Pembunuhan berantai Nganjuk, korban tewas jadi lima
A
A
A
Sindonews.com - Korban pembiusan dengan racun tikus oleh Mujianto bertambah menjadi 16 orang. Dari jumlah tersebut,11 orang berhasil diselamatkan dan lima lainnya tewas.
Kapolres Nganjuk AKBP Anggoro Sukartono mengatakan, sudah mencocokan pengakuan Mujianto dengan data dari lapangan yang dihimpun dari polsek, rumah sakit, dan keluarga korban.
Penyidik masih bekerja menyusuri 10 korban hidup dan satu tewas yang belum lengkap alat buktinya. “Korbannya bertambah menjadi 16 orang. Pengakuan Mujianto ini cocok dengan data di lapangan. Namun, data tersebut masih harus perlu dilengkapi,” kata Anggoro kemarin.
Korban kelima diketahui bernama Subekti alias Wiji alias Mbah Bolot warga Kelurahan/ Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Lelaki yang meninggal dunia pada usia 50 tahun ini merupakan tukang pijat.
Dia ditemukan lemas tak berdaya dengan mulut mengeluarkan busa di teras salah satu musala di Kecamatan Pace, Nganjuk.
Sebelum kejadian, korban berpamitan kepada keluarga akan memijat seorang pelanggan yang menghubungi melalui telepon. Sore harinya, keluarga Subekti mendapat kabar bahwa korban mengalami kecelakaan.
Sebelum meninggal, korban sempat menceritakan usai makan dan minum es teh dengan seseorang yang baru pertama kali ditemuinya, hingga akhirnya menderita keracunan itu.
“Kelima korban itu adalah Ahyani (46), Romadlon (55), dan Sudarno (42), keduanya warga Ngawi, Wiji alias Subekti (50), serta satu lainnya berusia sekitar 32 tahun dan masih belum diketahui identitasnya,”terangnya.
Sementara itu, jenazah Sudarno akhirnya dimakamkan di kampung halamannya di Desa Kedungprahu, Kecamatan Padas, setelah dibongkar oleh pihak Polres Nganjuk, kemarin.
Sebelumnya, polisi telah membongkar makam Sudarno di Nganjuk untuk dimakamkan kembali di kampung halamannya sesuai permintaan keluarga korban. Almarhum adalah warga asli Desa Kedungprahu namun setelah menikah tinggal di Desa Sukowiyono, Padas, Ngawi, bersama istri dan anaknya.
“Kami lega, akhirnya makam bisa dibongkar dan jenazahnya bisa dimakamkan kembali di Desa Kedungprahu,” ujar kakak ipar Sudarno, Pujiono.(lin)
Kapolres Nganjuk AKBP Anggoro Sukartono mengatakan, sudah mencocokan pengakuan Mujianto dengan data dari lapangan yang dihimpun dari polsek, rumah sakit, dan keluarga korban.
Penyidik masih bekerja menyusuri 10 korban hidup dan satu tewas yang belum lengkap alat buktinya. “Korbannya bertambah menjadi 16 orang. Pengakuan Mujianto ini cocok dengan data di lapangan. Namun, data tersebut masih harus perlu dilengkapi,” kata Anggoro kemarin.
Korban kelima diketahui bernama Subekti alias Wiji alias Mbah Bolot warga Kelurahan/ Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Lelaki yang meninggal dunia pada usia 50 tahun ini merupakan tukang pijat.
Dia ditemukan lemas tak berdaya dengan mulut mengeluarkan busa di teras salah satu musala di Kecamatan Pace, Nganjuk.
Sebelum kejadian, korban berpamitan kepada keluarga akan memijat seorang pelanggan yang menghubungi melalui telepon. Sore harinya, keluarga Subekti mendapat kabar bahwa korban mengalami kecelakaan.
Sebelum meninggal, korban sempat menceritakan usai makan dan minum es teh dengan seseorang yang baru pertama kali ditemuinya, hingga akhirnya menderita keracunan itu.
“Kelima korban itu adalah Ahyani (46), Romadlon (55), dan Sudarno (42), keduanya warga Ngawi, Wiji alias Subekti (50), serta satu lainnya berusia sekitar 32 tahun dan masih belum diketahui identitasnya,”terangnya.
Sementara itu, jenazah Sudarno akhirnya dimakamkan di kampung halamannya di Desa Kedungprahu, Kecamatan Padas, setelah dibongkar oleh pihak Polres Nganjuk, kemarin.
Sebelumnya, polisi telah membongkar makam Sudarno di Nganjuk untuk dimakamkan kembali di kampung halamannya sesuai permintaan keluarga korban. Almarhum adalah warga asli Desa Kedungprahu namun setelah menikah tinggal di Desa Sukowiyono, Padas, Ngawi, bersama istri dan anaknya.
“Kami lega, akhirnya makam bisa dibongkar dan jenazahnya bisa dimakamkan kembali di Desa Kedungprahu,” ujar kakak ipar Sudarno, Pujiono.(lin)
()