Sepnimar tiba di RSU Regional Mamuju
A
A
A
Sindonews.com - Balita yang sudah satu tahun menderita Hydrocepholus, Sepnimar (1,5), akhirnya tiba Rumah Sakit Umum (RSU) Regional Mamuju.
Warga Dusun Atu-Atu, Desa Banua Ada' ini dijemput langsung oleh Ketua Komite Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Syamsir, politikus DPD I Partai Golkar Sulbar Rini, dan Moslem Care Health Mamuju.
Sepnimar yang tertidur lelap di gendongan ibunya, Mince, juga didampingi ayahnya, Robin Hode. Mereka langsung diterima oleh Kepala RSU Regional, Suparman, dan sejumlah perawat.
"Kami menerima informasi dari legislator Mamuju, Hajrul Malik. Dan keterangan lengkapnya saya baca di situs Sindo. Kemudian kami sepakat menjemput Sepnimar untuk dibawa ke Mamuju. Kami minta izin pada orangtua dan kepala dusunnya. Sayangnya, Kepala Desa Banua Ada' tidak ditempat dan kami titip pesan agar beliau segera ke Mamuju. Karena ada warganya yang memang butuh bantuan. Paling tidak, dukungan moril," tutur Syamsir, Kamis (16/2/2012).
Sebenarnya, lanjut Syamsir, masalah ini sudah diketahui oleh salah seorang anggota Dewan Mamuju, Pdt Markus Losa. Namun tidak ada tindak lanjutnya. Dia juga menyayangkan sikap Kades Banua Ada' yang tidak berupaya mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk warganya.
Sementara Mince mengungkapkan, selama satu tahun dia merawat Sepnimar apa adanya. Kekurangan dana menjadi penghalang utama membawa anak bungsunya ke Puskesmas di Desa Batu Ada' yang jaraknya hampir 10 kilometer.
Makanan yang dikonsumsi Sepnimar pun hanya sebotol kecil air putih.
"Kami tidak punya uang. Untuk ke Puskesmas harus naik ojek dengan biaya sebesar Rp20 ribu. Sering saya membayarnya dengan tenaga. Artinya, saya bekerja di rumah pengojek seharga uang transport. Atau kami bayar dengan seekor ayam," ungkap Mince.
Robin Hode yang berprofesi sebagai petani pun mengaku pasrah. Kemampuannya hanya sebatas memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sepnimar sudah berada di ruang perawatan anak. Sejak RSU Regional dibangun, dia adalah pasien pertama yang menempatinya.
Sekitar pukul 10.00 WITA, Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh menengok Sepnimar. Dia bersama Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulbar Ahmad Azis dan Suparman melihat langsung balita itu dari dekat.
Ahmad Azis mengatakan, sebenarnya ada Dana Operasional Kesehatan (DOK) sebesar Rp100 juta per Puskesmas se-Sulbar. Di dalamnya sudah termasuk Jamkesmas dan jaminan kesehatan lainnya.
"Dana itu untuk mendeteksi dini penyakit yang berkembang di tengah masyarakat. Kelemahannya ada di tingkat pengelolaan. Sehingga, kasus seperti Sepnimar lamban ditangani," katanya.
Diakui, masih perlu peningkatan kualitas pengelola di tingkat Puskesmas. Tenaga kesehatan di lapangan harus lebih proaktif. Pelayanan yang dianut adalah asas keterbukaan. Sementara Anwar lebih menyoroti peran dan fungsi pemerintahan yang dinilainya tidak maksimal. Disebutkan, pemerintahan itu ada juga di Puskesmas dan Dinkes.
"Kepedulian seperti ini yang perlu dibangun. Berbagi rasa diajarkan oleh agama manapun. Artinya, jika ada kondisi seperti ini, semua komponen harus bergerak secepatnya. Melaporkan pada tingkat yang lebih tinggi, tidak perlu menunggu birokrasi. Puskesdes harus berfungsi," tegas Anwar.
Dia kemudian mengambil kebijakan untuk segera merujuk Sepnimar ke salah satu RS di Makassar yang representatif. Biaya semua ditanggung Pemprov Sulbar, hingga sembuh. Anwar meminta Sepnimar diberangkatkan dengan peswat agar cepat. "Saya yakin masih banyak Sepnimar-Sepnimar lain di Sulbar. Kasus ini adalah sebuah peringatan," kata Anwar.
