Disemprot hipersiner, serangan Tomcat menurun
A
A
A
Sindonews.com - Serangan serangga Tomcat atau Coleoptera Staphylinidae sudah cenderung menurun. Jika sebelumnya terlihat bergerombol menempel di tembok rumah kali ini hanya terlihat beberapa ekor saja.
"Untuk hari ini terlihat menurun. Setelah disemprot oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) tampaknya jumlahnya sudah menurun. Paling saat ini hanya terlihat 2-4 ekor saja di tembok," kata salah satu warga Forento, Kawasan Pakuwon City, Surabaya, Yuswantoro Riadi, Selasa (20/3/2012).
Ia juga mengatakan, memang di kawasan tersebut intensitas serangan serangga ini menurun. Namun ia tidak mengetahui di kawasan lain. "Kalau di tempat lain saya tidak tahu. Katanya kemarin memang menyebar di daerah lain," ujarnya.
Sementara untuk menghadang serangga yang menyebabkan gatal-gatal ini, warga menyemprot dengan Hipersiner (sejenis insektisida). Sejumlah warga juga mengaku telah mengetahui cara penanganan ketika terkena racun Tomcat. Mereka tidak menggaruk, dan ketika serangga ini menempel tidak seketika dimatikan tanpa menggunakan pelindung apapun. Sebab, cairan yang keluar dari tubuh serangga ini yang berbahaya.
Sementara itu Kepala Dinkes Kota Surabaya Esty Martiana Rachmie menyebut sejumlah korban yang terkena serangan Tomcat ini memang ada di sejumlah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
"Mereka hanya diberi obat jalan. Ada yang diberi salep, ada pula yang diberi pil antibiotik. Rata-rata yang terkena itu adalah menderita alergi kulit," katanya.
Esty juga menjelaskan, racun yang keluar dari serangga ini adalah mekanisme pertahanan diri dari predator dan itu bersifat alamiah. Sementara, reaksi akibat racun tersebut akan tampak dalam waktu antara 12 Jam hingga 36 Jam.
"Oleh karena itu jika terkena racun ini harus segera dicuci dan jangan digaruk. Kalau sampai parah seperti luka terbakar," tukasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, serangan serangga Tomcat ini cukup menghebohkan warga Surabaya. Serangga ini merupakan predator dari hama Wereng. Karena kawasan tersebut tidak ada padi, maka Tomcat beralih ke perkampungan warga.(azh)
"Untuk hari ini terlihat menurun. Setelah disemprot oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) tampaknya jumlahnya sudah menurun. Paling saat ini hanya terlihat 2-4 ekor saja di tembok," kata salah satu warga Forento, Kawasan Pakuwon City, Surabaya, Yuswantoro Riadi, Selasa (20/3/2012).
Ia juga mengatakan, memang di kawasan tersebut intensitas serangan serangga ini menurun. Namun ia tidak mengetahui di kawasan lain. "Kalau di tempat lain saya tidak tahu. Katanya kemarin memang menyebar di daerah lain," ujarnya.
Sementara untuk menghadang serangga yang menyebabkan gatal-gatal ini, warga menyemprot dengan Hipersiner (sejenis insektisida). Sejumlah warga juga mengaku telah mengetahui cara penanganan ketika terkena racun Tomcat. Mereka tidak menggaruk, dan ketika serangga ini menempel tidak seketika dimatikan tanpa menggunakan pelindung apapun. Sebab, cairan yang keluar dari tubuh serangga ini yang berbahaya.
Sementara itu Kepala Dinkes Kota Surabaya Esty Martiana Rachmie menyebut sejumlah korban yang terkena serangan Tomcat ini memang ada di sejumlah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
"Mereka hanya diberi obat jalan. Ada yang diberi salep, ada pula yang diberi pil antibiotik. Rata-rata yang terkena itu adalah menderita alergi kulit," katanya.
Esty juga menjelaskan, racun yang keluar dari serangga ini adalah mekanisme pertahanan diri dari predator dan itu bersifat alamiah. Sementara, reaksi akibat racun tersebut akan tampak dalam waktu antara 12 Jam hingga 36 Jam.
"Oleh karena itu jika terkena racun ini harus segera dicuci dan jangan digaruk. Kalau sampai parah seperti luka terbakar," tukasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, serangan serangga Tomcat ini cukup menghebohkan warga Surabaya. Serangga ini merupakan predator dari hama Wereng. Karena kawasan tersebut tidak ada padi, maka Tomcat beralih ke perkampungan warga.(azh)
()