Tanggul jebol, warga Trenggalek kebanjiran
A
A
A
Sindonews.com - Hujan deras yang berlangsung enam jam membuat dua tanggul yang berada di Sungai Ngasinan, Kabupaten Trenggalek, jebol. Akibatnya air meluap ke permukiman yang berada di Kecamatan Kota Trenggalek dan Pogalan.
Ratusan rumah warga terendam dengan ketinggian lebih dari satu meter. Musibah ini berlangsung pada Rabu (22/2/2012) sekira pukul 02.45 WIB, dini hari tdi. Hingga kini belum ada laporan adanya korban jiwa maupun luka.
Satu-satunya aktivitas yang bisa dilakukan warga hanyalah menyelamatkan barang-barang elektronik dan semua benda berharga yang tidak tahan air. Mereka memindahkan ke tempat yang dirasa aman dari jangkauan air.
Beberapa warga juga mengungsikan orang tua, ibu, dan anak. Mereka khawatir ketinggian air akan terus bertambah. Hal itu mengingat mendung hitam pertanda hujan kembali datang. “Air datang saat sebagian besar warga tertidur lelap,“ tutur Imam Ashari, warga setempat kepada wartawan.
Banjir bukan pengalaman pertama kalinya bagi warga yang bertempat tinggal di wilayah Kecamatan Trenggalek dan Pogalan. Hampir setiap tahun, terutama pada musim penghujan rutinitas itu kembali datang. Bahkan pada tahun 2007, banjir bandang telah merenggut 13 nyawa warga Trenggalek.
“Namun ini diluar dugaan. Memang sejak pukul 21.00 WIB hujan turun deras. Namun kami tidak mengira sampai menjebol dinding tanggul,“ tambah Sutikno warga yang lainnya.
Sebelum banjir datang, debit air Sungai Ngasinan memang relatif tinggi. Curah hujan yang tinggi membuat volume semakin meningkat. Warga tidak tahu pasti kapan tanggul dibangun. Namun secara matematis, usia bangunan yang berfungsi melindungi permukiman dari ancaman banjir itu sudah relatif tua.
Tanggul ini mengelilingi sepanjang daerah aliran Sungai Ngasinan. “Karenanya ketika mendapat tekanan air dalam jumlah besar tidak kuat,“ ujar Sutikno.
Dari data yang dihimpun, selain warga yang berada di Kelurahan Tamanan, Ngares, dan Kelutan (ketiganya masuk kecamatan Trenggalek), banjir juga merendam rumah warga di Desa Ngadirenggo, Kecamatan Pogalan.
Sekertaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Trenggalek Suprapto membenarkan jika pemukiman yang saat ini terlanda banjir itu menjadi langganan musibah setiap tahun. Sebab, lokasi tersebut berada paling dekat dengan bantaran sungai (Ngasinan).
“Kita sudah turun ke lapangan untuk melakukan pantauan. Air di sejumlah lokasi sudah berangsur-angsur surut,“ ujarnya.
Meski hasil pantauan sementara tidak ditemukan korban nyawa serta kerusakan infrstruktur yang parah, Suprapto mengimbau warga untuk tetap menjaga kewaspadaan. Sebab, tidak tertutup kemungkinan, datang banjir kiriman dari wilayah pegunungan.
“Jika hujan deras di wilayah Kecamatan Pule, Bendungan dan Tugu tidak kunjung berhenti, bisa juga terjadi banjir susulan dari arah sana. Tapi infornya di wilayah Tugu dan Bendungan sudah reda, “terangnya.
Kabag Humas dan Protokol Pemkab Trenggalek Yuli Priyanto menambahkan, jika pihaknya sudah berkoordinasi dengan dinas terkait guna menangani korban banjir. Kalau memang diperlukan, Pemkab siap mendirikan dapur umum. “Kita akan berusaha melakukan penanganan secara maksimal,“ ujarnya.
Ratusan rumah warga terendam dengan ketinggian lebih dari satu meter. Musibah ini berlangsung pada Rabu (22/2/2012) sekira pukul 02.45 WIB, dini hari tdi. Hingga kini belum ada laporan adanya korban jiwa maupun luka.
Satu-satunya aktivitas yang bisa dilakukan warga hanyalah menyelamatkan barang-barang elektronik dan semua benda berharga yang tidak tahan air. Mereka memindahkan ke tempat yang dirasa aman dari jangkauan air.
Beberapa warga juga mengungsikan orang tua, ibu, dan anak. Mereka khawatir ketinggian air akan terus bertambah. Hal itu mengingat mendung hitam pertanda hujan kembali datang. “Air datang saat sebagian besar warga tertidur lelap,“ tutur Imam Ashari, warga setempat kepada wartawan.
Banjir bukan pengalaman pertama kalinya bagi warga yang bertempat tinggal di wilayah Kecamatan Trenggalek dan Pogalan. Hampir setiap tahun, terutama pada musim penghujan rutinitas itu kembali datang. Bahkan pada tahun 2007, banjir bandang telah merenggut 13 nyawa warga Trenggalek.
“Namun ini diluar dugaan. Memang sejak pukul 21.00 WIB hujan turun deras. Namun kami tidak mengira sampai menjebol dinding tanggul,“ tambah Sutikno warga yang lainnya.
Sebelum banjir datang, debit air Sungai Ngasinan memang relatif tinggi. Curah hujan yang tinggi membuat volume semakin meningkat. Warga tidak tahu pasti kapan tanggul dibangun. Namun secara matematis, usia bangunan yang berfungsi melindungi permukiman dari ancaman banjir itu sudah relatif tua.
Tanggul ini mengelilingi sepanjang daerah aliran Sungai Ngasinan. “Karenanya ketika mendapat tekanan air dalam jumlah besar tidak kuat,“ ujar Sutikno.
Dari data yang dihimpun, selain warga yang berada di Kelurahan Tamanan, Ngares, dan Kelutan (ketiganya masuk kecamatan Trenggalek), banjir juga merendam rumah warga di Desa Ngadirenggo, Kecamatan Pogalan.
Sekertaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Trenggalek Suprapto membenarkan jika pemukiman yang saat ini terlanda banjir itu menjadi langganan musibah setiap tahun. Sebab, lokasi tersebut berada paling dekat dengan bantaran sungai (Ngasinan).
“Kita sudah turun ke lapangan untuk melakukan pantauan. Air di sejumlah lokasi sudah berangsur-angsur surut,“ ujarnya.
Meski hasil pantauan sementara tidak ditemukan korban nyawa serta kerusakan infrstruktur yang parah, Suprapto mengimbau warga untuk tetap menjaga kewaspadaan. Sebab, tidak tertutup kemungkinan, datang banjir kiriman dari wilayah pegunungan.
“Jika hujan deras di wilayah Kecamatan Pule, Bendungan dan Tugu tidak kunjung berhenti, bisa juga terjadi banjir susulan dari arah sana. Tapi infornya di wilayah Tugu dan Bendungan sudah reda, “terangnya.
Kabag Humas dan Protokol Pemkab Trenggalek Yuli Priyanto menambahkan, jika pihaknya sudah berkoordinasi dengan dinas terkait guna menangani korban banjir. Kalau memang diperlukan, Pemkab siap mendirikan dapur umum. “Kita akan berusaha melakukan penanganan secara maksimal,“ ujarnya.
()