Pasrah saksikan anak terbaring seumur hidup
A
A
A
Sindonews.com - Matanya terlihat menyempit akibat kepalanya yang membesar.Tubuhnya lemah dan hanya bisa terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.Jangankan untuk bangun,bahkan untuk menggerakkan kepala saja,bocah bernama Leonel Bima yang baru berusia lima tahun ini tak mampu.
Sejak lahir,ada anomali struktur otak Leonel yang menyebabkannya menderita hydranencephali, penyakt yang ciri fisiknya mirip hydrocephalus.Sejak saat itu pula,kepala putra pasangan Muhammad Sochib–Manggar Sari ini mengalami pembesaran. Leonel terlahir tanpa memiliki otak.Kepalanya yang berukuran dua kali lipat ukuran normal itu hanya berisi air.
Sudah tiga hari ini Leonel hanya terbaring lemah di RSUD dr Wahidin Soediro Husodo,Kota Mojokerto. Dokter hanya bisa memberikan kesembuhan atas panas dan kejang yang diderita Leonel.Namun tak ada kata putus asa dari mulut Muhammad Sochib. Dia sadar,operasi bukanlah jalan untuk menemukan kesembuhan anaknya.
Pria yang tinggal di Jalan Joko Tole,Kota Mojokerto ini hanya bisa pasrah dengan membesarkan sang anak semata wayangnya itu.”Kata dokter,operasi risikonya tinggi.Karena itu saya rawat saja bagaimanapun kondisinya,”ungkap Sochib. Saat berumur empat bulan, Leonel sempat dibawa Sochib ke RS dr Soetomo Surabaya. Selama dua bulan dirawat,penyakit Leonel belum juga sembuh.
” Sejak itu,saya pasrah dan akan merawat sampai kapanpun,”ujar bapak berumur 29 tahun yang bekerja menjadi satpam ini. Selama hampir lima tahun ini,dia tak pernah melihat keceriaan anaknya.Leonel hanya menangis dan kadang-kadang tersenyum dengan bibirnya yang menyungging.Tak pernah ada di pikirannya, Leonel bisa bangun,bermain seperti anak seusianya.
”Kalau makannya normal, hanya memang dia hanya bisa berbaring,”tukasnya. Dengan kondisi Leonel yang seperti itu,Sochib hanya berharap keajaiban.Meski meyakini jika anaknya hanya bisa berbaring seumur hidup, namun ia tak berhenti untuk berjuang. Bersama sang istri, dia bertekad untuk memberikan yang terbaik untuk sang anak.” Ini sudah takdir kami. Hanya bisa pasrah dan berusaha,” cetusnya.
Dokter pun tak bisa berbuat banyak.Kepala Leonel yang terus membesar,tak bisa dicegah dengan cara apa pun, termasuk operasi,seperti biasa dilakukan pada pasien hydrocephalus.”Pasien hydranencephali tak bisa dioperasi. Karena justru sangat membahayakan bagi pasien,”terang Mohammad Nurkholis Roufi, dokter spesialis bedah saraf yang menangani Leonel. Tidak bisa diobati.
Mungkin kata itulah yang tepat ditujukan untuk penyakit Leonel itu.Kepala Leonel akan terus membesar sampai pada titik di mana pembesaran itu akan berhenti secara alami. Satu-satunya langkah yang dilakukan untuk memperpanjang umurnya,hanya dengan menjaga kondisi fisik pasien.”Kalau ada penyakit lain,itu yang disembuhkan. Kasus hydranencephali ini terbilang jarang.Dan ini tak bisa ditangani karena tak ada otak di dalam kepalanya,” pungkasnya. (wbs)
Sejak lahir,ada anomali struktur otak Leonel yang menyebabkannya menderita hydranencephali, penyakt yang ciri fisiknya mirip hydrocephalus.Sejak saat itu pula,kepala putra pasangan Muhammad Sochib–Manggar Sari ini mengalami pembesaran. Leonel terlahir tanpa memiliki otak.Kepalanya yang berukuran dua kali lipat ukuran normal itu hanya berisi air.
Sudah tiga hari ini Leonel hanya terbaring lemah di RSUD dr Wahidin Soediro Husodo,Kota Mojokerto. Dokter hanya bisa memberikan kesembuhan atas panas dan kejang yang diderita Leonel.Namun tak ada kata putus asa dari mulut Muhammad Sochib. Dia sadar,operasi bukanlah jalan untuk menemukan kesembuhan anaknya.
Pria yang tinggal di Jalan Joko Tole,Kota Mojokerto ini hanya bisa pasrah dengan membesarkan sang anak semata wayangnya itu.”Kata dokter,operasi risikonya tinggi.Karena itu saya rawat saja bagaimanapun kondisinya,”ungkap Sochib. Saat berumur empat bulan, Leonel sempat dibawa Sochib ke RS dr Soetomo Surabaya. Selama dua bulan dirawat,penyakit Leonel belum juga sembuh.
” Sejak itu,saya pasrah dan akan merawat sampai kapanpun,”ujar bapak berumur 29 tahun yang bekerja menjadi satpam ini. Selama hampir lima tahun ini,dia tak pernah melihat keceriaan anaknya.Leonel hanya menangis dan kadang-kadang tersenyum dengan bibirnya yang menyungging.Tak pernah ada di pikirannya, Leonel bisa bangun,bermain seperti anak seusianya.
”Kalau makannya normal, hanya memang dia hanya bisa berbaring,”tukasnya. Dengan kondisi Leonel yang seperti itu,Sochib hanya berharap keajaiban.Meski meyakini jika anaknya hanya bisa berbaring seumur hidup, namun ia tak berhenti untuk berjuang. Bersama sang istri, dia bertekad untuk memberikan yang terbaik untuk sang anak.” Ini sudah takdir kami. Hanya bisa pasrah dan berusaha,” cetusnya.
Dokter pun tak bisa berbuat banyak.Kepala Leonel yang terus membesar,tak bisa dicegah dengan cara apa pun, termasuk operasi,seperti biasa dilakukan pada pasien hydrocephalus.”Pasien hydranencephali tak bisa dioperasi. Karena justru sangat membahayakan bagi pasien,”terang Mohammad Nurkholis Roufi, dokter spesialis bedah saraf yang menangani Leonel. Tidak bisa diobati.
Mungkin kata itulah yang tepat ditujukan untuk penyakit Leonel itu.Kepala Leonel akan terus membesar sampai pada titik di mana pembesaran itu akan berhenti secara alami. Satu-satunya langkah yang dilakukan untuk memperpanjang umurnya,hanya dengan menjaga kondisi fisik pasien.”Kalau ada penyakit lain,itu yang disembuhkan. Kasus hydranencephali ini terbilang jarang.Dan ini tak bisa ditangani karena tak ada otak di dalam kepalanya,” pungkasnya. (wbs)
()