srumbung, Magelang menggelar upacara ritual tikus. Kegiatan yang dilangsungkan di area persawahan itu untuk mengusir hama (tikus) yang selama ini menyerang tanaman warga setempat.

Ribuan tikus tersebut dipercayai datang dari lereng Gunung Merapi dan Laut Kidul setelah terjadi erupsi Merapi akhir 2010 silam. Akibatnya, warga tidak bisa menikmati tiga kali hasil panen seperti ketela, salak, cabe, dan padi.

"Tanaman menjadi rusak semua, karena serangan tikus kali ini tidak wajar dan jumlahnya lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Saat musim panen tiba, buahnya sudah dimakan tikus, ada yang kroak (bekas gigitan). Jadi, benar-benar tidak bisa dinikmati," kata warga setempat, Nurhadi (45), Jumat (5/10/2012).

Nurhadi mengaku, warga sudah berupaya memusnahkan tikus tersebut dengan memberikan petracol (racun tikus) di tiap area sawah yang terdapat tanaman pertanian. Hasilnya, serangan tikus sedikit berkurang ketimbang sebelumnya.

"Memang ada perubahan, serangan sedikit berkurang. Tapi anehnya warga tak satupun melihat bangkai tikusnya," lanjutnya.

Pemimpin upacara ritual tikus, Agus Merapi menyampaikan, ritual ini dilakukan bukan sebagai bentuk kemarahan petani di Dusun Gatak, Desa Pucanganom, karena belum sekalipun menikmati hasil pertanian di tiga kali musim panen.

Menurutnya, ritual ini justru sebagai ungkapan rasa ikhlas dan kegembiraan atas kesuburan tanah akibat erupsi Merapi.

"Kami tidak marah atas ulah tikus yang memakan tanaman selama tiga kali musim panen," ujarnya.

Dijelaskannya, ritual yang mempersembahkan sejumlah sesaji dan doa tersebut dimaksudkan untuk mengantarkan ribuan tikus itu untuk kembali ke asalnya yakni Gunung Merapi dan Laut Kidul.

"Semoga tikus-tikus itu segera pulang dan meninggalkan desa kami. Sebab, kami juga ingin menikmati hasil jerih payah kami selama bertani di sawah ini," ungkapnya.

selain itu, ritual tersebut juga dimaksudkan untuk membangkitkan Dewi Sri, yang dipercayai warga sebagai penjaga kesuburan dan tanaman padi.

"Masyarakat sekarang sudah hampir melupakan kearifan lokal. Untuk itu, perlu diingatkan kembali bahwa Dewi Sri harus dibangkitkan untuk menyuburkan dan menjaga tanaman, serta melindungi petani," ucap pria yang juga seorang seniman ini.

Upacara ritual tikus yang dilaksanakan sekira pukul 08.30 WIB, menyuguhkan beberapa sesaji di antaranya beras, jerami, dupa, dan air.

Selain itu, terdapat lukisan seorang wanita berpakaian Jawa yang dipajang di dekat sesajian tersebut. Sedangkan Agus Merapi yang menggunakan kostum putih bertuliskan aksara Jawa mengucapkan doa-doa sambil menaburkan sesaji di sawah.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6171 seconds (0.1#10.140)