Jabar pengirim TKI informal terbesar di Indonesia
A
A
A
Sindonews.com – Jawa Barat menjadi pemasok tenaga kerja sektor informal paling banyak untuk ke Arab Saudi. Padahal, peluang kerja pada sektor formal di negara tersebut cukup besar.
Duta Besar RI untuk Kerajaan Arab Saudi Gatot Abdullah Mansyur mengatakan,dari sekitar 1,2 juta TKI di Arab Saudi, 95%-nya bekerja pada sektor informal,seperti pembantu rumah tangga, tukang kebun, sopir, dan pengurus rumah tangga lainnya. Dari jumlah tersebut, sekitar 60%-nya merupakan TKI asal Jawa Barat. “Jawa Barat menjadi pemasok TKI terbesar ke Arab Saudi yang bekerja pada sektor informal.
Ini menjadi tantangan bagi kami,di tengah upaya pemerintah mengirimkan TKI formal,” jelas Gatot Abdullah Mansyur pada acara Sosialisasi TKI di Gedung Disnakertrans Jabar, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, kemarin. Menurut dia, TKI yang bekerja pada sektor informal rata-rata berpendidikan rendah. Pekerja pada sektor informal juga tidak mendapat perlindungan hukum dari undangundang ketenagakerjaan Arab Saudi.
Hal itu menyebabkan munculnya berbagai persoalan sengketa antara majikan dan tenaga kerja yang terkadang merugikan tenaga kerja asal Indonesia. Padahal, lanjut dia, Indonesia berpeluang mengirimkan tenaga kerja formal ketimbang, melihat potensi pekerjaan yang ada di kawasan tersebut.
Menurut Gatot,sektor bisnis di Arab Saudi setidaknya membutuhkan sekitar 5 juta tenaga kerja formal.
Meliputi profesi perawat, dokter, teknisi, ahli pertanian dan peternakan,dan lainnya. Benefit yang ditawarkan pun cukup besar ketimbang tenaga kerja informal. “5% dari 1,2 juta TKI di Arab Saudi rata-rata berpenghasilan cukup besar. Berbeda jauh dengan penghasilan TKI yang bekerja pada sektor informal.
Peluang ini yang semestinya dimanfaatkan oleh Indonesia,” timpal dia. Namun, unsur terpenting pada pekerja formal yaitu,profesi mereka dilindungi undangundang ketenagakerjaan Arab Saudi.Seperti jaminan kesehatan, jam kerja, asuransi, dan lainnya (wbs)
Duta Besar RI untuk Kerajaan Arab Saudi Gatot Abdullah Mansyur mengatakan,dari sekitar 1,2 juta TKI di Arab Saudi, 95%-nya bekerja pada sektor informal,seperti pembantu rumah tangga, tukang kebun, sopir, dan pengurus rumah tangga lainnya. Dari jumlah tersebut, sekitar 60%-nya merupakan TKI asal Jawa Barat. “Jawa Barat menjadi pemasok TKI terbesar ke Arab Saudi yang bekerja pada sektor informal.
Ini menjadi tantangan bagi kami,di tengah upaya pemerintah mengirimkan TKI formal,” jelas Gatot Abdullah Mansyur pada acara Sosialisasi TKI di Gedung Disnakertrans Jabar, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, kemarin. Menurut dia, TKI yang bekerja pada sektor informal rata-rata berpendidikan rendah. Pekerja pada sektor informal juga tidak mendapat perlindungan hukum dari undangundang ketenagakerjaan Arab Saudi.
Hal itu menyebabkan munculnya berbagai persoalan sengketa antara majikan dan tenaga kerja yang terkadang merugikan tenaga kerja asal Indonesia. Padahal, lanjut dia, Indonesia berpeluang mengirimkan tenaga kerja formal ketimbang, melihat potensi pekerjaan yang ada di kawasan tersebut.
Menurut Gatot,sektor bisnis di Arab Saudi setidaknya membutuhkan sekitar 5 juta tenaga kerja formal.
Meliputi profesi perawat, dokter, teknisi, ahli pertanian dan peternakan,dan lainnya. Benefit yang ditawarkan pun cukup besar ketimbang tenaga kerja informal. “5% dari 1,2 juta TKI di Arab Saudi rata-rata berpenghasilan cukup besar. Berbeda jauh dengan penghasilan TKI yang bekerja pada sektor informal.
Peluang ini yang semestinya dimanfaatkan oleh Indonesia,” timpal dia. Namun, unsur terpenting pada pekerja formal yaitu,profesi mereka dilindungi undangundang ketenagakerjaan Arab Saudi.Seperti jaminan kesehatan, jam kerja, asuransi, dan lainnya (wbs)
()