Jajanan berbahaya masih mengancam

Rabu, 25 April 2012 - 07:57 WIB
Jajanan berbahaya masih mengancam
Jajanan berbahaya masih mengancam
A A A
Sindonews.com – Para orang tua dan guru harus mengingatkan siswa untuk lebih berhati-hati dalam mengonsumsi makanan atau jajanan di sekitar sekolah.

Sampai kini, tidak jarang masih ditemukan produsen jajanan sekolah yang menggunakan bahan pengawet dan pewarna. Parahnya,jajanan sekolah dengan kandungan kedua bahan berbahaya tersebut umumnya dikonsumsi siswa sekolah dasar (SD) yang notabene belum mengerti dampak yang timbul akibat mengonsumsi jajanan seperti itu.

Hal itu diungkapkan staf pemeriksaan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Bandung, Fauzi Ferdiansyah, di sela- sela inspeksi mendadak (sidak) jajanan sekolah di kantin SD Asih Putra, Cibabat, Kota Cimahi,kemarin. Fauzi menyebutkan, berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap contoh jajanan sekolah yang diambil dari penjual jajanan di ratusan SD di Jawa Barat,umumnya jajanan masih mengandung bahan pengawet seperti boraks dan formalin,termasuk pewarna sintetis seperti methanil yellow dan rhodamin.

Padahal,bahan-bahan tersebut bukan untuk makanan,pewarna sintetis misalnya, biasanya digunakan sebagai pewarna tekstil, cat kayu, dan cat lukis. ”Pewarna seperti itu biasanya ditemukan dalam kue basah dan minuman ringan dengan warna terang,”ungkap Fauzi. Pihaknya mengaku terus memberikan pembinaan terhadap penjual jajanan sekolah bekerja sama dengan petugas dari Dinas Kesehatan kota dan kabupaten di Jawa Barat.

Namun begitu, tidak sedikit penjual yang bandel dan tetap menggunakan bahan-bahan berbahaya pada makanan yang dijualnya. ”Kami tidak bisa menyalahkan mereka karena biasanya mereka pun mengaku memperolehnya dari pasar.Kami tindak lanjuti dengan penelusuran untuk menemukan produsen besarnya,”kata Fauzi. Setiap tahun,BPOM Bandung melakukan uji kelayakan terhadapjajanansekolahdiratusanSD di Jawa Barat.

Untuk tahun ini, kata Fauzi, pihaknya menguji jajanan sekolah di 200 SD.”Siswa SD umumnya tidak mengerti bahaya makanan seperti itu,beda dengan siswa SMP dan SMA yang lebih selektif,”pungkasnya. Penjual jajanan sekolah di kantin Asih Putra, Sri, mengaku mengolahsendirimakananyang dijualnya.

Kalaupunadayangdiperolehnya dari luar,jumlahnya sedikit dan hanya jajanan dalam kemasan yang diproduksi pabrik besar.”Makanan yang saya jual dimakan jugakeluarga saya, saya tidak menggunakan bahan berbahaya seperti pengawet, pewarna yang dipakai pun khusus untuk makanan. Saya pahambetulkarenapembelinya anak SD,”ujarnya. (wbs)

()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4081 seconds (0.1#10.140)