Karena itu dia menegaskan kembali agar semua lini pemerintahan di Sulbar berfungsi dengan baik. Dan tidak ada alasan bagi aparat pemerintahan, mahasiswa dan masyarakat untuk tidak peduli terhadap sesama.
Warga Dusun Atu-Atu, Desa Banua Ada' ini dijemput langsung oleh Ketua Komite Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Syamsir, politikus DPD I Partai Golkar Sulbar Rini, dan Moslem Care Health Mamuju.
Sepnimar yang tertidur lelap di gendongan ibunya, Mince, juga didampingi ayahnya, Robin Hode. Mereka langsung diterima oleh Kepala RSU Regional, Suparman, dan sejumlah perawat.
"Kami menerima informasi dari legislator Mamuju, Hajrul Malik. Dan keterangan lengkapnya saya baca di situs Sindo. Kemudian kami sepakat menjemput Sepnimar untuk dibawa ke Mamuju. Kami minta izin pada orangtua dan kepala dusunnya. Sayangnya, Kepala Desa Banua Ada' tidak ditempat dan kami titip pesan agar beliau segera ke Mamuju. Karena ada warganya yang memang butuh bantuan. Paling tidak, dukungan moril," tutur Syamsir, Kamis (16/2/2012).
Sebenarnya, lanjut Syamsir, masalah ini sudah diketahui oleh salah seorang anggota Dewan Mamuju, Pdt Markus Losa. Namun tidak ada tindak lanjutnya. Dia juga menyayangkan sikap Kades Banua Ada' yang tidak berupaya mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk warganya.
Sementara Mince mengungkapkan, selama satu tahun dia merawat Sepnimar apa adanya. Kekurangan dana menjadi penghalang utama membawa anak bungsunya ke Puskesmas di Desa Batu Ada' yang jaraknya hampir 10 kilometer.
Makanan yang dikonsumsi Sepnimar pun hanya sebotol kecil air putih.
"Kami tidak punya uang. Untuk ke Puskesmas harus naik ojek dengan biaya sebesar Rp20 ribu. Sering saya membayarnya dengan tenaga. Artinya, saya bekerja di rumah pengojek seharga uang transport. Atau kami bayar dengan seekor ayam," ungkap Mince.
Robin Hode yang berprofesi sebagai petani pun mengaku pasrah. Kemampuannya hanya sebatas memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sepnimar sudah berada di ruang perawatan anak. Sejak RSU Regional dibangun, dia adalah pasien pertama yang menempatinya.
Sekitar pukul 10.00 WITA, Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh menengok Sepnimar. Dia bersama Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulbar Ahmad Azis dan Suparman melihat langsung balita itu dari dekat.
Ahmad Azis mengatakan, sebenarnya ada Dana Operasional Kesehatan (DOK) sebesar Rp100 juta per Puskesmas se-Sulbar. Di dalamnya sudah termasuk Jamkesmas dan jaminan kesehatan lainnya.
"Dana itu untuk mendeteksi dini penyakit yang berkembang di tengah masyarakat. Kelemahannya ada di tingkat pengelolaan. Sehingga, kasus seperti Sepnimar lamban ditangani," katanya.
Diakui, masih perlu peningkatan kualitas pengelola di tingkat Puskesmas. Tenaga kesehatan di lapangan harus lebih proaktif. Pelayanan yang dianut adalah asas keterbukaan. Sementara Anwar lebih menyoroti peran dan fungsi pemerintahan yang dinilainya tidak maksimal. Disebutkan, pemerintahan itu ada juga di Puskesmas dan Dinkes.
"Kepedulian seperti ini yang perlu dibangun. Berbagi rasa diajarkan oleh agama manapun. Artinya, jika ada kondisi seperti ini, semua komponen harus bergerak secepatnya. Melaporkan pada tingkat yang lebih tinggi, tidak perlu menunggu birokrasi. Puskesdes harus berfungsi," tegas Anwar.
Dia kemudian mengambil kebijakan untuk segera merujuk Sepnimar ke salah satu RS di Makassar yang representatif. Biaya semua ditanggung Pemprov Sulbar, hingga sembuh. Anwar meminta Sepnimar diberangkatkan dengan peswat agar cepat. "Saya yakin masih banyak Sepnimar-Sepnimar lain di Sulbar. Kasus ini adalah sebuah peringatan," kata Anwar.
Karena itu dia menegaskan kembali agar semua lini pemerintahan di Sulbar berfungsi dengan baik. Dan tidak ada alasan bagi aparat pemerintahan, mahasiswa dan masyarakat untuk tidak peduli terhadap sesama.
()