Tanah longsor, jalur KA Purwakarta-Bandung putus
A
A
A
Sindonews.com - Jalur Kereta Api (KA) Purwakarta-Bandung terputus akibat terjangan longsor di Km 105+8/9, tepatnya di Desa Suluh Kuning,Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, kemarin.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, hanya saja dua KA tertahan beberapa jam, sebelum petugas membersihkan longsoran yang menutupi jalur tersebut. Longsor terjadi setelah hujan deras yang mengguyur wilayah Purwakarta sejak pukul 14.00 WIB.
Hanya selang beberapa menit kemudian,tanah yang berasal dari lereng tebing ambrol dan menimbun rel sepanjang 6 meter dengan ketinggian mencapai 1,5 meter. Kondisi itu membuat KA tidak bisa lewat.
Warga yang mengetahui peristiwa itu langsung melapor ke Stasiun KA Ciganea. Mereka menyadari material longsoran tersebut dapat mengancam KA yang melintas. Adanya laporan tersebut, membuat petugas KA bersama warga segera menyingkirkan tumpukan tanah.
Alhasil, setelah hampir dua jam bekerja keras, material tanah tersebut dapat disingkirkan dan dapat dilintasi KA sekitar pukul 16.50 WIB.
Kepala Humas PT KAI Daop 2 Bandung Bambang S Prayito mengungkapkan, akibatlongsor itu dua KA,masing-masing Serayu Jurusan Kroya-Jakarta dengan waktu keberangkatan pukul 07.00 WIB dari Kroya harus tertahan di Stasiun Ciganea.
Begitu pula KA Argo Parahyangan jurusan Bandung-Jakarta dengan waktu keberangkatan dari Bandung pukul 14.30 WIB bernasib sama, tertahan di Stasiun Sukatani.
”Alhamdulillah berkat kerja keras warga dan petugas akhirnya jalur tersebut dapat kembali dilintasi pada sore hari. Tertahannya kereta di dua stasiun tidak dilakukan overstappen, penumpang mau menunggu sampai proses normalisasi jalur selesai,” kata Bambang kepada SINDO, kemarin.
Meskipun rel sudah dapat dilintasi, PT Kereta Api Indonesia (KAI) membatasi kecepatan KA yang melintas, yakni hanya 5 km per jam pada saat melintas di lokasi longoran dan daerah sekitaranya.
Selain itu,upaya pengawasan dari Regu Siaga dilakukan selama 24 jam. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi adanya longsoran susulan.
Menurut Bambang,jalur antara Purwakarta-Ciganea termasuk jalur rawan gerakan tanah. Selain itu,adanya tebing yang berada di samping rel sangat memungkinkan terjadi longsor,apalagi saat hujan yang terus menerus mengguyur wilayah tersebut, pergeseran tanah sangat dimungkinkan.(lin)
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, hanya saja dua KA tertahan beberapa jam, sebelum petugas membersihkan longsoran yang menutupi jalur tersebut. Longsor terjadi setelah hujan deras yang mengguyur wilayah Purwakarta sejak pukul 14.00 WIB.
Hanya selang beberapa menit kemudian,tanah yang berasal dari lereng tebing ambrol dan menimbun rel sepanjang 6 meter dengan ketinggian mencapai 1,5 meter. Kondisi itu membuat KA tidak bisa lewat.
Warga yang mengetahui peristiwa itu langsung melapor ke Stasiun KA Ciganea. Mereka menyadari material longsoran tersebut dapat mengancam KA yang melintas. Adanya laporan tersebut, membuat petugas KA bersama warga segera menyingkirkan tumpukan tanah.
Alhasil, setelah hampir dua jam bekerja keras, material tanah tersebut dapat disingkirkan dan dapat dilintasi KA sekitar pukul 16.50 WIB.
Kepala Humas PT KAI Daop 2 Bandung Bambang S Prayito mengungkapkan, akibatlongsor itu dua KA,masing-masing Serayu Jurusan Kroya-Jakarta dengan waktu keberangkatan pukul 07.00 WIB dari Kroya harus tertahan di Stasiun Ciganea.
Begitu pula KA Argo Parahyangan jurusan Bandung-Jakarta dengan waktu keberangkatan dari Bandung pukul 14.30 WIB bernasib sama, tertahan di Stasiun Sukatani.
”Alhamdulillah berkat kerja keras warga dan petugas akhirnya jalur tersebut dapat kembali dilintasi pada sore hari. Tertahannya kereta di dua stasiun tidak dilakukan overstappen, penumpang mau menunggu sampai proses normalisasi jalur selesai,” kata Bambang kepada SINDO, kemarin.
Meskipun rel sudah dapat dilintasi, PT Kereta Api Indonesia (KAI) membatasi kecepatan KA yang melintas, yakni hanya 5 km per jam pada saat melintas di lokasi longoran dan daerah sekitaranya.
Selain itu,upaya pengawasan dari Regu Siaga dilakukan selama 24 jam. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi adanya longsoran susulan.
Menurut Bambang,jalur antara Purwakarta-Ciganea termasuk jalur rawan gerakan tanah. Selain itu,adanya tebing yang berada di samping rel sangat memungkinkan terjadi longsor,apalagi saat hujan yang terus menerus mengguyur wilayah tersebut, pergeseran tanah sangat dimungkinkan.(lin)
()