Siswa SD rela terseret arus demi ujian
A
A
A
Sindonews.com - Para pelajar di Demak, Jawa Tengah nekad menerobos aliran deras sungai setinggi tiga meter, agar dapat berangkat ke sekolah. Meski bergandengan dengan orangtuanya, namun mereka tetap terseret arus hingga belasan meter sebelum tiba di seberang sungai.
Mengerikan. Itulah satu kata yang terlontar saat menyaksikan para pelajar di Kampung Pungruk, Desa Jragung, Kecamatan Karangawen, saat hendak berangkat ke sekolah. Para pelajar sekolah dasar ini, menyeberang secara bergandengan dengan orangtua masing-masing untuk melawan derasnya arus banjir.
Ketinggian banjir yang mencapai tiga meter juga membuat rombongan anak-anak dan bapak-bapak ini harus berenang bersama, agar sampai di seberang sungai. Kuatnya arus mengakibatkan mereka terseret belasan meter hingga tiba di seberang.
Sebelum nekad menyeberang, belasan pelajar Kampung Pungkruk itu sempat tertahan hingga sekitar 2 jam, akibat meluapnya arus Sungai Jragung. Banjir yang tak kunjung surut, membuat tiga pelajar kelas VI SDN 3 Jragung, nekad menyeberang, untuk ke sekolah sebagai persiapan menjelang ujian nasional.
Sementara para pelajar lain, terpaksa kembali ke rumah dan bolos sekolah. Saat menyeberang, para pelajar ini juga harus membawa pakaian seragam lain yang dimasukkan dalam ember, agar tidak basah. Setibanya di seberang, mereka harus cepat-cepat berganti pakaian, karena sudah telambat masuk jam pelajaran.
Tiga pelajar masing-masing Imron Mashadi, Warsono dan Sulis Puspita Sari pun harus segera menyesuaikan dengan teman-temannya yang tengah mengerjakan ujian harian. Para pelajar di Kampung Pungkruk seringkali terlambat atau bolos sekolah, akibat Sungai Jragung meluap setiap kali daerah Ungaran dan Salatiga diguyur hujan deras.
Kepala SDN 3 Jragung Toni Agus Kristiono mengatakan, saat ini siswa kelas enam tengah mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian nasional pada awal Mei mendatang. Kendati demikian, berbagai ujian yang menentukan kelulusan akan dimulai pada bulan April. Untuk itu, para pelajar diimbau tidak meninggalkan pelajaran.
Beberapa waktu lalu, Bupati Demak Tafta Zani mengatakan, pembangunan jembatan penyeberangan bukan menjadi prioritas, karena bukit Pungkruk hanya dihuni satu kampung yang bejumlah sekitar 50 jiwa saja.
Reaksipun bermunculan, baik dari perangkat Desa Jragung maupun wakil rakyat. mereka meminta bupati turun ke lapangan agar mengetahui kondisi sebenarnya. (san)
Mengerikan. Itulah satu kata yang terlontar saat menyaksikan para pelajar di Kampung Pungruk, Desa Jragung, Kecamatan Karangawen, saat hendak berangkat ke sekolah. Para pelajar sekolah dasar ini, menyeberang secara bergandengan dengan orangtua masing-masing untuk melawan derasnya arus banjir.
Ketinggian banjir yang mencapai tiga meter juga membuat rombongan anak-anak dan bapak-bapak ini harus berenang bersama, agar sampai di seberang sungai. Kuatnya arus mengakibatkan mereka terseret belasan meter hingga tiba di seberang.
Sebelum nekad menyeberang, belasan pelajar Kampung Pungkruk itu sempat tertahan hingga sekitar 2 jam, akibat meluapnya arus Sungai Jragung. Banjir yang tak kunjung surut, membuat tiga pelajar kelas VI SDN 3 Jragung, nekad menyeberang, untuk ke sekolah sebagai persiapan menjelang ujian nasional.
Sementara para pelajar lain, terpaksa kembali ke rumah dan bolos sekolah. Saat menyeberang, para pelajar ini juga harus membawa pakaian seragam lain yang dimasukkan dalam ember, agar tidak basah. Setibanya di seberang, mereka harus cepat-cepat berganti pakaian, karena sudah telambat masuk jam pelajaran.
Tiga pelajar masing-masing Imron Mashadi, Warsono dan Sulis Puspita Sari pun harus segera menyesuaikan dengan teman-temannya yang tengah mengerjakan ujian harian. Para pelajar di Kampung Pungkruk seringkali terlambat atau bolos sekolah, akibat Sungai Jragung meluap setiap kali daerah Ungaran dan Salatiga diguyur hujan deras.
Kepala SDN 3 Jragung Toni Agus Kristiono mengatakan, saat ini siswa kelas enam tengah mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian nasional pada awal Mei mendatang. Kendati demikian, berbagai ujian yang menentukan kelulusan akan dimulai pada bulan April. Untuk itu, para pelajar diimbau tidak meninggalkan pelajaran.
Beberapa waktu lalu, Bupati Demak Tafta Zani mengatakan, pembangunan jembatan penyeberangan bukan menjadi prioritas, karena bukit Pungkruk hanya dihuni satu kampung yang bejumlah sekitar 50 jiwa saja.
Reaksipun bermunculan, baik dari perangkat Desa Jragung maupun wakil rakyat. mereka meminta bupati turun ke lapangan agar mengetahui kondisi sebenarnya. (san)
()