Petani waspadai Penyakit Blas

Petani waspadai Penyakit Blas
A
A
A
Sindonews.com - Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) seperti penyakit blas berpotensi memperparah sekitar 650.000 hektar lahan tanaman padi yang saat ini dalam kondisi tanam.
Kepala Seksi Informasi Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Jawa Barat Estu Kurniawan mengatakan, penyakit yang berpotensi memperburuk kekeringan padi yaitu penyakit blas. Penyakit ini biasanya muncul karena tingginya kelembaban di areal tanam.
"Kekeringan dan terik matahari yang cukup tinggi akan meningkatkan kadar kelembaban bagian akar padi. Disitulah penyakit blas muncul," terangnya, Jumat 31 Agustus 2012.
Dia mengakui, penyakit blas menduduki peringat keempat dari sembilan OPT yang kerap menyerang areal pesawahan. "Memang sukup sulit mengatasi penyakit ini. Upaya yang bisa dilakukan petani yaitu tetap menjaga kelembaban kondisi sawah atau tanah," katanya.
Pada tahun 2009-2010, penyakit ini menyerang 1.718 hektar lahan pesawahan. Jumlah tersebut meningkat menjadi 2.208 hektar pada 2011. Sampai sekarang, ada sekitar 3.649 hektar yang terkena penyakit ini.
Sementara serangan OPT pada musim tanam kali ini mencapai 41.862 hektar lahan sawah. Dari jumlah tersebut, hama penggerek batang menjadi yang tertinggi dengan menyerang 15.802 hektar dan disusul serangan tikus seluas 8.908 hektar.
Angka penyerangan itu, katanya, lebih rendah dibandingkan 2011 dan 2010. Pada 2010, penyerangan OPT mencapai 85.098 hektar sedangkan 2011 mencapai 71.672 hektar.
Pada dasarnya, petani bisa mengurangi berbagai penyakit dengan program stop spot. Yaitu melakukan penangkalan berbagai penyakit secara tuntas. Selain itu, menggunakan varietas unggul padi Gogo yang tahan terhadap kekeringan. Salah satu jenis yang bisa diandalkan adalah Inpago empat dan lima.
"Varietas ini cocok ditanam pada lahan kering subur dan podsolik merah kuning," imbuh Estu.
Kepala Seksi Informasi Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Jawa Barat Estu Kurniawan mengatakan, penyakit yang berpotensi memperburuk kekeringan padi yaitu penyakit blas. Penyakit ini biasanya muncul karena tingginya kelembaban di areal tanam.
"Kekeringan dan terik matahari yang cukup tinggi akan meningkatkan kadar kelembaban bagian akar padi. Disitulah penyakit blas muncul," terangnya, Jumat 31 Agustus 2012.
Dia mengakui, penyakit blas menduduki peringat keempat dari sembilan OPT yang kerap menyerang areal pesawahan. "Memang sukup sulit mengatasi penyakit ini. Upaya yang bisa dilakukan petani yaitu tetap menjaga kelembaban kondisi sawah atau tanah," katanya.
Pada tahun 2009-2010, penyakit ini menyerang 1.718 hektar lahan pesawahan. Jumlah tersebut meningkat menjadi 2.208 hektar pada 2011. Sampai sekarang, ada sekitar 3.649 hektar yang terkena penyakit ini.
Sementara serangan OPT pada musim tanam kali ini mencapai 41.862 hektar lahan sawah. Dari jumlah tersebut, hama penggerek batang menjadi yang tertinggi dengan menyerang 15.802 hektar dan disusul serangan tikus seluas 8.908 hektar.
Angka penyerangan itu, katanya, lebih rendah dibandingkan 2011 dan 2010. Pada 2010, penyerangan OPT mencapai 85.098 hektar sedangkan 2011 mencapai 71.672 hektar.
Pada dasarnya, petani bisa mengurangi berbagai penyakit dengan program stop spot. Yaitu melakukan penangkalan berbagai penyakit secara tuntas. Selain itu, menggunakan varietas unggul padi Gogo yang tahan terhadap kekeringan. Salah satu jenis yang bisa diandalkan adalah Inpago empat dan lima.
"Varietas ini cocok ditanam pada lahan kering subur dan podsolik merah kuning," imbuh Estu.
(mhd)