Banjir lahar ancam sisi barat Merapi
A
A
A
Sindonews.com - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) meminta masyarakat yang berada di sisi barat Merapi tetap waspada terhadap ancaman lahar dingin.
Saat ini material Merapi material vulkanik hasil erupsi Merapi masih cukup banyak dan diperkirakan mencapai 90 juta meter kubik. Hujan lebat dengan intensitas lebih dari 20 milimeter (mm) per jam yang masih akan berlangsung rentan menimbulkan aliran lahar yang berbahaya.
”Selama 24 jam kita pantau karena kondisi Merapi cukup aktif,” kata Kepala BPPTK Yogyakarta Subandriyo kemarin.
Berdasarkan sebaran material erupsi Merapi, ancaman banjir lahar dingin berada di sisi barat dengan sebaran merata. Tumpukan material lahar ini rentan terbawa aliran air tidak seperti di sisi timur yang sebaran material vulkaniknya tidak merata.
”Status siaga darurat ancaman banjir lahar dingin masih tetap berlaku,” ujar Subandriyo.
Subandriyo menjelaskan, alat pemantau Merapi sudah ditambah dari lima unit menjadi 10 unit. Penambahan ini dilakukan setelah terjadi erupsi pada 2010. Selain itu, untuk pengukuran deformasi juga mengalami kemajuan.
Jika sebelumnya hanya menggunakan reflektor, kini sudah dilengkapi dengan Global Positioning System (GPS). ”Pascaerupsi banyak mendapat tambahan peralatan untuk memantau,”ujarnya. Meskipun ada penambahan alat, BPPTK masih kesulitan mengukur asap solfatara yang muncul di puncak karena belum stabil.
Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTK Yogyakarta Sri Sumarti mengatakan kondisi Merapi saat ini sudah kembali aktif normal. Peningkatan aktivitas pada awal Februari sudah mereda. ”Meski sudah normal, masyarakat harus tetap waspada,” ucapnya.
Sebelumnya, warga di lereng Merapi dibuat panik karena intensitas gempa di gunung teraktif di dunia itu selama beberapa pekan meningkat.(lin)
Saat ini material Merapi material vulkanik hasil erupsi Merapi masih cukup banyak dan diperkirakan mencapai 90 juta meter kubik. Hujan lebat dengan intensitas lebih dari 20 milimeter (mm) per jam yang masih akan berlangsung rentan menimbulkan aliran lahar yang berbahaya.
”Selama 24 jam kita pantau karena kondisi Merapi cukup aktif,” kata Kepala BPPTK Yogyakarta Subandriyo kemarin.
Berdasarkan sebaran material erupsi Merapi, ancaman banjir lahar dingin berada di sisi barat dengan sebaran merata. Tumpukan material lahar ini rentan terbawa aliran air tidak seperti di sisi timur yang sebaran material vulkaniknya tidak merata.
”Status siaga darurat ancaman banjir lahar dingin masih tetap berlaku,” ujar Subandriyo.
Subandriyo menjelaskan, alat pemantau Merapi sudah ditambah dari lima unit menjadi 10 unit. Penambahan ini dilakukan setelah terjadi erupsi pada 2010. Selain itu, untuk pengukuran deformasi juga mengalami kemajuan.
Jika sebelumnya hanya menggunakan reflektor, kini sudah dilengkapi dengan Global Positioning System (GPS). ”Pascaerupsi banyak mendapat tambahan peralatan untuk memantau,”ujarnya. Meskipun ada penambahan alat, BPPTK masih kesulitan mengukur asap solfatara yang muncul di puncak karena belum stabil.
Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTK Yogyakarta Sri Sumarti mengatakan kondisi Merapi saat ini sudah kembali aktif normal. Peningkatan aktivitas pada awal Februari sudah mereda. ”Meski sudah normal, masyarakat harus tetap waspada,” ucapnya.
Sebelumnya, warga di lereng Merapi dibuat panik karena intensitas gempa di gunung teraktif di dunia itu selama beberapa pekan meningkat.(lin)
()