Udara bagi warga sekitar kilang Migas

Minggu, 01 Juli 2012 - 00:29 WIB
Udara bagi warga sekitar kilang Migas
Udara bagi warga sekitar kilang Migas
A A A
SIANG begitu terik. Sugimin (61) duduk bersimpuh di tanah persawahan yang banyak ditumbuhi rumput liar itu. Ia biarkan enam ekor kambingnya mengunyah rumput itu hingga kenyang.

Sugimin begitu tenang menggembala kambing-kambingnya itu di depan gerbang PT Gasuma Federal Indonesia, perusahaan pengelolaan kilang minyak yang terletak di Desa Sokosari, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, Jawa Timur (Jatim).

Masyarakat sekitar sering merasakan efek dari keberadaan kilang minyak tersebut. Kehidupan dirasakan warga sekitar begitu sulit lantaran bau gas yang sering mengganggu, udara sudah dirasa asing bagi sebagian warga. Warga cuma berharap pada satu keyakinan, kehidupan yang layak merupakan hak setiap warga negara.

Beberapa waktu lalu, warga Dukuh Badekan, Desa Sokosari, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, menduduki dan menyegel pintu masuk ke kilang pengolahan gas milik PT Gasuma Federal Indonesia.

Letak kilang pengolahan gas milik PT Gasuma itu diapit persawahan dan dekat dengan pemukiman penduduk. Kilang gas seluas kurang lebih tujuh hektare itu dilingkari pagar besi. Di tengah-tengahnya kokoh berdiri sebuah kilang besar dan sebuah cerobong yang mengeluarkan api dan asap tipis. Kontainer dan pipa-pipa terlihat mengular dan tersambung di sana-sini.

Tak jauh dari kilang itu, juga berdiri kilang pengolahan minyak mentah dan gas bumi yang dikelola oleh Joint Operating Body–Pertamina Petrochina East Java (JOB-PPEJ). Letak kilang PT Gasuma berada di sebelah barat, sementara letak kilang JOB-PPEJ itu berada di sebelah timur. Dua kilang itu terpisah oleh jalan desa dan pemukiman penduduk.

Namun, sejak adanya dua kilang pengolahan minyak mentah dan gas bumi itu, warga sekitar seolah hidup dalam kegetiran. Sebab, keracunan bau gas seperti yang dialami tujuh warga Dukuh Badekan kini terus menghantui.

Rami (56) warga Dukuh Badekan yang rumahnya berjarak 200 meter dari kilang, mengaku kini sering merasa cemas. Pasalnya, bau seperti telur busuk itu sering muncul saat hawanya dingin dan anginnya kencang.

“Sekarang kami sering diliputi kecemasan. Khawatir kalau menghirup bau busuk itu,” ujar Rami yang sehari-harinya bekerja sebagai buruh tani itu.

Ia mengaku, sedikit sekali manfaat yang diperoleh warga dari keberadaan kilang pengolahan gas bumi milik PT Gasuma Federal Indonesia atau kilang minyak mentah milik JOB-PPEJ itu.

Warga, kata dia, pernah menerima bantuan sebesar Rp50.000 per kepala keluarga selama empat bulan, namun setelah itu tidak pernah dapat lagi.

“Warga sekitar juga sedikit sekali yang bisa bekerja di kilang itu,” ujarnya.

Menurut Humas JOB-PPEJ, Catur Susilo, kejadian adanya tujuh warga yang keracunan gas itu telah ditangani oleh pihak PT Gasuma Federal Indonesia. “Pihak PT Gasuma yang menangani masalah itu,” ujarnya.

Namun, ia memastikan warga sekitar kilang telah diberi sosialisasi mengenai risiko adanya bau gas itu, termasuk upaya keselamatan. Pihak pengelola kilang juga memerhatikan kondisi warga sekitar.
(azh)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5648 seconds (0.1#10.140)