BBM dibatasi, nelayan tak bisa melaut

Minggu, 25 Maret 2012 - 12:33 WIB
BBM dibatasi, nelayan...
BBM dibatasi, nelayan tak bisa melaut
A A A
Sindonews.com - Nelayan di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur banyak yang tidak melaut karena kekurangan Bahan Bakar Minyak (BBM). Penyebabnya, sejak beberapa hari lalu jatah BBM untuk nelayan dibatasi.

Nelayan yang tersebar di Kecamatan Sedati dan kawasan timur Sidoarjo lainnya hanya diberi jatah bahan bakar tujuh liter dalam sehari. Padahal, untuk melaut mereka membutuhkan bahan bakar jenis solar sebanyak 12 liter.

Mulyadi, salah satu nelayan di Desa Gisik Cemandi, Kecamatan Sedati mengatakan jika hanya mendapat jatah tujuh liter saja untuk melaut tidak bisa maksimal.

"Tidak sampai setengah hari sudah kehabisan solar. Padahal kita belum seberapa mendapatkan tangkapan ikan," ujar Mulyadi menjelaskan, Minggu (25/3/2012).

Kurangnya pasokan solar untuk nelayan itu setelah ada aturan menjelang kenaikan BBM, untuk agen dikurangi jatahnya. Jika agen yang biasanya menyuplai BBM untuk nelayan mendapat jatah antara 120 sampai 200 liter, kini hanya diberi jatah 30 liter.

Tiap desa yang mayoritas warganya menjadi nelayan biasanya memenuhi kebutuhan BBM nelayan. Mereka membeli solar ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) terdekat sesuai kebutuhan nelayan. Kini, selain jumlah BBM dibatasi mereka juga harus membawa surat keterangan dari kepala desa setempat.

Sebenarnya, dalam sepekan terakhir nelayan sudah bisa sedikit tersenyum karena musim angin kencang sudah mulai berlalu. Namun, ketika mereka sudah giat lagi melaut kini terhenyak lagi karena sulit mendapatkan bahan bakar.

Ketua Himpunan Seluruh Nelayan Indonesia (HSNI) Sidoarjo, Alimin mengaku kecewa dengan pembatasan jatah BBM bagi nelayan. Nelayan membutuhkan bahan bakar untuk melaut dan jumlahnya sudah bisa dipastikan tiap hari 12 liter.

Jika kini dijatah hanya tujuh liter bisa dipastikan nelayan tidak akan melaut. "Nasib nelayan semakin nelangsa. Baru saja tidak melaut karena musim angin kencang, kini sudah diterpa pembatasan BBM. Kalau seperti ini mana keberpihakan pemerintah kepada rakyat kecil," ujar Alimin.

Alimin mengaku, penderitaan nelayan tidak akan berhenti sampai di sini. Setelah nanti harga BBM naik, mereka harus mengeluarkan biaya operasional lebih banyak lagi.

Jika sebelumnya dalam sehari Rp50 ribu sudah bisa membeli BBM jenis solar 11 liter, setelah kenaikan BBM nelayan harus menngeluarkan Rp60 ribu untuk mendapatkan 10 liter solar. Padahal, penghasilan kotor sekali melaut tak lebih dari Rp 100 ribu, belum lagi dibagi dengan temannya. Sebab, satu perahu biasanya berisi dua sampai empat nelayan.

Jumlah nelayan di Sidoarjo ratusan ribu yang tersebar di Kecamatan Sedati, Kecamatan Waru, Kecamatan Buduran, Kecamatan Sidoarjo, Kecamatan Candi, Kecamatan Tanggulangin, Kecamatan Porong dan Kecamatan Jabon. Kenaikan BBM akan sangat berimbas terhadap nelayan yang selama ini menggantungkan hidupnya dari laut.

Alimin berharap agar pemerintah tidak membatasai jatah BBM untuk nelayan. Sebab, dia yakin jika agen BBM untuk nelayan sudah tahu berapa jatah yang dibutuhkan.

"Saya contohkan di Dusun Gisik, ada sekitar 400 nelayan. Kan tinggal menghitung berapa kebutuhan BBM. Kalau dibatasi seperti sekarang, nelayan akan sengsara," tandasnya.(azh)
()
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1062 seconds (0.1#10.24)